Mohon tunggu...
Hanif Rangga
Hanif Rangga Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Psikolog Candidate

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kunamai Engkau Pinus

3 Maret 2012   16:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:33 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

empayannya belum penuh, maka gadis itu kembali lagi untuk menimba air alangkah terkejutnya ketika dia pergi, ia melihat tiga orang pemuda mengambil air untuk membasuh wajahnya ~ prasetyo

Saat ini aku belum menemukan banyak cara untuk mencintaimu

cukup aku tahu, kalau aku punya perasaan itu

tapi tahukah engkau sayangku, aku mencintai rasa yang membuncah dalam diriku

bukan sosok yang hadir di mataku, maaf sayangku

mungkin inilah sensasi dan aku senang perasaan ini kutujukan untukmu

Engkau yang kunamai pinus tak sedikitpun meminta jawab, mengapa pinus??

sedangkan orang-orang disekitarku menimbang-nimbanya dengan pemahaman mereka

aku tahu pinusku, kata sayang seperti obat yang meberi efek over dosis aku takut nantinya hanya akan melukaimu, jika memberimu itu

mungkin aku terlalu konservatif mengenai perasaanku, resiko yang harus kuterima

Maafkan aku kalau aku tak bisa memberikan apapun untukmu

ingatkah engkau dengan kalimat itu, kau memanggilku bodoh saat itu

tersenyum lalu berkata, kau memberiku kebahagiaan

aku menikmati bagaimana rasanya terkena rayuan

dan saat itu kau menikmati tawa yang kugaungkan

Jika mencinta itu menyakitkan seperti yang kebanyakan orang katakan

maka aku berharap bisa terluka untukmu dan merasai derita

mungkin aku akan menyesal, tapi itu kan kudapati belakangan

aku mencintaimu itu saja, kita lihat saja nanti

hujan tak dapat melunturkan cintaku padamu

Pinusku aku belum sempat berterima kasih, untuk kepercayaanmu

banyak yang datang memujamu, kau malah memilihku

kenapa, kau tidak suka dengan pilihanku? tanyamu sedikit kesal

jika aku tidak menyukai diriku sendiri, apa mungkin akan ada yang mencintaiku?

aku hanya sedikit takut pinusku, takut tak tahu bagaimana cara memujamu

Sudahlah jangan dipuja katamu, kita jalan beriringan saja

kali ini aku tidak tertawa, aku berpura-pura tidak mendengarnya

ini hanya permulaan aku akan lebih menyakitimu nanti

jika demikian kau akan lebih tersakiti dari diriku

semoga kesempatan itu hadir dalam jejak ruang dan waktu kita

Pinusku, jika sakit itu terma yang sebenarnya

aku merasa ragu, aku akan merindukanmu nanti dan ini adalah penyakit

itu mungkin saja wajar, karena itu kubiarkan diriku tenggelam untukmu

sekarang aku yakin dengan frase yang dapat kau lihat dengan mata tertutup

pada jejak ruang dan waktu ini, rasa sakitku akan ada engkau disana

LANJUTAN PUISI DI ATAS(#2)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun