Mohon tunggu...
Hani Rai
Hani Rai Mohon Tunggu... Petani - Belajar jadi petani

blogging, handcrafting, journaling, eco farming

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mari jo ka Likupang : Experiencing Bio Diversity dalam Pariwisata Berkelanjutan

22 Februari 2022   13:15 Diperbarui: 22 Februari 2022   13:16 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berwisata era new normal (sumber : chse.kemenparekraf.go.id)

Saat matahari, pasir putih, pantai, dan terumbu karang berpadu  

Tersebutlah Likupang. Sebuah spot di ujung timur laut Sulawesi Utara, 1,5 jam perjalanan darat dari  ibukota Manado. Ditemani garis pantai yang panjang, Likupang terlihat indah. Pasir putih tersebar, laut gradasi biru tosca terbentang, debur ombak memecah keheningan, dengan dunia bawah laut nan mempesona.

Dengan rencana pembangunan destinasi super prioritas, DSPLikupang bakal menjadi tempat kabur dari kepenatan dunia dan mengagumi alam. Inilah Likupang NorthSulawesi : hub pariwisata berkelanjutan ! 

Sejauh mata memandang, panca indra akan dimanja dengan pantai dan aroma laut. Di Likupang, kita bisa sepuasnya menikmati vitamin D 3 sinar matahari di atas pasir putih. Saking asyiknya lupa waktu, mungkin kulit so tabakar. Jadi jangan lupa le, usapkan sunblock ke wajah dan badan, juga siapkan topi dan kaca mata hitam.

Sebut saja Pantai Pulisan, pantai biru dengan pasir putih membentang. Naiklah ke bukit, menatap  laut biru nan elok. Antara jam 9-11 pagi, kita bisa masuk ke gua yang akan terendam kala air laut pasang. Pengunjung bisa berpetualang, berwisata sekaligus olahraga.

Lanjutkan eksplorasi ke Pulau Lihaga dan Paal, pulau indah dengan spot terumbu karang seluas 8 hektare, yang akan membuat siapa saja memuji Sang Kuasa. Pecinta snorkling dan diving pasti akan bersuka ria menjumpai terumbu karang dan ikan-ikan cantik hidup berdampingan.

Masih belum puas ? Singgahlah ke Bukit Larata. Bukit teletubbies dengan savana terbentang, membuat manusia serasa kecil saja. Cobalah trekking , bersepeda gunung lalu down hill meluncur. wuihh... Sungguh menantang adrenalin dan memompa endorfin. Bagi yang ototnya kencang karena kemacetan lalu lintas kota, bertualang ke Likupang akan membuat otot lebih kencang namun pikiran jadi kendor. So Wonderfulindonesia !

Bumi menghendaki Sulawesi punya geo biodiversity

Kalau Alfred Russel Wallace tidak cukup gila menyeberangi Atlantik dan memetakan fauna sejak 1856, mungkin kita tidak akan sadar betapa kerennya Sulawesi. Pecinta biologi dan eksplorer Inggris tersebut  merumuskan Garis Wallace,  garis imajiner penanda batas wilayah fauna Indo Malaya, Austro Malaya, dan Wallacea.

Wallacea, yang meliputi Celebes, Maluku, Nusa Tenggara menjadi zona fauna yang terpisah dari pengaruh Asia dan Australia. Karena evolusi, makhluk hidup menyesuaikan diri untuk bertahan. Muncullah fauna endemik : anoa, babi rusa, yaki, tarsius, kuskus, dan maleo. Binatang ini masih ada hingga kini, diIndonesiaaja !

Garis Wallace, penanda fauna Wallacea (sumber : Majalah National Geographic Indonesia)
Garis Wallace, penanda fauna Wallacea (sumber : Majalah National Geographic Indonesia)

Nun jauh sebelum itu, di masa Eosen (65-40 juta tahun yang lalu), bumi bergolak, lempeng benua bergeser. Pada masa Plistosen ( 4-2 juta tahun yang lalu),  lempeng Eurasia (Sundaland), Indo Austalia, dan Pasifik bertumbukan. 

Tiga lempeng benua  ini bertemu, membawa karakteristik dan keanekaragaman hayati masing-masing. Inilah cikal bakal pulau Sulawesi. Berdasar studi, titik pertemuan lempeng benua tersebut berada di Danau Matano, sebuah danau purba di Malili, Sulawesi Tengah.

Histori atas geo biodiversity ini jadi modal dan tantangan Likupang NorthSulawesi. Betapa pentingnya spirit kelestarian dan konservasi dalam sanubari pariwisata. Kalau alam hancur, pariwisata gugur.

