Mohon tunggu...
Haniam Maria
Haniam Maria Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Pendidikan Kimia UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kenakalan vs Prestasi Remaja di Yogyakarta

14 Oktober 2017   06:40 Diperbarui: 14 Oktober 2017   19:39 1922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bening Ayu (Sumber Gambar : cultureindo.com)

"Nglitih" merupakan salah satu bentuk kenakalan remaja di Yogyakarta, dimana para pelakunya menyisir jalanan guna menemukan anak-anak yang akan dieksekusi menggunakan pisau, gir, pedang samurai dan senjata lainnya. Aksi ini berbeda dengan tawuran, jika tawuran gerombolan anak tersebut melakukan aksinya terang-terangan dan sasarannya gerombolan anak lain yang mereka anggap musuhnya. Namun "nglitih" dilakukan secara diam-diam dan siapa saja bisa menjadi korban. Aksi "nglitih" yang sampai memakan korban jiwa menimpa pelajar SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta pada Desember 2016. Korban dikeroyok oleh puluhan orang yang menggunakan penutup wajah.

Kenapa aksi "nglitih" di Yogyakarta tidak pernah putus?

Para pelaku "nglitih" sebagian besar adalah anak yang pernah menjadi korban klitih, dia merasa harus membalaskan dendam dengan melakukan aksi yang sama. Hal tersebut berlanjut dari generasi ke generasi.  Jelas para pelaku "nglitih" telah melanggar UU Perlindungan Anak, meskipun pelakunya remaja dan rata-rata berusia 17 tahun, namun tetaplah harus diberi hukuman agar kejadian tersebut tidak kembali terulang. Nyatanya dengan perkembangan teknologi dan pengetahuan tidaklah membuat aksi kejahatan dikalangan remaja menurun, bahkan cenderung meningkat. Pada tahun 2016 terdapat 43 kasus klitih yang ditangani oleh Polda Daerah Istimewa Yogyakarta.

Namun ditengah maraknya aksi "nglitih" di kalangan remaja Yogyakarta, masyarakat Kota Pelajar pun patut berbangga dengan putra-putri daerahnya yang berprestasi. Salah satunya dari SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta yang untuk kesekian kalinya meraih prestasi Karya Ilmiah Remaja (KIR) Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Nanggroaceh Darussalam pada 9-16 Juli 2017. Dengan prestasi tersebut SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta telah mengalahkan 450 peserta dari seluruh Indonesia yang sudah dijaring melalu tes online dari 3000 siswa.

Prestasi lain dari bidang kesenian, diraih oleh Bening Ayu yang berhasil melangkah ke babak delapan besar panggung Rissing Star (Ajang Pencarian Bakat di salah satu televisi swasta). Gadis muda berusia 19 tahun ini, berasal dari Sriharjo, Imogiri Bantul. Prestasi yang didapatkan oleh Bening dan siswa-siswi SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta diharapkan dapat memotivasi remaja Kota Pelajar untuk lebih giat mengembangkan potensi dan bakat mereka kearah yang positif dengan harapan dapat meredam aksi klitih yang tengah marak di kalangan remaja Yogyakarta.

Bening Ayu (Sumber Gambar : cultureindo.com)
Bening Ayu (Sumber Gambar : cultureindo.com)
Kenakalan dan prestasi yang mengiringi langkah kalangan remaja pastilah memiliki latar belakang yang menyebabkan hal tersebut dapat terjadi. Keluarga, lingkungan pertama yang dikenal seseorang dan tempat pertama seorang anak belajar adalah keluarga. Kenakalan dari remaja dapat timbul dikarenakan kegagalan proses belajar dalam keluarga, begitupula dengan kondisi keluarga juga sangat mempengaruhi tingkah dan perilaku anak. 

Sekolah merupakan tempat awal anak mulai bersosialisasi lebih luas. Pertemanan yang salah di sekolah dapat menjadi faktor pendorong kenakalan seorang remaja. Tempat yang jauh lebih luas dalam upaya bersosialisasi adalah lingkungan masyarakat. Di lingkungan masyarakat sudah tidak ada lagi pengawas dalam mengontrol tingkah laku seseorang, tidak seperti saat didalam keluarga masih ada bapak ibu yang dapat mengontrol, maupun ketika di sekolah ada bapak ibu guru sebagai pengawas dan pengontrol. Ketika di lingkungan masyarakat hanya diri sendirinyalah yang dapat mengontrol hal apa yang patut untuk dilakukan atau ditinggalkan. 

Berbanding terbalik dengan latar balakang kenakalan remaja tersebut, latar belakang pendorong prestasi siswa pastilah lebih baik. Keluarga yang memberikan pelajaran pertama dengan baik, pertemanan di sekolah yang baik, dan begitu terjun ke lingkungan masyarakat anak tersebut telah memiliki prinsip dan pondasi yang kuat, sehingga dia bisa mengontrol tingkah dan perilakunya.

Besar harapan bagi bangsa ini memiliki para penerus yang kelak membangun Indonesia dengan segala kebaikan, baik dari segi pengetahuan maupun moral. Khususnya kalangan remaja Yogyakarta dituntut memiliki kesadaran untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif sehingga aksi "nglitih" yang sangat meresahkan dapat teredam. Diharapkan pula seluruh elemen masyarakat senantiasa ikut berperan aktif dalam kontrol dan pengawasan pergaulan di kalangan remaja yang kian memprihatinkan.

Penulis : 

Haniam Maria

Pendidikan Kimia 2016

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun