"Terus kenapa?" tanya Bu Lyn.Â
   "Yaa, nggak pa pa. Jadi merasa aman saja," ucap Alisha polos.Â
   "Jangan bilang, kamu suka sama Mas Aryo," kata Bu Lyn mengagetkanku.Â
   "Emang boleh, Bu?" tanya Alisha antusias.
   "Sekolah dulu yang bener." Tiba-tiba seorang cowok muncul dari depan. Alisha melengos tak suka. Cowok seumuranku itu meraih tangan Bu Lyn dan mencium punggung tangan yang mulai keriput kemudian berlalu meninggalkan kami.
   Aku merasa telah menemukan potong puzzle kehidupanku. Lama tinggal di Jakarta, enggan pulang karena ibu telah tiada. Bu Lyn, apa aku boleh menjadi bagian dari keluarga Bu Lyn? Batinku bertanya.Â
   "Ibu dan ayah, apa kabar, Ar? Ibu sampai lupa menanyakannya." tanya Bu Lyn. Pertanyaan Bu Lyn mengurai lamunanku.Â
   "Ibu meninggal dua tahun lalu. Kalau ayah, sudah tak berkabar sejak lulus sekolah," jawabku.Â
    "Maaf. Ibu tidak tahu. Sudah ziarah ke makam ibu?" tanya Bu Lyn.Â
    "Belum, Bu. Mungkin setelah ini" jawabku.
    " Kalau gak keberatan, biar akak Alisha yang antarkan. Kalau ndak ada tempat menginap, kamu bisa menginap di sini." Tawaran Bu Lyn menghangatkan hatiku.Â