Pariwisata New Normal

Di era kenormalan baru, tren pariwisata berubah. Orang cenderung berwisata dalam kelompok kecil, minat khusus, tidak berkerumun, di alam terbuka, dan menikmati lokalitas. Penerapan prokes CHSE- kebersihan, kesehatan, keamanan dan kelestarian lingkungan menjadi prasyarat. Yes, kita yakin, berwisata new normal bisa membuat bahagia dan jauh dari corona.  

Berwisata era new normal (sumber : chse.kemenparekraf.go.id)
Berwisata era new normal (sumber : chse.kemenparekraf.go.id)

Untuk menjalankan sustainable tourism development, pemberdayaan masyarakat lokal adalah yang utama. Mengapa ? karena masyarakatlah yang hidup bersama alam, merawat, menggunakan, dan melestarikan. Dalam kolaborasi penta helix, masyarakat tidak berjuang sendirian. Masyarakat berkolaborasi dengan akademisi, pemerintah, swasta, hingga media.

Entitas desa wisata – pokdarwis – masyarakat – komunitas lokal, perlu berjalan bersama akademisi/pusat  penelitian/lembaga konservasi/taman nasional setempat. Dengan pembinaan dari lembaga kompeten, komunitas penggerak akan menjadi bagian dari aktor konservasi dan pelestari yang tangguh. Merekalah garda depan community based-tourism yang akan menjaga daerahnya dari potensi negatif merusak lingkungan dan budaya.

Masyarakat belajar basis pengetahuan bio diversity, menjadi tuan rumah home stay, hingga mengkreasi paket wisata yang unik dan menarik. Keberadaan masyarakat tidak ada artinya jika kebijakan konservasi dan pengaturan ekploitasi sumber daya alam tidak diatur dan difasilitasi pemerintah. Ya, semua pihak musti bakubantu untuk pariwisata berkelanjutan.

Experiencing Likupang : saat konservasi itu asik

Dengan historis geo bio diversity Sulawesi dan fauna Wallacea yang unik, maka usulan paket wisata yang bisa dikemas adalah paket wisata yang menawarkan experiencing/pengalaman konservasi.

Desa Bahoi adalah contoh bagaimana konservasi dan pariwisata bisa berjalan beringan. Sebagai Daerah Perlindungan Laut (DPL), kawasan ini punya Peraturan desa untuk menjaga kelestarian, misalnya ada area penangkapan ikan dengan cara yang tidak merusak lingkungan. Masyarakat dan wisatawan yang melanggar akan kena sanksi !

Pada 2011, Desa Bahoi menerima penghargaan Adi Bakti Mina Bahari atas kemampuannya melakukan konservasi. Kini, wisatawan dapat berjalan di jembatan hutan mangrove. Akar nafas mangrove penahan abrasi ini sekaligus tempat hidup biota. Di perairan Bahoi juga hidup terumbu karang yang terjaga, sebuah spot diving dan snorkling yang asri.

Akan tambah asik, jika di tempat ini wisatawan bisa terlibat dengan menanam mangrove. Bibit mangrove yang dibenamkan di tepi pantai ini akan tumbuh jadi salah satu pilar konservasi. 

Likupang punya banyak spot snorkling dan diving yang cantik. Untuk itu, kelestarian bawah laut harus dijaga, salah satunya dengan penanaman terumbu karang. Pemilihan lokasi, proses perawatan dan trasnplantasi terumbu karang merupakan usaha panjang, namun harus dilakukan. Pemerintah, lembaga konservasi,  swasta, dan masyarakat perlu terlibat. Nah, alangkah indahnya jika wisatawan nantinya bisa turut serta dalam konservasi terumbu karang. Ini bakal jadi pengalaman yang sangat berkesan.  

Kuda laut pygmy di Sahaung, Bangka, Minahasa (sumber : kanal youtube TLC Southeast Asia)
Kuda laut pygmy di Sahaung, Bangka, Minahasa (sumber : kanal youtube TLC Southeast Asia)

Salah satu wisata minat khusus menarik adalah safari kelompok terbatas ke Tangkoko National Park & Nature Reserve. Berada di area konservasi gunung Tangkoko Bitung, inilah tempat hidup hewan endemik Sulawesi. Tarsius, makaka/yaki, kuskus, hidup di sini. Jika beruntung, kita bisa mengintip primata mungil tarsius yang juga disebut fosil hidup. Hewan endemik nokturnal ini bisa mengeluarkan gelombang ultrasonik hampir setara lumba-lumba dan kelelawar.

