Mohon tunggu...
Hani Rai
Hani Rai Mohon Tunggu... Petani - Belajar jadi petani

blogging, handcrafting, journaling, eco farming

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sensasi Memasak Ayam Merangkat di Eks Tambang Pasir

6 Desember 2021   12:54 Diperbarui: 6 Desember 2021   12:57 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desa Wisata Bilebante Menyambut Tamu (dok pribadi)

Mungkinkah kawasan galian C berubah jadi tempat konservasi ?

Mungkin ! Ya, Desa Bilebante, Lombok Timur, NTB telah membuktikannya. Dump truck yang bolak balik mengangkat pasir tumpahan Gunung Samala membuat Ispa merebak. Infeksi saluran pernafasan atas muncul karena partikel pasir memenuhi udara, apalagi belum ada masker. Penambangan pasir juga membuat degradasi lingkungan dan hilangnya beberapa tanaman, salah satunya pohon secang/sappanwood.

Untunglah perangkat desa, dinas kesehatan, bersama masyarakat bisa duduk bersama membahas masa depan Bilebante. Hasilnya : Peraturan Desa untuk menutup penambangan pasir dan melarang pembangunan di area pertanian ! Langkah berani di tahun 2014 ini merubah jalan hidup Bilebante. Berkat keuletan dan kerjasama seluruh stakeholder, tambang pasir pun berubah haluan menjadi desa wisata.

Bilebante, berasal dari kata bile (buah maja-simbul kesuburan), dan bante (pohon yang melilit), diartikan sebagai desa yang subur dan bersatu padu. Di sini, muslim - hindu hidup harmonis bersama-sama. Jika berkunjung ke tempat ini, anda akan bertemu dengan hamparan sawah, kolam ikan, dan pepohonan hijau. Ada beberapa paket wisata yang ditawarkan, seperti bersepeda, terapi kebugaran, lembah gardena, kebun herbal, hingga cooking class. Atau datanglah kala Pasar Pancingan, tiap hari minggu jam 07.00-14.00 WITA yang menampilkan produk UMKM setempat.

Geliat UMKM Perempuan yang Gigih  

Perempuan menjadi aktor penting pengembangan UMKM dan desa wisata. Bermodal beras dari Kepala Desa, Bu Zaenab, Ketua UMKM Bilebante, secara otodidak memberi pelatihan pengolahan pangan. Usaha makin berkembang dengan pengolahan aneka produk pertanian setempat. Lalu terbentuklah Koperasi Putri Rinjani. Dengan simpanan pokok Rp 500.000,- koperasi simpan pinjam ini memutar modal usaha untuk anggota.

Dari 20 anggota, kini anggota koperasi berkembang hingga 48 kelompok dan menyebar di Lombok Barat, Lombok Timur, dan Lombok Tengah. Inilah yang membuat UMKM ini memiliki kelompok plasma, sehingga mampu meningkatkan skala produksi kala ada permintaan produk dalam jumlah besar. Muncullah standardisasi dan teknologi pengolahan pangan. Pengemasan produk pun digarap. Sebut saja Kripik/tortilla kolangkaling, banana roll, dodol terong, dodol rumput laut, sambal cengek, hingga lemongrass tea. Produknya unik, rasanya asik, dan kemasannya menarik.

Di Bilebante sendiri ada 12 kelompok yang aktif membuka lapak kala Pasar Pancingan. Berlabel Tapona Food, pemasaran produk pangan ini sempat terhalang di masa pandemi. Namun UMKM pangan merupakan kelompok grass root yang paling mampu bertahan. Semoga bisa berlanjut merambah ke marketplace supaya pemasaran makin luas.

Produk Tapona Food (dok pribadi)
Produk Tapona Food (dok pribadi)

Jadi Chef Dadakan di Cooking Class   

Anda ingin merasakan hidangan tradisional Lombok yang otentik ? Datanglah ke sini ! ya, pengunjung desa wisata Bilebante dijamu dengan welcome drink lemongrass tea. Wedang sereh yang diramu dengan kunyit, jahe, secang, dan tepung rumput laut. Perasan jeruk nipis sebagai pungkasan membuatnya makin segar, apalagi gelasnya dari tembikar.

