Mohon tunggu...
Heznie Wulandari
Heznie Wulandari Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Dasar

Heznie Wulandari, S.Pd || Guru biasa yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengurai Trauma Masa Kecil

29 Desember 2023   05:12 Diperbarui: 8 Januari 2024   16:20 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peristiwa atau kejadian buruk yang menimpa seseorang pada masa lalu kerap membekas dalam pikiran. Tak jarang membuat seseorang merasakan ketakutan, cemas, atau tidak nyaman bahkan menangis  saat mengingat akan peristiwa tersebut. Kondisi tersebut bisa jadi adalah trauma.  Trauma adalah kondisi akibat riwayat luka baik secara fisik maupun emosional.

Seseorang yang mengalami trauma biasanya akan merasa ketakutan atau terancam walaupun kejadiannya sudah lama berlalu. Penyebab seseorang mengalami trauma adalah pengalaman atau peristiwa yang membekas seperti perundungan, kekerasan verbal maupun fisik dari orang terdekat maupun orang lain, kekerasan seksual, kecelakaan, kematian orang terdekat, dan masih banyak penyebab lainnya.  


Lalu bagaimana ketika peristiwa yang menimbulkan trauma terjadi pada masa kanak-kanak?

Melati adalah siswa kelas 3 pada salah satu sekolah swasta di kota penyangga ibukota. Suatu hari setelah pulang sekolah dan berganti pakain, Melati berniat untuk membeli jajanan di sekolah tempat Kakaknya yang bernama Bintang. Kebetulan Bintang bersekolah di sekolah dasar negeri kelas 4. Melati memilih jajanan berupa mainan yang dijajakan oleh penjual didepan sekolah sang kakak. Tiba-tiba murid SMP yang sejak tadi duduk di salah satu pedagang menghampirinya. 

"Kamu adiknya Bintang ya?". Tanya murid SMP itu yang Melati tidak tahu namanya, "Iya.". Jawab Melati

"Kamu nggak tahu, Bintang lagi berantem sama Agus di lapangan bola sana". Murid SMP itu menunjuk  lapangan yang memang ia ketahui. "Hah. yang benar?". Tanya Melati khawatir. "Ayo, kesana lihat kalau nggak percaya". Ajak Murid SMP itu.

Karena khawatir dengan keadaan kakaknya, Melati ikut saja ketika murid SMP itu mengajaknya ke arah lapangan yang tidak jauh dari sekolah tempat Bintang belajar. Murid SMP itu mengajak Melati menyusuri kebun disekitar lapangan. Sebenarnya pintu masuk lapangan berada didalam kompleks perumahan. Namun murid SMP itu malah  mengajak Melati ke arah lapangan melalui kebun pisang."Dimana abang saya, kok nggak ada". Tanya Melati masih panik.

Namun tiba-tiba murid SMP itu mendorong Melati hingga duduk persis dibawah sebuah pohon pisang. Kemudian murid SMP itu berusaha membuka celana biru yang dikenakannya. Saat itu ia masih memakai seragam sekolah lengkap dengan tas selempang dan sepatunya. Ia agak kesulitan membuka celana sepertinya karena menggunakan sabuk. 

Melihat hal seperti itu, Melati langsung teringat oleh ucapan ibunya, untuk lari ketika ada orang asing yang akan berbuat jahat padanya.  Melati takut dan langsung berusaha kabur, ia berlari kencang sekali hingga murid SMP itu tidak bisa mengejarnya. Sepanjang perjalanan Melati berusaha menahan tangis. Kebun pisang dan rumah yang berjarak lumayan jauh berhasil Melati lewati. Dan alangkah kagetnya Melati dirumah sudah ada Bintang.  Sambil mengatur nafas yang masih terengah-engah, Melati bertanya pada bintang, "Abang, kok abang dirumah? katanya abang berantem sama Agus?".  Tanya Melati masih dengan nafas tersengal-sengal karena ia berhasil lari dari percobaan pelecehan. "Nggak kok, kata siapa?".  Jawab Bintang. "Abang nggak berantem sama siapa-siapa". Katanya lagi.

Melati tidak mungkin menceritakan kejadian yang baru saja ia alami pada kakaknya, pun kedua orang tuanya. Melati tahu betul sifat ayahnya yang kemungkinan besar akan sangat marah mendengar putri kecilnya hampir dinodai. Atau malah lebih buruknya, ayahnya kan melaporkan anak itu pada pihak yang berwajib. Biarlah ini menjadi rahasiaku, pikir Melati saat itu. Toh ia berhasil kabur dan kejadian mengerikan itu tidak sampai terjadi.  Melati tidak tahu persis nama murid SMP yang berusaha melakukan rudupaksa padanya, yang ia tahu rumah murid SMP itu masih satu lingkungan dengannya dan ayahnya pasti kenal betul dengan keluarga murid SMP itu.

Bertahun-tahun Melati merahasiakan kejadian mengerikan tersebut. Sebisa mungkin ia menghindari bertemu dengan anak itu. Pernah satu kali saat Melati sudah duduk dibangku SMP, tanpa sengaja Melati bertemu dengan anak yang dulu hampir melecehkannya.  Anak itu sudah SMA kelas 3 mungkin, ia sedang menunggu angkutan umum. walaupun susasana pagi itu sangat ramai, ia tak bisa menutupi rasa takutnya. jantung Melati berdetak kencang sekali, ia takut.  Namun karena jalan itu adalah satu-satunya jalan menuju sekolah, Melati terpaksa melewati jalan itu. Ia menutup wajahnya agar tidak dikenali oleh anak tersebut.