Cukup jauh dari Likupang, ke arah barat bersisian dengan Gorontalo, ada Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Di sini, wisatawan bisa melihat penangkaran burung maleo. Telor maleo seukuran kamera pocket  ini di beberapa tempat masih dikonsumsi. Ya, karena  telur maleo di simpan di tanah oleh sang induk sehingga rawan pencurian.  Di penangkaran, maleo akan ditangkarkan dan nantinya dilepasliar ke alam. Pasti asik, berkesempatan melihat langsung satwa endemik ini di habitatnya.

Ingin menjejak merasakan aroma rempah, wisatawan bisa mengunjungi perkebunan pala di Kauditan, Minahasa Utara dan cengkeh di Sonder, Minahasa. Dulu, komoditas ini jadi rebutan Eropa hingga terjadi ekspedisi pelayaran. Dengan melihat langsung bagaimana pala dan cengkeh  dirawat dan dipanen, wisatawan bisa lebih menghargai rempah nusantara. Tambah asik, jika turis bisa adopsi menanam pohon di sini.

Bagi wisatawan pemerhati energi, Likupang sudah berjalan di depan dalam pengembangan energi terbarukan. Enam puluh empat ribu panel surya yang terhampar di 29 hektar lahan Wineru, Likupang Timur  telah menopang kelistrikan jaringan PLN Sulawesi Utara dan Gorontalo sejak 2019. Bahkan PLTS Likupang jadi pembangkit listrik tenaga surya terbesar nusantara. Waw !

PLTS Likupang (sumber : kementrian ESDM)
PLTS Likupang (sumber : kementrian ESDM)
So, DSP Likupang sudah memiliki destinasi wisata bertema pembangunan berkelanjutan, mulai dari energi hingga konservasi bio diversity.  Jika bisa dikelola dan dijaga kelestariannya, Likupang  akan selalu menjadi surga kini dan nanti. Yang begini ini cuma diIndonesiaAja ! How WonderfulIndonesia!

Tentang sampah

Karena bumi dipredikasi akan makin sesak oleh sampah, dan sampah bermuara ke laut, maka ada potensi degradasi lingkungan. Masalah sampah kerap menjadi celah malangnya pariwisata. Repotnya, budaya nyampah masih jamak ditemui di mana-mana. Masih banyak lho, (penumpang) mobil mahal yang membuang bungkus makanan di jalan. Artinya, nyampah masih jadi budaya. Nah, bahaya kan ? Tentu kita tidak ingin ada sampah plastik teronggok di pantai yang elok. Nggak mau dong, terumbu karang berkalang  kresek. Maka untuk menopang pariwisata berkelanjutan, harus ada manajemen pengelolaan sampah.

Saya kira pemerintah daerah perlu membuat regulasi dan pembinaan untuk penanganan sampah. Sebisa mungkin, pengelolaan sampah organik dan an organik musti dilakukan, dari keluarga, komunitas, desa wisata, pokdarwis, melibatkan sekolah, lembaga agama, dan swasta. Dengan regulasi pemerintah, maka bank sampah, pelatihan proses recycle sederhana, hingga penjualan produk recycle  bisa dimulai dari komunitas.

Sepucuk memori Likupang

Salah satu hal penting yang ingin dibawa sebagai kenang-kenangan kala berwisata adalah suvenir. Sebagai usulan, untuk mengembangkan souvenir yang unik dan Likupang banget, bisa dibuat  souvenir ber tema biodiversity dan bermuatan pesan kelestarian.

Contohnya adalah boneka hewan endemik, kaos, topi, tas, gantungan kunci, hingga magnet kulkas dengan desain fauna endemik Wallacea yang unik dan lucu. Tak ketinggalan adalah sapu tangan ataupun scarf printing yang kekinian. Barang-barang ini cukup handy, cantik, tidak memakan tempat, dan bisa digunakan siapa saja.

Tarsius, primata nokturnal endemik (sumber : theworldtravelguy.com)
Tarsius, primata nokturnal endemik (sumber : theworldtravelguy.com)

Tentu untuk membuat souvenir ini perlu desainer lokal yang handal dan pencetakan yang berkualitas. Namun ini bukan halangan karena kreativitas bisa dipelajari siapa saja, dengan media apa saja. Dengan membeli barang ini, maka anda turut berkontribusi untuk pariwisata berkelanjutan di Likupang. Nah, keren kan !

Itulah sedikit harapan dan gagasan untuk pengembangan DSPLikupang, sebuah hub wisata dengan bio diversity mengagumkan. Melalui produk, atraksi, dan pengalaman berwisata yang berkelanjutan, masyarakat lokal dan wisatawan bisa bergandengan tangan menjaga kelestariannya. So tunggu apa lagi, torang semua, pigi jo ka Likupang !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun