Mohon tunggu...
Hanim Rahmadina
Hanim Rahmadina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Representasi Perempuan dalam Media Massa

13 Desember 2023   21:58 Diperbarui: 13 Desember 2023   21:58 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penggambaran terhadap perempuan yang mengarah pada suatu representasi tertentu sudah banyak ditampilkan dalam media massa, salah satunya adalah melalui film. Film dianggap sebagai cerminan dari realitas sosial, karena seringkali menampilkan hal-hal yang dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu, apa yang ditampilkan dalam film seringkali dipercaya oleh orang yang menontonnya. Mereka seringkali menganggap apa yang ditampilkan dalam film memanglah hal yang menjadi realitas sosial sesungguhnya. 

Begitu pula dengan serial Gadis Kretek. Serial ini digarap oleh Netflix dan diluncurkan pada 2 November 2023. Gadis Kretek sebagai salah satu serial yang berisi tentang kehidupan seorang perempuan bernama Dasiyah yang merupakan anak dari pengusaha kretek, yang bisa dilihat karakter utama dari serial ini adalah seorang perempuan yang kerap kali dikaitkan atau dimunculkan dengan suatu represesntasi tertentu, contohnya adalah patriarki. Film ini juga menjadi top 10 serial yang ditonton di Netflix. Dengan banyaknya penonton tersebut, maka pengaruhnya terhadap pembentukan representasi perempuan cukup besar dalam masyarakat. 

Representasi Perempuan dalam Serial Gadis Kretek

 Representasi menurut Fiske dalam Eriyanto (2006:113) merujuk pada bagaimana seseorang, suatu kelompok, gagasan, atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan. Pada serial Gadis Kretek terdapat adegan maupun dialog yang dibangun berdasarkan realitas yang telah dipilih, realitas yang dipilih dalam kontruksi serial senantiasa mengandung representasi dari suatu objek didalam serial itu sendiri. Objek didalam serial ini sendiri bisa berupa seseorang, gagasan, opini, atau mengarah pada suatu kelompok. 

Pada serial Gadis Kretek, secara keseluruhan adegan dan dialog yang ditampilkan cenderung lebih menonjolkan dan mengasoiasikan representasi perempuan sebagai sosok yang tidak bisa apa-apa dan dipandang rendah atau sistem patriarki. Lalu, gaya hidup seorang perempuan yang seharusnya melakukan tugas di rumah saja yakni 3M, manak, masak, macak dan tidak seharusnya melakukan pekerjaan seorang lelaki yakni bekerja, atau sebuah opini mengenai perempuan tidak boleh masuk ke dalam ruangan peracik saos untuk membuat kretek karena dianggap nanti racikan saosnya tidak enak. Berikut adalah beberapa contoh dari representasi perempuan dalam serial Gadis Kretek :

 1. Perempuan yang Tidak Bisa Apa-apa dan Dipandang Rendah 

Dalam serial Gadis Kretek merepresentasikan perempuan sebagai sosok yang tidak bisa apa-apa sehingga dipandang rendah oleh kaum lelaki. Perempuan dianggap sebagai sosok yang lemah dan tidak seharusnya keluar rumah. Contohnya adalah ketika Dasiyah dianggap remeh ketika ia mengurus usaha kretek milik ayahnya. Ketika ayahnya membawa Dasiyah untuk menemaninya menemui pemasok tembakau, ia menganggap ayah Dasiyah, Pak Idroes, tidak tahu selera dan diejek karena membawa anak perempuan yang dianggap tidak tahu apa apa mengenai tembakau. Dasiyah otomatis dipandang rendah karena seharusnya dunia kretek adalah dunia milik lelaki dan tidak seharusnya ada perempuan didalamnya. Ketika perempuan masuk ke dunia kretek, dianggap tidak paham selera rasa kretek sebenarnya. Padahal, aslinya tidak begitu. Dasiyah paham betul rasa kretek dan tembakau yang berkualitas. Meskipun memang latar waktu dalam serial ini adalah pada tahun 1960-an, tetapi representasi mengenai wanita yang tidak bisa apa-apa dan dipandang rendah terbawa hingga zaman sekarang. 

2. Gaya Hidup Perempuan Seharusnya (Manak, Masak, Macak) 

Pada serial ini, perempuan dianggap harus bisa melakukan tugas mereka yang seharusnya, yakni manak, masak, macak. Oleh karena itu, ketika seorang perenpuan tidak bisa salah satu atau bahkan semua dari ketiga hal tersebut, maka dianggap belum menjadi perempuan yang sesungguhnya. Sama seperti hal-nya ketika Dasiyah, seorang perempuan yang seharusnya melakukan tugas perempuan yakni ketiga hal tersebut, malah bekerja di pabrik kretek usaha milik ayahnya. Ketika seharusnya tangan perempuan memiliki bau bumbu dapur, maupun tangan yang bersih, lembut, dan wangi, malah sebaliknya. Tangan Dasiyah kotor dan memiliki bau tembakau. Oleh karena itu, dalam serial ini Dasiyah banyak disindir maupun diejek dengan perkataan "Perempuan kok tangannya bau mbako". 

Karenanya, perempuan dianggap tidak boleh memasuki dunia milik laki-laki. Contohnya disini adalah bekerja. Perempuan hanya boleh dirumah saja, sehingga ketika perempuan bekerja akan dianggap remeh dan memunculkan stereotipe bahwa perempuan itu tidak normal atau berbeda dengan perempuan kebanyakan di luaran sana. Ketika bekerja, perempuan dianggap memberontak karena mengambil jatah atau ranah yang dimiliki laki-laki. Bahwa yang seharusnya menjadi mandor pabrik kretek adalah laki-laki, malah dijabat oleh seorang perempuan. 

Dengan keseharian Dasiyah yang bekerja di pabrik kretek sehingga membuatnya hanya fokus dengan kretek, tembakau, dan melinting membuatnya tidak bisa melakukan tugas perempuan yang katanya menjadi sebuah keharusan. Dasiyah tidak bisa memasak, tidak tertarik untuk berdandan lebih seperti wanita lainnya, dan tidak tertarik untuk menikah apalagi mempunyai anak. Sehingga, ibunya yang percaya bahwa perempuan harus melakukan 3 tugas sebelumnya yakni manak, masak, macak, takut apabila tidak ada laki-laki yang mau menikah dengan Dasiyah, mulai meminta mbok dirumahnya untuk mengajari Dasiyah memasak, beberes rumah, dan lain-lain. Sehingga posisi mandor yang sebelumnya dijabat oleh Dasiyah, diberikan kepada Raja, seorang laki-laki yang ditemui Pak Idroes di pasar. Banyak yang bilang "Nah, begini kan benar. Seharusnya laki-laki yang menjadi mandor, bukannya malah seorang perempuan". Setelah itu, keluarga Dasiyah menjodohkan Dasiyah dengan anak salah satu pengusaha kretek lainnya agar Dasiyah dapat melakukan tugas perempuan yang terakhir yaitu manak atau melahirkan. 

3. Opini Perempuan Tidak Boleh Memasuki Ruangan Peracikan Saos 

Pada serial ini, ada sebuah ruangan dengan pintu berwarna biru yang digunakan sebagai tempat untuk meracik saos. Dasiyah yang memang sejak awal bermimpi untuk menciptakan kretek dengan saos racikannya sendiri ingin sekali untuk masuk ke ruangan tersebut dan meracik saos. Namun, peracik saos sebelumnya yang adalah seorang laki-laki, melarang keras Dasiyah untuk memasuki ruangan tersebut. Karena menurutnya, ketika perempuan memasuki ruangan peracikan saos, maka rasa saosnya akan tidak enak. Dianggap bahwa perempuan yang memiliki perasaan yang seringkali berubah-ubah akan mempengaruhi rasa saos. Untuk memasuki ruangan tersebut saja sudah dilarang keras, apalagi untuk membuat racikan saos sendiri. 

Disini, terdapat representasi perempuan yang memiliki hati yang lembek dan mudah terpengaruh oleh sesuatu. Ketika perempuan membuat saos racikan sendiri, dipercaya rasanya tidak akan stabil dan akan berubah-ubah, sehingga tidak bisa mempertahankan cita rasa keaslian saosnya. Perempuan hanya boleh meracik bumbu dampur untuk membuat masakan saja, tidak perlu sampai masuk untuk meracik saos untuk kretek. Perempuan hanya cukup menggunakan feeling maupun intuisinya untuk membuat masakan saja, karena rasa masakan jikalau berbeda boleh saja tetapi saos racikan untuk kretek harus tetap konstan dan tetap dijaga keaslian rasanya untuk kepentingan usaha dan otentikasi kretek itu sendiri. 

