Beruntung kali ini PKA 8 menghadirkan Syeh Daud untuk mengobati kerinduan akan seniman tua, dan tentu saja bukan hanya Syeh Daud yang kita harapkan bisa hadir di pekan kebudayaan paling bergengsi di Aceh itu. Empat tahun mendatang kita berharap dalam PKA ke 9 akan banyak hadir seniman senior lainnya, dan seni-seni tua yang sudah ditinggalkan  bisa kita nikmati, nostalgianya.
Saya bisa melihat wajah-wajah tirus, para seniman tua itu terlihat begitu gembira ketika didaulat maju ke panggung besar di bawah sorotan lampu-lampu. Setiap kali zoom kamera menampilkan wajahnya terlihat kegembiraan luar biasa. Membuat kita terharu .
Agenda Rutin Dalam Ruang Budaya
Seharusnya para seniman sepuh itu menjadi mentor-mentor dalam ruang seni budaya kita, berikan mereka kesempatan menunjukkan bagaimana seni tradisi yang hakiki, bukan hasil modifikasi belaka. Â
Tidak itu saja, pemberian kesempatan berekspresi itu juga menjadi bentuk penghargaan kita pada dedikasi mereka,menghargai jerih payah mereka menjaga dan melestarikan budaya kita di balik kerja tanpa pamrih mereka.
Seharusnya mereka tidak lagi menjadi pekerja-pekerja keras yang hidupnya terlnta-lunta--di masa tuanya aktualisasi diri yang mereka harapkan harus bisa dipenuhi oleh para pemerhati seni budaya kita.
Dalam PKA kali ini, meskipun porsinya masih sangat kecil, namun apresiasi para musisi daerah dan nasional yang hadir di ruang budaya itu harus kita acungi jempol. Mereka mungkin semakin menyadari betapa pentingya tradisi tua dijaga dan dilestarikan dari sisa-sisa talenta yang ada.
Kita teringat bagaimana kekuatiran dan keprihatinan ketika Trobador PM Toh, seorang pemain sandiwara tunggal saat meninggal dunia--saat itu kita berpikir, seni itu akan mati bersama kepergiannya.Â
Namun beruntung muncul talenta Muda Balia yang menyambung tradisi itu. Begitu juga dengan banyak seni tutur yang jika tidak dilanjutkan oleh para generasi selanjutnya akan hilang perlahan di makan waktu.
Penelusuran jejak berkesenian para senian tua dan karyanya harus terus dilakukan, diangkat kembali ke panggung budaya. Salah satunya adalah dengan mengagendakannya secara serius dan rutin dalam setiap kesempatan panggung dan acara budaya.
Sehingga Taman Budaya yang kita miliki tidak hanya menjadi skedar ruang formalitas pertunjukkan, tapi juga ruang pelestari budaya. Semoga PKA di tahun berikutnya akan lebih mengakomodir kehadiran mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H