Sampai beberapa waktu kemudian, Melati mendengar kabar kepindahan keluarga anak itu. Mereka pindah ke kampung halaman orantuanya. Melati senang sekali mendengarnya. Akhirnya setelah bertahun-tahun ia merasakan ketakutan karena dibayangi kejadian yang hampir merusak masa depannya. Ia takut karena anak itu masih berada dilingkungan sekitarnya, ia takut orang itu akan mencoba melakukannya lagi. Ahh.. Banyak sekali ketakutan-ketakutan yang ia bayangkan akan terjadi.

Sejak orang itu dan keluarganya pindah. Melati merasa lega sekali. Ia bisa tenang menjalani masa remajanya. Sampai pada suatu hari, ketika Melati sudah mulai bisa mengatasi rasa traumanya, Melati menceritakan rahasia yang selama ini ia pendam kepada orang tuanya. Orang tuanya sangat kaget. Awalnya ayahnya sangat kaget kenapa Melati tidak mengatakan pada saat kejadian itu juga, namun akhirnya ketika sudah dipastikan keadaan Melati sudah jauh lebih baik, mereka merasa bersyukur dan berusaha melupakan kejadian yang dialami sang putri agar memori masa-masa itu benar-benar ia lupakan

Dari kisah di atas, peristiwa yang yang menimbulkan trauma pada anak adalah percobaan pelecehan atau kekerasan seksual. Trauma pelecehan seksual pada masa kanak-kanak dapat meninggalkan bekas luka yang berkepanjangan bahkan bila tidak ditangani dengan serius dampaknya bisa terjadi hingga dewasa. 

Masa kanak-kanak adalah masa yang sangat penting dalam fase perkembangan manusia. Pertumbuhan fisik pada masa itu mengkin jelas terlihat, namun untuk pertumbuhan otaknya merupakan proses yang lebih kritis dan kompleks. Perkembangan otak sangat tergantung  pada faktor-faktor lingkungan. 

Dengan demikian trauma pada masa kanak-kanak, seperti pada ilustrasi di atas memiliki dampak yang mendalam ke otak pada titik-titik perkembangan yang kritis tersebut.

Dari cerita di atas, mengapa Melati nampak bisa mengatasi rasa traumanya?

1. Peranan Keluarga

Ketika  seseorang anak tahu cara melindungi dirinya ketika dalam bahaya,  artinya jelas sekali peran orang tua disini, yaitu mengajarkan anak cara melindungi dirinya. Selain itu, peran orang tua yang dikisahkan di atas adalah bagaimana reaksi orang tua ketika mengetahui sang anak nyaris menjadi korban kekerasan seksual adalah tidak mendikte dan selalu bertanya tentang apa yang terjadi, agar anak tidak mengingat kembali peritiwa yang membuatnya trauma.

2. Menghindari Bertemu Langsung Dengan Pelaku

Salah satu trauma yang dapat terjadi pada seseorang yang pernah mengalami kekerasan seksual adalah Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD). Hal inilah yang dapat menyebabkan seseorang bila mengingat atau melihat langsung pelaku kekerasan seksual merasa ketakutan dan cemas. Untuk menghindari rasa ketakutan tersebut, korban memang lebih baik dijauhkan dari pelaku.

3. Melakukan Hal Positif

Agar anak tidak terlalu fokus memikirkan dan mengingat kejadian yang membuatnya trauma, lakukan hal positif yang anak sukai. Seperti membelikan buku bacaan anak, menemani anak bermain, dan biarkan anak melakukan hal yang ia sukai selama hal tersebut positif dan anak dapat melupakan traumanya. 

(gambar: stock.adobe.com)
(gambar: stock.adobe.com)

Salah satu hal yang dapat kita dari petik dari kisah di atas adalah, jangan pernah membiarkan anak bermain sendirian, karena kita tidak tahu bahaya apa yang mengintainya. Selain itu kita sebagai orang tua, pendidik, dan sebagai masyarakat yang peduli dengan masa depan generasi penerus kita. Mari kita ajarkan anak cara melindungi dirinya. Karena perlindungan anak adalah tanggung jawab orang tua.

 Lalu bagaimana cara orang tua mengajarkan anak cara melindungi dirinya?

  • Tubuh Adalah Milik Pribadi

Orang tua harus mengajarkan pada anak bahwa yang boleh mengontrol tubuh mereka adalah diri mereka sendiri. Tidak boleh seorangpun yang dapat mengontrol tubuh mereka. 

  • Mengutarakan Perasaan

Anak harus di ajarkan untuk berani mengutarakan pendapat dan perasaannya. Katakan pada anak untuk berani melaporkan jika ada orang yang berlaku tidak sopan padanya. Jangan pernah ragu untuk berteriak minta tolong sekencang-kencang nya walaupun hal itu sulit, ajarkan pada anak bahwa inilah salah satu cara dalam melindungi diri mereka ketika mereka berada dalam situasi berbahaya.

  • Mengajarkan Beberapa Seni Bela Diri

Kemampuan bela diri mempunyai banyak sekali manfaat, salah satunya adalah bisa melindungi diri saat anak berada dalam bahaya. misalnya Karate, Taekwondo, Wushu dan lain-lain. Masukkan anak pada les bela diri sehingga anak memiliki dasar-dasar dalam menjaga dirinya.

  • Menghindari Orang Asing

Ajarkan pada anak untuk selalu berhati-hati  dan tidak menerima sesuatu dari orang asing.  Banyak kasus kejahatan terjadi bermula dari pemberian sesuatu dari orang asing yang asing mengiming-imingi anak berupa permen atau uang. Ajarkan anak untuk menolak, bahkan kalau perlu berlari untuk menghindarinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun