Mohon tunggu...
Hanif Dwi Saputro
Hanif Dwi Saputro Mohon Tunggu... Arsitek - Arsitek, Penulis, Pemerhati Sosial

saya adalah seorang arsitek yang hobi menulis dan diskusi sosial budaya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar dari Para Filsuf Pendidikan

16 Juli 2020   12:57 Diperbarui: 16 Juli 2020   12:54 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konsep 'Problem Posing Education' Freire ini hampir mirip dengan konsep 'Problem Solving Method' yang digagas oleh John Dewey. Dalam metode ini anak dihadapkan pada berbagai situasi dan masalah-masalah yang menantang dan anak diberi kebebasan sepenuhnya untuk memecahkan masalah tersebut sesuai dengan perkembangan kemampuannya.

Selain itu, Dewey juga mengembangkan metode 'Learning by Doing'. Metode ini adalah pendekatan langsung untuk belajar, yang berarti siwa harus berinteraksi dengan lingkungan mereka untuk beradaptasi dan belajar. Metode ini  diperlukan untuk menjembatani kesenjangan antara dunia pendidikan dengan kebutuhan dalam masyarakat.

Beberapa konsep yang diuraikan diatas, saya pikir bisa kita katakan pararel dengan 'visi' Nadiem Makarim tentang konsep 'Merdeka Belajar' bisa juga tidak. Namun yang jelas, gagasan untuk mencoba mencari arah pendidikan yang lebih filsafati di Indonesia itu adalah gejala yang baik dan perlu disempurnakan terus untuk masa yang akan datang.

Konsep-konsep dari para filsuf pendidikan diatas mungkin bisa menjadi pelengkap atau 'menyempurnakan' konsep dan arah pendidikan di Indonesia. Karena konsep-konsep tersebut saya pikir masih relevan dengan kebutuhan dunia pendidikan dan pengembangan sosial budaya di Indonesia hari-hari ini. Ibaratkan dunia pendidikan sebagai sebuah bangunan, maka filsafat-filsafat tentang pendidikan itu adalah pondasinya.

Maka kita mesti memperkuat pondasi tersebut, supaya bangunan pendidikan kita dapat berdiri tegak dan bermanfaat. Namun mematangkan filosofi pendidikan bukan berarti mengenyampingkan hal-hal teknis, tentang pengelolaan sekolah dan manajemen keuangan pendidikan misalnya, semuanya mesti berjalan seiring.

Tentu pemikiran filsafat yang disampaikan diatas tidak harus diterima mentah-mentah, namun mesti dikritisi dan dikaji kembali untuk mendapatkan konsep-konsep pendidikan yang paling tepat untuk Indonesia, terutama oleh pihak-pihak yang berwenang.

Dengan filsafat pendidikan yang matang, diharapkan pendidikan kita akan semakin maju. Selain itu filosofi pendidikan juga ibaratkan suatu arah, yang akan menentukan kemana perjalanan pendidikan kita akan menuju, semoga menuju arah yang lebih baik serta jangan sampai salah arah dan menyebabkan kualitas manusia Indonesia menjadi 'mundur' dan mengalami'dehumanisasi'.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun