Media sosial kini sudah menjadi bagian dari kehidupan yang membudaya di masyarakat. Penggunaan media sosial yang tinggi oleh masyarakat bukan tanpa sebab.Â
Karena tidak dapat dipungkiri, menyelam di lautan dunia maya yang luas terasa begitu mengasyikkan hingga tanpa sadar sudah tenggelam berjam-jam lamanya.Â
Apalagi dengan adanya segudang tren yang kian hari kian bervariasi, membuat penggunanya beramai-ramai mengikuti demi mendapat atensi dan validasi.Â
Hal itulah yang kemudian banyak membuat mengalami FOMO (Fear of Missing Out) alias takut ketinggalan. Mereka akan merasa tertinggal jika tidak mengikuti tren yang sedang ramai diperbincangkan.
Selain itu, kini media sosial seolah seperti buku harian penggunanya. Berbagai hal mereka bagikan di sana mulai dari pencapaian yang telah dilakukan, hal-hal yang membuat mereka senang, tempat yang sedang mereka kunjungi, hingga kegiatan keseharian lainnya.Â
Mereka juga menghabiskan sepanjang waktunya hanya untuk berselancar di media sosial. melihat apa yang orang lain lakukan hari ini, pergi ke mana mereka, hal apa yang sedang terjadi di hidupnya, dan masih banyak lagi.Â
Karena hal tersebut, tidak jarang seseorang menjadi terbebani secara mental serta membandingkan dirinya dengan kehidupan orang lain yang terlihat “bahagia” itu.Â
Selain menimbulkan kelelahan fisik seperti mata lelah, leher kaki, dan jari kram, menghabiskan waktu seharian hanya untuk berkutat di media sosial juga dapat menimbulkan kelelahan mental.
Menurut pengalaman pribadi, media sosial membawa dampak yang besar terhadap kehidupan saya tanpa disadari. Hal tersebut terlihat jelas ketika saya baru saja menginjakkan kaki di bangku perkuliahan.Â
Dulu, saya tidak pernah absen untuk melihat Instastory teman yang saya ikuti di media sosial. Oleh karena itu, saya jadi mengetahui kegiatan apa saja yang mereka lakukan. Hingga tiba saat saya menjadi mahasiswa baru.