Mohon tunggu...
Heznie Wulandari
Heznie Wulandari Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Dasar

Heznie Wulandari, S.Pd || Guru biasa yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mencari Algi, Murid Yang Putus Sekolah

5 Januari 2024   08:35 Diperbarui: 5 Januari 2024   08:39 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disisi lain, guru juga harus memahami perkembangan jasmani, emosi, sosial, bahasa, moral serta kognitif peserta didik.  Menurut Alur Pikir Pengembangan Kurikulum S1-PGSD (2006), pengetahuan guru yang luas tentang hakikat dan ciri-ciri perkembangan peserta didik memberikan landasan yang diperlukan bagi guru untuk mengambil keputusan secara tepat. Tujuan utama guru fasilitator semua peserta didik agar berhasil. Tujuan yang dapat dicapai apabila guru tidak terlalu menuntut dari substansi kurikuler semata namun juga menyesuaikan tingkat perkembangan peserta didik.

Dalam proses pembelajaran, seharusnya guru dapat memperlakukan peserta didiknya secara adil agar setiap peserta didik dapat memperoleh kesempatan  yang sama untuk mengembangkan potensi yang dimiliki secara maksimal. Dan yang terpenting adalah peserta didik merasa diterima oleh lingkungan yang dimulai dari gurunya. Guru (wali kelas khususnya)  adalah orang tua peserta didik di sekolah. selayaknya orang tua yang mengasihi anaknya, peran guru sangat penting dalam membentuk kepribadian anak. Katika anak merasa dicintai, ia akan merasa nyaman ketika berada dilingkungannya. Begitupun sebaliknya, ketika peserta didik merasa tidak diterima disekolah, guru mengabaikan bahkan membencinya, maka peserta didik tidak akan merasa nyaman dan motivasi untuk belajar akan hilang.

  • Jangan Memberikan Label Buruk Pada Peserta Didik.

Labelling adalah suatu kondisi ketika seseorang mendapatkan julukan dari orang lain berdasarkan pada perilakunya. Misalnya julukan anak pandai untuk siswa yang selalu meraih peringkat pertama.  Anak bodoh, ketika menjuluki murid yang tidak pintar, dan sebagainya. Semakin kuat label yang melekat pada diri seseorang, pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku bahkan kepribadian orang tersebut sesuai label yang melekat padanya.

Dalam dunia pendidikan sering kita jumpai guru memberikan julukan kepada siswanya. Seperti pada contoh Algi di atas, ia mendapat julukan anak pemalas, anak bodoh dan anak nakal.  Ketika kata-kata tersebut diucapkan oleh seorang guru, tentu memberikan dampak negatif yang sangat besar. Membuat siswa tumbuh menjadi anak yang tidak percaya diri. Ia kehilangan kepercayaan dirinya, dan menganggap ucapan guru adalah benar dan siswa cenderung mempertahankan dan melanjutkan kebiasaan tersebut sesuai julukan yang diberikan oleh gurunya. 

Hal ini tentu sangat merugikan siswa. Karena label yang sudah melekat akan sulit hilang dan cenderung melekat sampai ia dewasa yang tentu saja berdampak pada kehidupan sosialnya. Contohnya sendiri kita sebagai orang dewasa mengalami saat mengadakan reuni, ketika lupa mengingat nama seseorang, yang justru kita ingat adalah julukannya bukan?

Selain itu apa bahaya labelling di sekolah? Labelling  membentuk persepsi dan ekspektasi yang salah. Kadang, ketika guru sudah melabeli siswa dengan label yang buruk, guru cenderung memiliki reaksi yang berlebihan terhadap siswa yang diberi label. Akibat ekspektasi yang salah, terdapat perbedaan dalam interaksinya, misal guru lebih banyak tersenyum dan memuji pada anak yang pandai, namun ketika menghadapi anak yang diberi label buruk, guru menampakan muka judes dan jarang memuji. Tentu hal ini sangat mempengaruhi minat belajar siswa dan akan berdampak langsung pada prestasinya.

  • Jadilah Motivator Untuk Peserta Didik

Guru adalah kreator proses belajar mengajar. Guru yang profesional akan menyadari bahwa dirinya harus berperan sebagai motivator yang bertugas memberikan inspirasi dan dorongan kepada siswa untuk mencapai pembelajaran yang berkualitas. Yang terpenting adalah tanggung jawab guru yang tidak pernah surut untuk membimbing mereka. Kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas adalah bingkai indah dalam potret kehidupan mereka yang dapat mengantarkan mereka pada kesuksesan untuk meraih masa depannya. 

Guru harus menjadi agent of learning (agen pembelajaran) dan agent of change (agen perubahan) yang mampu membangkitkan motivasi peserta didiknya sehingga mereka dapat meraih prestasi yang diinginkan.

Motivasi atau motivate dalam bahasa inggris, ternyata mempunyai singkatan lho, ya ini adalah teknik guru dalam memotivasi siswa. 

M (manifest) artinya membangkitkan rasa percaya diri kepada siswa ketika guru memberikan tugas pada mereka. O (open) artinya terbuka. Ajak siswa untuk lebih terbuka kepada guru ketika ada masalah apapun. T (tolerance) artinya toleransi terhadap kegagalan. Ketika siswa gagal, guru harus meyakinkan dirinya dan siswa kalau kegagalan adalah hal yang normal, nanti bisa diperbaiki. V (value) artinya nilai yang diharapkan dan diakui dalam proses belajar yang baik. A (align) Artinya guru hendaknya menyeimbangkan sasaran pemberian tugas dengan kemampuan individu. T (trust) Kejujuran sangat penting dalam memotivasi siswa. E (empower) artinya memperlakukan semua siswa sama dan sewajarnya. 

Yang dilakukan Bu Mawar adalah bentuk kepedulian nyata seorang guru sekaligus orang tua yang sadar akan pentingnya pendidkan. Bu Mawar menyadari bahwa ia mempunyai sedikit kuasa untuk membirokrasikan pelayanan pendidikan Algi kepada pemerintah daerahnya. Semoga tidak ada Algi-Algi lainnya yang putus sekolah, apapun alasannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun