Terlebih ketuanya adalah suami dari teman saya sendiri (yang setelah setahun menjabat ketua, teman saya dicerai karena suaminya memilih menikahi wanita lain satu organisasi)
Karena eksitensinya, bendera merah di perusahaan kami semakin mempunyai nama di mata serikat pekerja di perusahaan lain, Bahkan ketuanya yang notabene adalah mantan suami teman saya (teman saya akhirnya resign, dan sayapun juga resign karena suasana kerja yang sudah tidak nyaman) melanjutkan studi hingga S2 (tadinya ia hanya tamatan SMA)
Dan  ketika sudah lama tidak bertemu dengan teman-teman di perusahaan itu, yang membuat saya agak sedikit kaget adalah teman saya yang juga ketua organisasi serikat pekerja berbendera merah tersebut mencalonkan diri menjadi anggota DPR RI. Ya, hidup memang rahasia sang ilahi. Ketua serikat berbendera merah yang dulunya saya lihat lantang berorasi di depan pintu pagar perusahaan, kini fotonya wara-wiri disepanjang jalan.
Discalimer, ini murni pendapat saya pribadi. Berserikat boleh, tidak ikut juga tidak mengapa. Namun dari pengalaman teman saya yang tadinya hanya memperjuangkan aspirasi hanya di satu perusahaan, sekarang  sedang berjuang mewujudkan aspirasi kawan-kawan pekerja satu Indonesia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H