4. Budaya Patriarki 

Budaya patriarki merupakan sistem sosial dan budaya yang menganggap lakilaki sebagai pusat kekuasaan dan kendali, sedangkan perempuan berada di bawah lakilaki. Dalam budaya patriarki, perempuan seringkali mengalami kekerasan, penindasan, dan diskriminasi dalam berbagai bentuk, antara lain. Diskriminasi di tempat kerja, pelecehan seksual, ketergantungan pada suami, pembatasan peran sosial, dll. Budaya patriarki juga menggambarkan perempuan sebagai objek seksual yang dikorbankan dan dilumpuhkan, sehingga mempengaruhi cara masyarakat menilai dan menghargai tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain. Nilai-nilai budaya patriarki memberikan peran terbatas pada perempuan, seperti menjadi ibu rumah tangga dan melindungi mereka dari laki-laki. 

* Struktur Keluarga: 

Struktur keluarga dalam budaya patriarki seringkali bersifat hierarkis, dan laki-laki dianggap sebagai kepala keluarga yang mengambil keputusan terbaik. Peran gender tradisional berlaku, dimana perempuan diharapkan mengambil peran sebagai ibu dan pengurus rumah tangga, dan laki-laki diharapkan mengambil peran sebagai pencari nafkah. * Pendidikan: Dalam masyarakat patriarki, perempuan dapat menghadapi hambatan dalam memperoleh pendidikan yang setara dengan laki-laki. Stereotip gender dapat membatasi pilihan pendidikan bagi perempuan dan mungkin kurang mendorong perempuan untuk mengejar karir atau pendidikan tinggi.

 * Pekerjaan dan Bisnis: 

Ketimpangan dalam kesempatan kerja dan upah masih menjadi masalah, dimana laki-laki seringkali menduduki posisi kepemimpinan dan manajerial. Perempuan juga mungkin menghadapi diskriminasi upah karena mereka dibayar lebih rendah dibandingkan laki-laki untuk pekerjaan yang sama. 

* Politik: 

Dalam sistem politik patriarki, perempuan kurang terwakili dalam posisi kepemimpinan dan pengambilan kebijakan. Norma dan stereotip gender dapat menghalangi perempuan untuk berpartisipasi dalam politik dan menduduki posisi tinggi dalam kekuasaan. 

* Kesehatan dan Tubuh:

 Budaya patriarki dapat mempengaruhi persepsi terhadap tubuh perempuan dan seringkali menciptakan standar dan norma kecantikan yang tidak realistis. Akses terhadap layanan kesehatan reproduksi, termasuk kontrasepsi dan aborsi, mungkin dibatasi, dan perempuan mungkin menghadapi tekanan sosial terkait dengan tubuh mereka dan keputusan terkait reproduksi. 

Dimana pada Film " Gadis Kretek ", terdapat sebuah adegan yang menggambrakan ciri -- ciri dari budaya patriarki, seperti dimana terjadinya ketimpangan pekerjaan yang terjadi Antara kaum perempuan dan laki -- laki dimana yang menjadi atasan harus seorang laki -- laki, karena dimana laki -- laki dipandang sebagai seseorang ang pantas untuk memimpin sebuah pekerjaan dan menjadi bawahan adalah perempuan karena dipandang perempuan merupakan kaum yang harus patuh kepada seluruh perintah dari laki -- laki. Yang seharusnya dengan adanya kesetaraan gender ini,tidak perbedaan Antara kaum perempuan dan laki -- laki dalam hal pekerjaan atau apapun itu. selain itu pada adegan series tersebut tedapat adegan yang mengatakan bahwa perempuan tidak dizinkan untuk masuk ke ruangan tertentu karena pada saat ini adanya anggapan bahwa tidak baik bagi perempuan bila masuk ke ruangan tersebut. 

Lalu perempuan pada series ini juga digambarkan hanya boleh melakukan pekerjaannya di dapur seperti memasak dan merawat keluarganya, dan tidak izinkan untuk menekuni karirnya, seperti bekerja diluar luar rumah dan mendapatkan sebuah jabatan yang tinggi. Apabila memiliki pekerjaan diluar rumah, yang dimana pada saat itu pekerjaan yang mungkin adalah menjadi pelinting kretek, maka perempuan hanya boleh menjadi pelinting kretek, tidak boleh menjadi pemimpin atau istilah yang digunakan adalah mandor dari pekerjaan pelinting kretek tidak boleh lebih dari itu. 

Namun, pada series ini karakter Dasiyah / Jeng yah yang merupakan karakter utama pada series " Gadis Kretek ", dan juga memiliki rasa jatuh cinta terhadap kretek dan industrinya namun tidak dapat menunjukkan kemampuannya karena industry tersebut didominasi oleh laki -- laki. Impiannya hanya satu, yaitu ia dapat meracik saus kretek sendiri, meskipun jalan yang harus dilalui sangatt terjal karena perempuan dilarang untuk meracik atau bahkan hanya masuk ke ruang pembuatan saos kretek. Namun sampai akhirnya pun Dasiyah, belum dapat membuat sepenuhnya impian tersebut dapat berjalan karena budaya patriarki yang sangat tinggi pada saat itu.

 5. Perlawanan Perempuan Terhadap Patriarki 

Jeng yah merupakan perempuan yang sangat tidak suka adanya pengkotak -- kotakan gender yang terjadi pada masa itu. Bahkan dirinya berani untuk mengatakan bahwa hidupnya tidak mau hanya untuk melayani kaum laki -- laki saja yang biasa dilakukan kebanyakan istri. Ia ingin diberikan sebuah kepercayaan untuk dapat mengelola sebuah pabrik kretek miliknya sendiri, dan disamping itu jeng yah memiliki ambisi memracik saos kretek terenak. Saat sudah diberi kepercayaan untuk menjadi mandor di pabrik kreteknya, dasiyah pun tetap diberi batasan -- dalam menjalankan pekerjaannya. Termasuk untuk memasuki ruangan tempat meracik saos kretek. 

Namun larangan tersebut tidak membuat Dasiyah menyerah begitu saja, meskipun itu sebuah pekerjaan yang biasa dilakukan oleh laki -- laki. Ia dengan impiannya yang besar pasti tetap akan menentangnya meskipun itu harus secara diam -- diam. 

Melawan budaya patriarki bisa menjadi perjuangan yang berat, namun banyak perempuan yang menunjukkan keberanian dan ketekunan dalam memperjuangkan kesetaraan gender. Memahami budaya patriarki dan mengakui ketidaksetaraan gender merupakan langkah awal yang penting. Terlibat dalam pembelajaran dan pengajaran untuk mengidentifikasi dan memahami struktur kekuasaan yang mendorong kesenjangan. Mendorong perempuan untuk mengejar pendidikan tinggi dan karir yang sesuai dengan minat dan bakat mereka. Memperjuangkan persamaan hak bagi pekerja, termasuk upah yang adil dan peluang karir. 

Memberdayakan perempuan untuk melawan tekanan dan paksaan yang mungkin timbul dari budaya patriarki. Membangun kepercayaan diri dan keterampilan untuk menghadapi rintangan dan tantangan. Mengembangkan keterampilan kepemimpinan untuk mendorong perubahan di berbagai lingkungan. Melawan budaya patriarki memerlukan upaya kolektif dan perubahan sosial.Langkah-langkah ini akan membantu perempuan berperan aktif dalam memerangi ketidaksetaraan gender dan membangun masyarakat yang lebih inklusif. 

Dari peran yang digambarkan dalam series tersebut karakter dasiyah merupakan seorang perempuan yang sangat melawan dari bentuk budaya patriarki. Karena pada masa tersebut perempuan tidak diperbolehkan untuk bekerja namun ia tetap bersikeras untuk tetap memiliki pabrik kretek sendiri. Dari upaya melawan patriarki yang kami identifikasi dimana cara melawan sebuah budaya patriarki adalah Pemahaman tentang budaya patriarki dan kesadaran akan ketidaksetaraan gender adalah langkah awal yang penting. Karakter jeng yah disini sangat paham bahwa di daerahnya saat itu terdapat ketidaksetaraan antar gender, akhirnya yang ia lakukan adalah membangun kepercayaan diri dan keterampilan pada dalam dirinya sendiri agar dapat menghadapi hambatan dan tantangan yang ia sudah tahu hal tersebut pasti akan datang dengan sangat keras terhadap dirinya. 

Maka dapat disimpulkan, bahwa dalam series Gadis Kretek ini menggambarkan atau merepresentasikan perempuan sebagai peran utama yang memiliki karakter yang melawan dan tegas. Mereka menggambarkan bahwa tidak semua perempuan itu selalu bekerja dirumah, dan tidak selalu perempuan itu harus kalah dari laki -- laki, serta perempuan bukanlah sosok yang lemah dan selalu berada dibawah kaum laki -- laki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun