Mohon tunggu...
Hani Rai
Hani Rai Mohon Tunggu... Petani - Belajar jadi petani

blogging, handcrafting, journaling, eco farming

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ngabuburit Klasik Ke Kampung Bersejarah Kauman dan Kotagede

16 Maret 2024   20:01 Diperbarui: 16 Maret 2024   20:05 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya arsitekturnya seperti Masjid Demak. Ada empat pilar utama atau saka guru  dan 48 pilar lainnya. Atapnya bersusun tiga. Di puncak atap dipasang hiasan mahkota atau mustaka berbentuk bunga.

Di dalam Masjid Gedhe ada ruangan khusus bagi raja ketika hadir di masjid, berada di baris terdepan, dikenal dengan nama maksura.
Pada masa awal Kesultanan Yogyakarta,  serambi masjid menjadi tempat pengadilan agama, pertemuan ulama, dan pengajian.


Sumber : kratonjogja.id
Sumber : kratonjogja.id
Di sinilah KH Ahmad Dahlan memulai tugas sebagai khatib amin. Beliau adalah pendiri Muhammadiyah, organisasi Islam yang terus berkiprah hingga kini.

Di Masjid Gedhe Kauman ini kita bisa duduk sambil menanti adzan magrib, menikmati kemegahan arsitektur dan dapat takjil makan gratis buka puasa. Bisa juga membuka bekal dari belanja di pasar ramadan di Gang Kauman. Syahdu, mendengarkan ceramah sambil membayangkan diri berada di era Kyai Ahmad Dahlan berdakwah.

Menerobos Waktu ke Mataram Islam
Sebelum Kesultanan Ngayogyakarta, di Yogyakarta berdiri Kerajaan Mataram Islam.
Ini berawal dari Ki Ageng Pemanahan dan Sutawijaya (anaknya) yang diberi tanah oleh Raja Hadiwijaya dari Pajang. Tanah itu bernama Alas Mentaok yang berlokasi di daerah Kotagede. Atas saran Sunan Kalijaga, di tanah tersebut dibangun masjid.

Kotagede adalah ibukota kerajaan Mataram Islam dan Masjid Gedhe Kotagede menjadi bagian penting. Masjid ini mulai dibangun tahun 1578 pada era Panembahan Senopati (raja Mataram pertama). Sultan Agung, raja Mataram ke-3 merenovasinya pada 1644.

Di kemudian hari, Kerajaan Mataram Islam terpecah akibat perjanjian Gianti menjadi Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Uniknya, masjid Kotagede dikelola kraton Surakarta dan Yogyakarta. Itulah mengapa Pakubuwono (Raja Surakarta) juga pernah melakukan renovasi masjid ini.

Masjid Kotagede juga menjadi wujud akulturasi islam dan hindu. Ruang utama memiliki atap berbentuk piramida bertingkat dua, terbuat dari kayu. Puncaknya diberi mahkota yang disebut pataka. Ada semacam kolam di sekeliling masjid. Pagar masjid dari batu bata merah besar yang wujudnya mengingatkan pada kerajaan hindu di nusantara. Dahulu, pagar masjid ini memang dibangun umat hindu.


Sumber : Budaya.jogjaprov.go.id
Sumber : Budaya.jogjaprov.go.id
Tak jauh dari masjid terdapat kompleks pemakaman Raja-Raja Mataram dan sendang (pemandian). 

Berkeliling di seputaran Masjid Gedhe Kotagede seolah menarik kita dalam pusaran kejayaan Mataram masa lalu. Bahwa masjid dan penyebaran Islam menjadi bagian penting dalam perkembangan Kerajaan Mataram. Cobalah duduk setelah sholat ashar dan menanti berbuka puasa di sini. Apalagi kalau sebelumnya sudah ngabuburit di Pasar Kotagede.

Sargede - Pasar Legi Kotagede
Tak jauh dari masjid ada Pasar Legi Kotagede (Sargede) yang selalu ramai. Konon pasar inilah yang pertama kali dibangun Ki Ageng Pemanahan sebagai pusat kegiatan ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun