Mohon tunggu...
hanif sofyan jr
hanif sofyan jr Mohon Tunggu... Freelancer - writer

penyuka fotografi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Belajar dari Pengalaman Konsumen, Cara Going Concern Bisnis

27 November 2023   14:11 Diperbarui: 19 Juli 2024   18:38 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
toko jadul tahan lama di bandung sumber gambar pikiran rakyat

Tulisan ini terinspirasi oleh artikelnya sahabat kompasianer Indria Salim. Meskipun sudah pernah mendengar dan membaca kisah inspiratif bisnis dan sebagainya---ternyata kisah "Pengalaman Seharga Empat Puluh Empat Ribu Rupiah" , milik Mbak Indria ternyata inspiratif untuk disimak.

"Untuk semua hal di dunia, mungkin tidak ada yang kebetulan. Pertanyaan sekilas di benak, apakah kesuksesan itu via terkenal dulu baru semua terkait itu jadi viral. Atau viral dulu, akhirnya jadi terkenal. Ini konteks jalan rezeki, atau definisi "terbatas" tentang kesuksesan. Dan dalam melakukan hampir semua hal, totalitas usaha itu perlu.". Kurang lebih itulah inti yang aku tangkap dan menjadi sentilan buatku.

Dua hal tersebut dapat menjadi alasan sebuah bisnis yang dirintis atau telah berjalan akan bertahan lama--alias going concern.

Sebenarnya sejak non aktif dari dunia ke-NGO-an, rencana untuk memulai bisnis langsung terbuka, meskipun harus mulai dari nol, dari rumah atau jika terpaksa bekerja jadi chef jalanan. Bukan apa-apa,  selain mempraktekkan passion bisnis plus masak, (padahal inti sebenarnya menjaga konsistensi dompet). Untuk hasil yang baik, kita butuh totalitas. 

Ini ada hubungannya dengan kisah belanja Indria, sebagai konsumen yang mengkritisi produk, bahwa dalam kondisi bisnis baru dimulai atau sudah berkembang, totalitas itu tetap harus dijaga. 

Aku yang pebisnis pemula, meskipun  bukan jenis perfeksionis, tapi kalau soal coba-coba produk, hasilnya berharap yang terbaik. Dan tak main-main meskipun baru membuat prototipe-nya.

merek roti jadul yang tahan jaman sumber gambar bukareview
merek roti jadul yang tahan jaman sumber gambar bukareview

Berbisnis Dengan Rasa

Kata temanku, bisnis itu yang penting bisa tetap untung. Tapi jika abai soal produki dan ke-ajegan kualitas, atau dengan bahan baku tak sehat--adalah sebuah titik lemah yang harus diwaspadai. Semua harus terukur agar kualitas terjaga.

Bagi pebisnis pemula, sebaiknya yang harus dijaga adalah soal takaran. Mengapa?. Katanya, takaran akan memudahkan mengontrol dan mengatur konsistensi produk.  Kebiasaan dan takaran akan membedakan pemahamanantara, takaran "garam secukupnya" dengan "sejumput garam" dengan jari seorang koki yang hobi masak atau memang dilahirkan dengan talenta masak, apalagi chef top markotop.

Maka tidak heran jika produk masakan tertentu bisa konsisten akan tetap sama enaknya, apakah dengan "garam secukupnya" atau "sejumput garam". Sehingga "rumus sejumput garam" itu juga berkaitan dengan proses (paham substansi takaran kuliner ), dan kaitannya dalam jangka panjang dengan totalitas dan jalan rezeki juga. (rasa-mutu yang konsisten dan pelanggan yang setia dengan produk).

Bagi seorang pedagang makanan, takaran atau ukuran,  dan kualitas harus terus menjadi patron utama, sekalipun harga tetap sama dan ukuran sedikit mengecil, namun rasa dan kualitas tetap tak berubah.

Bayangkan jika kejadian iklan di medsosnya-sedap beneer!, tapi ternyata setelah proses pengiriman ternyata kualitasnya menurun tak sesuai harapan (bukan sekedar rasa---tapi juga kemasan yang membuat rasa berubah---atau proses pengolahan yang juga membuat --produk seperti gorangan jadi tengik) sehingga butuh evaluasi kembali. 

Kecewa, kesal, jadi males makannya, apalagi beli kerupuk iklannya kriuk---pas sampai rumah, rasa krupuknya melempem. Nanti justru hanya akan dianggap gimmick.

Seringkali ini kurang atau tidak menjadi perhatian para pebisnis---jadi bukan sepenuhnya karena soal laba, tapi keinginan membuat produknya bombastik dan viral di medsos dan mengabaikan kualitas. Bahwa berbisnis tetap harus mengandalkan rasa-totalitas terjaga dengan cara terukur dan baik. Meskipun sedang banyak orderan seklipun.

Kenal dulu produk baru viral atau viral dulu baru kenal produk---keduanya bisa datang karena konsistensi produk dengan kualitas yang baik. Tanpa itu, bagaimana Roti Babah Setoe, sebuah toko roti yang sangat melegenda di Kota Solo yang telah berdiri sejak 1882 bisa bertahan?.

Toko roti Babah Setoe ini menyediakan aneka ragam jenis roti, mulai dari roti semir, roti santan, roti kayu manis gula jawa, roti tawar, dan beragam jenis roti lainnya. Dari sekian banyak jenis roti, roti semir krim mocca menjadi favorit konsumen.

Jika dibandingkan dengan toko roti modern, dan toko kekinian lain, apakah produk mereka tidak tersedia di toko lain?. Tentu saja bukan, bahkan kalah banyak soal varian kue, tapi konsistensi mutu itulah yang membuatnya bertahan melawan jaman.

Pengusaha Tahan Banting-Going Concern

toko jadul tahan lama di bandung sumber gambar pikiran rakyat
toko jadul tahan lama di bandung sumber gambar pikiran rakyat

Dalam pembelajan ekonomi yang ada istilah---going concern---saat kita memulai usaha, kita juga harus berpikir, bagaimana agar usaha itu akan terus bisa bertahan melawan waktu dan gesekan---persaingan, perubahan trend dan sebagainya.

Going concer itu masih relate dengan kisah Mbak Indria Salim saat belanja online saat lebaran. Terutama soal jalan rezeki dan totalitas usaha. Bahwa untuk mencapai keduanya butuh kerja keras. Soal jalan rezeki juga sama. Termasuk ketika kita memulai  berbisnis, harus mengenal produk, memikirkan akses tambahan modal, mikir soal --pemasaran--marketing, packaging, dan branding. Setidaknya konsisten rasa yang terukur masih bisa menyelematkan produk dan bisnis sekalipun persaingan makin besar.

SEBAIKNYA KALIAN TAU!

Kelangsungan hidup (Going concern) merupakan salah satu tujuan jangka panjang suatu entitas bisnis yang notabenenya adalah profit oriented. Kelangsungan hidup ini sering dijadikan tolok ukur kinerja manajemen dalam keberhasilan mencapai tujuan perusahaan dan hal ini banyak dipengaruhi oleh berbagai kondisi baik dari luar dan dalam. 

Diterjemahkan dari bahasa Inggris-Kelangsungan usaha adalah istilah akuntansi untuk bisnis yang diasumsikan akan memenuhi kewajiban keuangannya ketika jatuh tempo. Ini berfungsi tanpa ancaman likuidasi di masa mendatang, yang biasanya dianggap setidaknya 12 bulan ke depan atau periode akuntansi yang ditentukan.

Maka dalam pencarian ide inspiratif kita bukan sekedar mencari produk yang menarik, tapi juga bagaimana kunci sukses mereka membangun bisnis.

Ada kisah yang menarik dan inspiratif; seorang anak muda yang membuat wingko---bisnis dimulai demi membantu menjualkan dagangan ibunya.  Lama kelamaan ketika ibunya makin sepuh---tua, ia memutuskan untuk melanjutkan resep legendaris ibunya itu.

Pertama ia harus memenuhi pesanan yang jauhnya sejam perjalanan dan dalam sehari bisa dua kali bolak-balik---demi apa?, demi agar produknya bisa dikenal luas. Ini adalah cikal bakal kerja keras dan konsistensi produk dan marketingnya yang membawanya sukses kemudian.

Pada akhirnya ia memutuskan membuka toko di rumah, menyebarkannya melalui reseller, hingga sukses. Kini ibunya adalah orang yang paling dibanggakannya. Ibunya yang selalu memberinya nasehat soal --konsistensi rasa---kualitas produk. 

Banyak orang harus belajar tentang hal itu. Konsistensi produk-mutu, (termasuk packaging, branding, marketing), adalah bagian dari totalitas usaha---dan jika itu menjadi tuntunan bisnis, bukan mustahil itu akan menjadi "jalan rezeki" kita.

referensi: 1,2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun