James memulai kisahnya dengan mengajak kita mencoba membandingkan bagaimana layanan ketika berbelanja perangkat komputer ke Amerika secara mendadak untuk pesanan jumlah besar saat waktu jam kerja mereka sedang off, atau saat hari libur, apa kira-kira yang terjadi?.Â
Pertama; mesin otomatis akan mengarahkan kita agar bertransaksi keesokan harinya saat jam kerja normal!.Â
Kedua, order dalam jumlah besar akan ditangani dalam waktu yang mereka atur dalam jam kerja.
Tapi cobalah lakukan pemesanan yang sama ke China, apa respon mereka?. Pesanan kita akan langsung disetujui berapapun jumlahnya dan dengan cepat akan direspon dan di sediakan barang-barangnya.
Tantangan itu termuat dalam kisah di buku James Fallows yang menarik dengan banyak potongan kisah perjalanannya ke relung-relung sudut kota di China.
Industri barang elektronik, seperti halnya unit Personal komputer, atau tablet atau laptop dan sejenisnya di China, tak ada bedanya dengan produk mainan anak-anak. Produk itu tidak dikerjakan dalam satu bangunan pabrik, tapi merupakan bagian dari rangkaian jaringan pemasok komponen yang saling berkolaborasi.
Setiap produsen yang menjadi bagian dari kerjasama itu saling melengkapi.
Pabrik Canggih Itu Ternyata Cuma Apartemen Biasa
James Fallows sang penulis suatu hari mencaoba berkunjung ke sebuah perusahaan penyedia perangkat komputer. Setelah berbincang di telepon, tak lama mereka bersepakat untuk bertemu.Â
Sebuah alamat perkantoran dengan alamat yang bonafid, di lantai 7 diberikan si penelepon penghubung.
Taksi yang ditumpangi James berselancar menelusuri lekuk kota, diantara bangunan-bangunan bertingkat yang umum di jumpai di Sanghai dan kota-kota besar di China lainnya.Â
Mereka berhenti di sebuah bangunan berlantai 10, namun lebih terlihat sebagai sebuah bangunan apartemen perumahan daripada sebuah kantor. James bahkan ragu dan berpikir mereka salah alamat.
Apalagi kantor yang dimaksud adalah perusahaan pemasok komputer produk Amerika. James diarahkan untuk naik ke sebuah bangunan dengan menggunakan lift yang bunyinya berdecit, dan terlihat lebih mirip sebagai lift barang daripada lift pengangkut manusia.
Setelah beberapa detik, pintu terbuka, ia telah berada di sebuah lorong yang terhubung ke sebuah lobi kecil dan seseorang yang mengaku sebagai si penghubung bisnis mereka telah berdiri menyambutnya di depan pintu lift.
Mereka berjalan memasuki sebuah ruangan, mirip ruang tamu, dengan sebuah meja kerja dan sebuah kursi, sementara bagian lainnya adalah sebuah ruang keluarga dengan suara anak-anak dan bau masakan yang berasal dari dapur di ruangan tersebut.
Persisnya kantor itu adalah sebuah apartemen biasa.Â
"Jadi bagaimana, apakah pesanan bisa dipenuhi untuk jumlah besar tersebut dan waktunya seperti yang kita bicarakan?", ujar James membuka pembicaraan.
Si pemilik bisnis mengiyakan, menurutnya semua pesanan sedang dikerjakan, tinggal menunggu selesainya seluruh "perakitan". James penasaran dengan penjelasan soal perakitan, jadi ia meminta waktu untuk bisa berkunjung ke pabrik yang dimaksud.
Akhirnya mereka berdua berkeliling.
Pada akhirnya James menyadari bahwa yang dimaksud dengan perakitan ternyata bagian dari sebuah jaringan yang rumit dan panjang rantainya, namun terhubung secara baik.
Masing-masing bagian memiliki jenis produk komponennya sendiri yang harus disediakan, ada bagian yang memasok layar LCD, chasing, perangkat mesin dalam, kipas, keyboard, hingga kabel data dan kardus packing pembungkusnya yang persis sama dengan produk keluaran aslinya. Semuanya berada di tempat-tempat yang terpisah.
Saat sebuah orderan masuk dalam jumlah besar, masing-masing pemasok akan mengirimkan spesifikasi barang sesuai orderan, dan mereka kemudian menyatukan seluruh komponen di satu rekanan yang bertugas menjadi penyedia tempat perakitan, disanalah seluruh komponen yang berpencaran itu dikumpulkan dan dirakit.
Mengapa mereka tak peduli soal waktu atau jan kerja. Pada prinsipnya mereka tak diatur dalam sebuah mekanisme prosedural layaknya sebuah kantor bisnis di negara-negara Amerika dan Eropa yang serba formal, lengakap dengan jam kerja operasional dan hari libur.
Sementara pabrikasi di China buka 24/7/12 , ada bagian yang bekerja memantau orderan masuk, tanpa peduli waktu dan seberapa banyak jumlah orderannya. Selama ada pesanan masuk mereka akan layani dengan baik, sesuati spesifikasi permintaan mereka.
Itu hanya sedikit dari catatan temuan James Fellows yang terangkum dalam buku, "Kartu Pos dari Tomorrow Square", yang berisi kisah pengalaman dan perjalanannnya selama hidup di China.Â
James memang blak-blakan dalam bukunya itu, apalagi tulisan dalam buku itu adalah hasil "petualangan dan penelusurannya sendiri" ke pelosok negeri tirai bambu itu.
Pengalaman lain yang menarik adalah ketika ia kemudian menyadari jika langit di Shanghai dan kota-kota besar di China ternyata berwarna kelabu.Â
Dan ketika James pulang ke Amerika setelah sekian waktu, saat ia keluar dari pintu pesawat barulah di sadari dan diingatnya, bahwa langit ternyata berwarna biru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H