Selanjutnya, para tamu mendadak jadi chef dalam sesi cooking class dengan menu ayam merangkat dan ebatan. Bukan sembarangan, ayam merangkat merupakan hidangan tradisi yang disiapkan keluarga calon pengantin pria setelah proses menculik calon pengantin wanita. Merangkat artinya tajam, maknanya bagaimana calon pengantin pria mampu meyakinkan calon pengantin wanita agar mau jadi istrinya. Inilah adat perkawinan suku Sasak. Seru, dramatis, sekaligus romantis. Setelah diculik, keluarga pria akan mendatangi keluarga wanita. Yang menarik, dalam memasak bersama ini, ada pembagian tugas. Bapak-bapak menyiapkan sayur, sementara ibu-ibu menyiapkan lauknya.

Ebatan merupakan sayur yang terdiri atas kelapa bakar yang diparut, rebusan daun belimbing, nangka muda, pisang batu muda, dan daging sapi yang dicincang halus. Hanya dengan pisau dan telenan, tanpa chopper apalagi food processor, tangan terampil bapak-bapak bekerja mencacah sambil duduk di bale-bale. Di dekatnya, tiga orang lelaki berdiri menumbuk bumbu dengan lumpang dan alu.

Bumbu dan sayur incang 'ebatan' (dok pribadi)
Bumbu dan sayur incang 'ebatan' (dok pribadi)

Atas-bawah : Bumbu dan sayur incang 'ebatan' (dok pribadi)
Atas-bawah : Bumbu dan sayur incang 'ebatan' (dok pribadi)

Cabe merah, cabe rawit, bawang putih berpadu dengan rempah-rempah seperti ketumbar, merica, cengkeh, jintan, pala, kemiri, dan kayumanis. Tak ketinggalan rimpang kunyit, jahe, lengkuas, kencur, turut memperkuat rasa. Gula merah dan terasi lombok menjadi pungkasan. Bumbu halus penuh rempah ini ditumis matang lalu dicampur dengan sayuran cincang. Inilah yang dinamakan ebatan, sebuah hidangan otentik dengan tekstur dan rasa yang unik.

Di tempat lain, ibu-ibu dan kaum perempuan menyiapkan lauk : ayam merangkat. Ayam kampung muda menjadi bahan utama menu ini. Awalnya, ayam mentah dipanggang utuh hingga matang lalu dipotong-potong. Bumbunya lebih sederhana. Bawang putih, cabe merah besar, cabe rawit, kemiri, terasi, dan gula merah bersatu dalam cobek.

Bumbu merah yang telah dihaluskan lalu ditumis dengan minyak kelapa hingga harum. Tambahkan santan, dan masukkan potongan ayam panggang ke wajan. Aduk perlahan hingga bumbu meresap. Sebagai sentuhan akhir, kucuri dengan jeruk sambal. Ahh....aroma dan penampilannya sungguh menggoda!

Cooking class 'ayam merangkat' (dok pribadi)
Cooking class 'ayam merangkat' (dok pribadi)

Ayam merangkat dan ebatan disajikan dengan piring tembikar buatan pengrajin Banyuwulek, beralas daun pisang. Sebuah set hidangan makan siang komplet paling otentik dengan narasi budaya Lombok yang menarik.

Set makan siang mewah (dok pribadi)
Set makan siang mewah (dok pribadi)

Jadi tunggu apa lagi, datanglah ke Desa Wisata Bilebante di Lombok Timur. Anda akan menemui bukti nyata dimana kesadaran konservasi wilayah membawa perubahan positif bagi masa depan desa dan meningkatkan perekonomian. Inilah wujud community based tourism sesungguhnya !

Untuk mencapai desa ini, anda bisa memilih beberapa transportasi : penjemputan dari Bandara ke desa wisata Rp 150.000,- sewa avanza 1 hari Rp 500.000,-  Keliling Mandalika -- Mataram - Gili Rp 800.000,-. 

Atau jika ingin melanjutkan perjalanan Bilebante ke Sembalun Rp 1.000.000,- Anda juga bisa menginap di homestay dengan rate Rp 175.000,- hingga Rp 225.000,- (termasuk sarapan). Untuk info lebih lanjut bisa menghubungi Bapak Fahrul Aziz (Desa Wisata Bilebante).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun