Mohon tunggu...
hanif sofyan jr
hanif sofyan jr Mohon Tunggu... Freelancer - pegiat literasi

penyuka fotografi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Dilema Nelayan dan Kebijakan Tumpang Tindih

13 Desember 2023   22:36 Diperbarui: 19 Juli 2024   17:04 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kelangakaan BBM sumber gambar tempo.co

Situasi suram itu membuat kaderisasi nelayan meredup. Bahkan, terekam dalam banyak kajian arus alih profesi nelayan ke sektor lain karena ketidakpastian penghidupan. Kondisi ini pun terbukti dari jumlah profesi nelayan yang menurun atau stagnan.

Data Kementerian Kelautan dan Perikanan yang diakses pada 2 April 2022 menunjukkan, jumlah nelayan laut stagnan dan cenderung menurun dalam 10 tahun terakhir. Pada 2019, jumlah nelayan laut tercatat sekitar 2,1 juta orang. Angka ini turun dibandingkan 2018 yang berkisar 2,3 juta orang.

Di tengah berbagai impitan masalah ini, beredar informasi akan diterapkannya kebijakan kontrak penangkapan ikan, atau penangkapan terukur. Tak pelak, nelayan lagi-lagi dirundung kecemasan karena sistem kontrak ini dinilai hanya akan menguntungkan pemodal dan korporasi besar.

Indonesia sebagai negara maritim, yang dikaruniai laut beserta kekayaan di dalamnya, sepatutnya berjuang memberdayakan nelayan. Pencurian ikan atau illegal fishing semestinya ditindak tegas, demi keleluasaan nelayan mencari ikan. 

Akses bantuan juga harus dipermudah, demi makin berdayanya nelayan di laut kita yang kaya.

kelangakaan BBM sumber gambar semartara news
kelangakaan BBM sumber gambar semartara news

Nelayan dan perubahan Iklim

Berdasarkan catatan Mongabay, desakan lain yang membuat nelayan makin terjepit nasibnya adalah krisis iklim dan industri ekstraktif dan jumlah nelayan makin menurun. Ada 2,16 juta orang nelayan pada 2010, menurun menjadi 1,83 juta orang pada 2019

Dengan makin seringnya cuaca buruk dan gelombang tinggi memaksa nelayan untuk tidak melaut. Nelayan juga makin sulit memprediksi cuaca. Hal ini memiskinkan nelayan. 

Industri ekstraktif di wilayah pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil menurunkan jumlah nelayan di Indonesia. WALHI mencatat, sebanyak 747.363 keluarga nelayan di Indonesia terdampak oleh proyek reklamasi.

KKP menyatakan Nilai tukar nelayan (NTN) mencapai angka 105,9 pada bulan November tahun 2021. Volume produksi perikanan pada triwulan III tercatat sebesar 5,80 juta ton dengan nilai produksi mencapai Rp168,2 triliun.

Aktivitas menangkap ikan di laut bagi nelayan tradisional sangat mengandalkan cuaca yang bersahabat. Jika cuaca di laut tidak bersahabat, maka nelayan tidak bisa pergi melaut. Nelayan makin sulit memprediksi cuaca. Selain memperburuk cuaca, gelombang di laut menjadi semakin tinggi akibat krisis iklim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun