Sampai beberapa waktu kemudian, Melati mendengar kabar kepindahan keluarga anak itu. Mereka pindah ke kampung halaman orantuanya. Melati senang sekali mendengarnya. Akhirnya setelah bertahun-tahun ia merasakan ketakutan karena dibayangi kejadian yang hampir merusak masa depannya. Ia takut karena anak itu masih berada dilingkungan sekitarnya, ia takut orang itu akan mencoba melakukannya lagi. Ahh.. Banyak sekali ketakutan-ketakutan yang ia bayangkan akan terjadi.
Sejak orang itu dan keluarganya pindah. Melati merasa lega sekali. Ia bisa tenang menjalani masa remajanya. Sampai pada suatu hari, ketika Melati sudah mulai bisa mengatasi rasa traumanya, Melati menceritakan rahasia yang selama ini ia pendam kepada orang tuanya. Orang tuanya sangat kaget. Awalnya ayahnya sangat kaget kenapa Melati tidak mengatakan pada saat kejadian itu juga, namun akhirnya ketika sudah dipastikan keadaan Melati sudah jauh lebih baik, mereka merasa bersyukur dan berusaha melupakan kejadian yang dialami sang putri agar memori masa-masa itu benar-benar ia lupakan
Dari kisah di atas, peristiwa yang yang menimbulkan trauma pada anak adalah percobaan pelecehan atau kekerasan seksual. Trauma pelecehan seksual pada masa kanak-kanak dapat meninggalkan bekas luka yang berkepanjangan bahkan bila tidak ditangani dengan serius dampaknya bisa terjadi hingga dewasa.Â
Masa kanak-kanak adalah masa yang sangat penting dalam fase perkembangan manusia. Pertumbuhan fisik pada masa itu mengkin jelas terlihat, namun untuk pertumbuhan otaknya merupakan proses yang lebih kritis dan kompleks. Perkembangan otak sangat tergantung  pada faktor-faktor lingkungan.Â
Dengan demikian trauma pada masa kanak-kanak, seperti pada ilustrasi di atas memiliki dampak yang mendalam ke otak pada titik-titik perkembangan yang kritis tersebut.
Dari cerita di atas, mengapa Melati nampak bisa mengatasi rasa traumanya?
1. Peranan Keluarga
Ketika  seseorang anak tahu cara melindungi dirinya ketika dalam bahaya,  artinya jelas sekali peran orang tua disini, yaitu mengajarkan anak cara melindungi dirinya. Selain itu, peran orang tua yang dikisahkan di atas adalah bagaimana reaksi orang tua ketika mengetahui sang anak nyaris menjadi korban kekerasan seksual adalah tidak mendikte dan selalu bertanya tentang apa yang terjadi, agar anak tidak mengingat kembali peritiwa yang membuatnya trauma.
2. Menghindari Bertemu Langsung Dengan Pelaku
Salah satu trauma yang dapat terjadi pada seseorang yang pernah mengalami kekerasan seksual adalah Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD). Hal inilah yang dapat menyebabkan seseorang bila mengingat atau melihat langsung pelaku kekerasan seksual merasa ketakutan dan cemas. Untuk menghindari rasa ketakutan tersebut, korban memang lebih baik dijauhkan dari pelaku.
3. Melakukan Hal Positif
Agar anak tidak terlalu fokus memikirkan dan mengingat kejadian yang membuatnya trauma, lakukan hal positif yang anak sukai. Seperti membelikan buku bacaan anak, menemani anak bermain, dan biarkan anak melakukan hal yang ia sukai selama hal tersebut positif dan anak dapat melupakan traumanya.Â
Salah satu hal yang dapat kita dari petik dari kisah di atas adalah, jangan pernah membiarkan anak bermain sendirian, karena kita tidak tahu bahaya apa yang mengintainya. Selain itu kita sebagai orang tua, pendidik, dan sebagai masyarakat yang peduli dengan masa depan generasi penerus kita. Mari kita ajarkan anak cara melindungi dirinya. Karena perlindungan anak adalah tanggung jawab orang tua.
 Lalu bagaimana cara orang tua mengajarkan anak cara melindungi dirinya?
Tubuh Adalah Milik Pribadi
Orang tua harus mengajarkan pada anak bahwa yang boleh mengontrol tubuh mereka adalah diri mereka sendiri. Tidak boleh seorangpun yang dapat mengontrol tubuh mereka.Â
Mengutarakan Perasaan