Sedikit pemandangan indah Blue Mosque dan Hagia Sofia di Turki menjadi warna dalam film ini, meski ternoda oleh Mustapha (diperankan Jacky Nercessian), penerjemah bahasa.
Insting seorang ayah sangat kuat kala menolak tawaran orang asing, sementara Reda tampil labil. Emosi pun meningkat kala Reda dan Mustafa minum bir dan berujung kegaduhan di pagi hari kala uang mereka lenyap. Insiden di Yordania turut memperburuk keadaan Reda kembali mabuk.
Pertanyaan menggelitik muncul kala Reda bertanya, “Apakah tidak ada maaf di agamamu?”
Emosi kembali meruncing kala sang bapak memberi derma pada perempuan di dekat tempat air, sementara anaknya kelaparan di jalan. Dan ayah pun membelikan seekor domba karena Reda ingin makan daging ! Sayangnya hewan ini berhasil kabur saat akan disembelih.
Namun di antara perbedaan pola pikir tersebut ada ‘kedekatan’ yang coba dibangun, manakala sang ayah menyiapkan makan, membelah roti, mengupas telur, ataupun menuangkan minuman untuk anaknya. Kalau di Indonesia, kejadiannya akan sebaliknya.
Anak Bertanya pada Bapaknya
Jika Bimbo menonton film ini, mungkin akan menyanyikan lagu klasik ‘Anak bertanya.’ Sang bapak selalu beribadah di segala kondisi. Sholat di rumput dekat pos perbatasan, di pinggir jalan, hingga di padang pasir. Bahkan saat terbaring di rumah sakit, ayah minta diambilkan al Quran. Sementara, Reda galau dengan menggoreskan nama pacarnya di pasir.
Pertanyaan mengusik tentang hakekat perjalanan mengemuka kala mereka berhenti di pinggir jalan. “Mengapa musti naik mobil ke Mekah, bukannya naik pesawat saja ?”
Dengan tenang ayah menjawab, “Air laut yang berevaporasi menjadi awan mengalami pemurnian. Begitu juga perjalanan ini.” Lebih baik berjalan kaki daripada berkuda, lebih baik berkuda daripada naik mobil. Lebih baik bermobil daripada naik kapal, dan lebih baik naik kapal daripada naik pesawat.
Saat di padang pasir, kehabisan air dan sang ayah mengambil tayamum untuk sholat, Reda makin gusar dan tak paham, “Mengapa kita musti berpeluh menempuh perjalanan panjang ke Mekkah ?”
Sang ayah dengan sabar menjelaskan, “Mekah merupakan tempat suci umat muslim untuk meneladani sejarah Ibrahim.