Kau dan diantara lalu lalang itu
Seperti biasa "ada banyak mata-mata" (katamu)
Termasuk dua mata itu
yang memperhatikan apa saja tanpa berkata-kata
Suara bising motor atau langkah kaki muda mudi
Suara-suara ramai tapi tak terdengar dalam kedai-kedai kopi
Seperti menimbang pilihan-pilihan yang datang silih berganti
Seperti adu argumen namun diakhiri banyak tawa dan sedikit kesedihan
Seperti menuntut sesuatu namun hanya bertahan pada sesuatu yang tidak berubah
Dua mata itu, masih memperhatikan apa saja
Kali ini, dibawah lampu-lampu jalanan yang redup di tutup-tutupi gedung-gedung kuno, dihiasi kursi-kursi yang siap menampung obrolan-obrolan basa-basi hingga mimpi-mimpi
Gereja Blenduk dan Taman Sri Gunting menjadi saksi dua mata itu masih memperhatikan apa saja dan bertanya-tanya apakah disana ada dua mata yang pernah ia lihat sebelumnya?
oleh Hanik Rosidah Al Uluwiyah
Semarang, 10 Juli 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H