Haji merupakan rukun Islam. Selagi ada kesempatan sebelum mati, ayah ingin beribadah haji.” Percakapan ditutup dengan ayah yang berterima kasih pada anaknya atas perjalanan ini.
Kebersamaan dalam Perjalanan Suci
Di Kalimantan Selatan, ada acara Haul Guru Sekumpul. Acara ini untuk memperingati wafatnya Kyai Muhammad Zaini Abdul Ghani atau Guru Sekumpul. Menjelang 5 Rajab, orang-orang berpakaian putih dari penjuru Kalimantan akan bergerak menuju Martapura, Kalimantan Selatan.
Tua muda, laki-laki perempuan berombongan mobil dan motor sembari dipasang tulisan : Rombongan Haul Guru Sekumpul. Hari kerja pun bisa jadi libur karena banyaknya karyawan yang cuti untuk mengikuti acara ini. Aura kebersamaannya sangat terasa, bahkan di banyak titik perjalanan disediakan rest area untuk makan minum gratis.
Kebersamaan dalam perjalanan Le Grand Voyage ditunjukkan manakala Reda dan ayahnya bertemu rombongan jamaah haji dari Sudan, Turki, Kairo, dan Lebanon. Rombongan mobil berhenti untuk memastikan kondisi kala Reda jeda sejenak.
Mereka rehat makan bersama, sholat jamaah di padang pasir, hingga mencarikan tempat parkir. ‘Hawa haji’ makin terasa kala muadzin melantunkan adzan di atas mobil dan jamaah bersiap memakai kain irham. Kain putih tanpa jahitan dililitkan ke tubuh jamaah laki-laki untuk menuju Masjidil Haram. Kemudian lantunan ‘Labbaik allahumma labbaik....’ membahana.
Ternyata shooting adegan haji di Masjidil Haram memang sungguh dilakukan di tempat suci ini. Orang dari berbagai negara tunduk dan berkumpul dalam ibadah.
Ini termasuk hal langka, film produksi Perancis-Maroko (Ognon Pictures – Arte France Cinema – Gimages Films - Soread 2M – Casablanca Film-Les Films du Passage) ini berhasil menembus perizinan Arab Saudi karena tidak semua pihak diperbolehkan syuting atau mendokumentasikan aktivitas haji.
Perjalanan darat untuk naik haji dari Eropa yang spontan, seolah menafikan kita, muslim Indonesia yang antri mendaftar haji. ONH yang terus naik dan jadwal keberangkatan sekian tahun ke depan. Sementara, untuk Reda dan ayahnya, bisa berhaji mandiri : cukup naik mobil saja !
Film ini menunjukkan perbedaan generasi pertama dan generasi selanjutnya imigran Maroko di Aix- en-Provence, Perancis. Mirip di tanah air, para tetangga berkumpul di depan rumah kala Reda dan ayahnya hendak memulai perjalanan.
Dengan ending tak tertebak, emosi penonton diajak meningkat di akhir. Inilah ciri khas film non Hollywood (Perancis) yang sangat manusiawi, tidak mengumbar emosi berlebihan, gambar muram, dan plot yang lambat.