"Terima kasih. Sudah baca?" tanya Bu Lyn.Â
   "Belum, Bu. Baru tahu tadi pas buku Alisha terjatuh," jawabku sambil tersenyum malu.Â
   "Ohh, jadi gara-gara buku?" tanya Bu Lyn.
   "Iya, Bu." jawabku malu. Obrolan kami mengalir begitu saja, mengenang masa-masa sekolah.Â
   "Terima kasih, Bu. Bimbingan ibu telah membuat saya sampai pada keberhasilan saya saat ini. Kalimat-kalimat ibu yang menohok begitu riil dalam kehidupan nyata," ucapku sungguh. Bu Lyn mengusap pelupuk matanya sama halnya denganku. Andai diizinkan ingin aku memeluknya sebagai ibu.
   "Waduuuhhh. Mas Aryo bikin ibu nangis yaa!" Tiba-tiba Alisha datang dengan wajah segar dan gamis yang berbeda. Ia duduk di sebelah Bu Lyn. Wangi aromatic memanjakan hidungku. Kuberikan senyum tertampan ku pada Alisha. Sesaat aku merasa menjadi murid kurang ajar.Â
   "Maaf ya. Alisha itu iseng banget. Tadi di kereta nggak diisengin kan?" tanya Bu Lyn.Â
   "Nggak, Bu. Malah senang ada temannya. Rame," ucapku.Â
   "Emang pasar, rame," sahut Alisha.Â
   "Alisha," tegur Bu Lyn.Â
   "Ibu tahu nggak, ternyata Alisha magang di tempat Mas Aryo kerja loh," ucap Alisha.Â