Bila ditanya apa PR dunia pendidikan kita hari ini? Jawaban saya adalah perundungan. Maraknya pemberitaan tentang aksi bullying atau perundungan yang dilakukan pelajar terhadap sesama pelajar lainnya sangat membuat hari miris, terlebih aksinya tersebut dilakukan di sekolah hingga menyebabkan korban jiwa. Hal ini tentu saja mencoreng institusi sekolah khususnya, dan dunia pendidikan di negara kita pada umumnya. Sebenarnya aksi perundungan bukan hal baru dimasyarakat kita. Kita masih ingat video artis Marshanda yang mengaku mendapat perlakuan bullying di sekolahnya hingga ia mengalami mental illness atau gangguan mental Bipolar Disorder. Atau baru-baru ini pengakuan mantan artis cilik Chikita Meydi yang mengalami aksi serupa saat duduk dibangku sekolah dasar.Â
Dilansir situs Stopbullying.gov pengertian perundungan itu sendiri adalah sebuah perilaku agresif dengan melibatkan ketidakseimbangan kekuatan yang nyata yang dilakukan oleh sekelompok orang atau individu kepada kelompok atau individu lainnya yang menyebabkan trauma pada korban. Perilaku tersebut dilakukan dengan menyakiti  korban dengan cara kekerasan fisik, verbal, maupun psikologis secara sengaja dan terus menerus.
Lalu apa peran guru sebagai stakeholder agar aksi perundungan tidak menimbulkan snowball effect?
Guru dapat membedakan mana candaan dan perundungan pada siswa
Guru dapat memastikan perbedaan antara bercanda dan perundungan siswa. Sebagai guru, kita pasti pernah melihat ketika siswa saling melontarkan godaan dan berakhir dengan tawa. Hal tersebut umumnya dilakukan dalam konteks candaan. Namun apabila candaan tersebut sudah mulai menjurus ke arah menyakiti baik secara verbal maupun fisik, hal tersebut sudah masuk ke dalam ranah perundungan. Guru pun harus memahami jenis-jenis perundungan agar guru dapat membedakan mana candaan, dan mana perundungan.
1. Perundungan Verbal
 perundungan verbal merupakan perundungan yang dilontarkan dalam bentuk kata-kata, misalnya kata-kata yang tidak sopan, kata yang menyakitkan, menghina fisik, labelling atau julukan yang tidak baik, dan mengancam.
2. Perundungan Fisik
Perundungan fisik merupakan salah satu perundungan yang mudah ditemui dan mudah diketahui, karena perundungan ini melibatkan adanya aktivitas fisik yang mengancam korban. Misalnya, memukul, menendang, mencuri, merusak atau menghancurkan barang milik orang lain.
3. IntimidasiÂ
Perundungan ini disebut juga perundungan relasional . Jenis perundungan ini bertujuan untuk merusak reputasi korban dengan cara mempermalukan korban di depan umum, menyebarkan kabar tidak benar, Â dan mengucilkan mereka.Â
4. Perundungan Siber
Perundungan siber merupakan jenis perundungan yang dampaknya sangat berbahaya pada anak-anak. Â Umumnya bullying ini terjadi melalui perangkat elektronik (ponsel pintar) dalam bentuk mengirim konten berbahaya melalui pesan singkat, aplikasi, ataupun media sosial.
Melakukan Tindakan Preventif Bullying
Sekolah melakukan tindakan pencegahan dengan cara sebagai berikut:
1. Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan kondusif
Sekolah yang aman, nyaman dan disiplin adalah sekolah yang membuat warga sekolahnya bebas dari rasa takut, kondusif untuk belajar, dan membuat hubungan antar warga sekolahnya positif. Dengan suasana lingkungan yang aman dan nyaman, akan membuat siswa mempunyai rasa saling percaya dan saling menghargai sehingga gesekan-gesekan dapat dihindari.
2. Membuat kebijakan anti bullying
Pencegahan selanjutnya berupa pesan kepada murid, bahwa sekolah tidak menerima aksi perundungan dalam bentuk apapun. Bila sekolah menemukan hal tersebut, sekolah dapat mengambil tindakan berupa sanksi bagi siswa yang melakukan perundungan.
3. Membuat jadwal sosialiasasi anti bullying
Guru Bidang Kesiswaan (BK) rutin melakukan sosialisasi mengenai perilaku bullying disekolah agar siswa dapat memahami bentuk dan jenis-jenis bullying yang terjadi serta dampak-dampak  negatif dari aksi perundungan teresebut.
4. Â Menanamkan nilai-nilai agama sebelum memulai pelajaran.
Melakukan pembiasaan sholat dhuha bagi siswa yang beragama islam, atau Ibadah bagi agama nonmuslim yang rutin dilakukan setiap hari menjelang kegiatan belajar mengajar dapat menumbukan pendidikan disiplin dan karakter pada siswa, sehingga diharapkan siswa memiliki karakter yang baik dan dapat membedakan tindakan mana yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.
5. Guru memberikan teladan yang baik
Pastikan guru memberikan contoh yang baik pada siswa dengan menghargai seluruh warga sekolah. Tidak memberikan label bodoh, malas, pengganggu dan sebagainya  pada siswa. Karena hal tersebut akan membuat siswa lainnya turut melakukan perundungan.
Menjalin kerja sama yang baik antara guru dan orang tua
Guru dan orang tua mempunyai peran yang sama, yaitu membimbing, mendukung, dan memaksimalkan potensi anak. Keduanya sama-sama memiliki peran yang penting dalam menumbuhkan karakter anak. Dengan menjalin hubungan yang baik antara keduanya, baik di sekolah maupun di luar sekolah, akan memberikan dampak positif terhadap perilaku anak. Mengomunikasikan perkembangan anak  dapat mencegah siswa melakukan  perbuatan-perbuatan yang menyimpang , khususnya perilaku bullying.Â
Pun ketika guru harus dihadapkan pada situasi ada orang tua yang anaknya menjadi korban maupun pelaku bullying, guru berperan menjadi penengah dan mediator antara kedua orang tua. Tidak berat sebelah dan keputusan yang di ambil adalah untuk kepentingan bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H