Sayangnya realita di lapangan menunjukkan masih banyak umat Muslim Indonesia yang belum bisa membaca Al-Qur'an. Banyak faktor yang menyebabkan masih rendahnya kemampuan membaca Al-Qur'an di Indonesia. Hal menyedihkan ini mudah dijumpai di sekitar kita. Bahkan ketidakbisaan membaca Al-Qur'an menjadi salah satu kriteria untuk memberikan stereotip kepada sesama muslim, dengan menjulukinya sebagai "Islam KTP" yang berarti bahwa orang tersebut beragama Islam hanya sebagai formalitas pada identitas kependudukan saja namun tidak dengan prilaku kesehariannya. Mungkin juga masih sering pembaca temui banyak di sekitar kita baik tetangga, saudara, teman, atau partner kerja kita yang beragama Islam namun belum bisa membaca Al-Qur'an.
Sebetulnya hal ini selaras dengan sebuah riset dari Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) beberapa waktu lalu yang mengungkapkan bahwa tingkat buta huruf Al-Qur'an di Indonesia cukup tinggi. Dikutip dari laman Institut Ilmu Al-Qur'an Jakarta (2023), bahwa tingkat buta huruf Al-Qur'an di Indonesia sebesar 58,57% sampai dengan 65% dan hanya 35% yang bisa membaca Al-Qur'an. Ini artinya dari 229 juta pemeluk Islam di Indonesia, hanya ada 80 juta orang yang bisa membaca Al-Qur'an.
Sebuah ironi tentunya, bila negara dengan populasi Muslim terbesar kedua di dunia hanya memiliki angka kemampuan membaca Al-Qur'an tidak lebih dari setengah pemeluknya. Alhasil akan banyak sekali keutamaan-keutamaan Al-Qur'an yang tidak dirasakan oleh seluruh umat Muslim di Indonesia. Di antara keutamaan terbesar Al-Qur'an yang diturunkan Allah sebagai kitab suci umat akhir zaman adalah menuntun manusia kepada keselamatan hidup di dunia dan di akhirat. Hal tersebut tentu sangat penting dan menjadi impian tertinggi manusia dalam menjalani kehidupan. Akan sangat merugi bila umat Muslim terbesar kedua di dunia masih dirundung masalah rendahnya kemampuan membaca Al-Qur'an.
Mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dapat menjadi salah satu solusi untuk memberantas buta aksara Al-Qur'an di Indonesia. Tentu ini patut dipertimbangkan mengingat mahasiswa PTKIN didominasi pemeluk agama Islam yang telah lolos tes Bahasa Arab dan tes Baca Tulis Al-Qur'an saat ujian masuk perguruan tinggi. Kemampuan lolos dua tes tersebut menjadi modal berharga mahasiswa PTKIN untuk turut andil dalam mengurangi angka buta Al-Qur'an di Indonesia dengan mengajarkan baca Al-Qur'an di wilayahnya masing-masing.
Modal tersebut juga perlu dibarengi adanya motivasi tinggi untuk mengajar. Pada kenyataannya salah satu faktor penyebab tingginya angka buta aksara Al-Qur'an di Indonesia bukan karena tidak adanya orang yang mampu membaca Al-Qur'an ataupun rendahnya kemauan masyarakat untuk belajar Al-Qur'an. Melainkan karena banyaknya masyarakat yang sudah mampu membaca Al-Qur'an namun enggan mengajarkan dan merasa tidak memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan Al-Qur'an. Padahal keutamaan membaca, mempelajari, mengamalkan, dan mengajarkan Al-Qur'an tidak perlu diragukan lagi. Dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah bersabda:
عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
Artinya: "Dari 'Utsman, rodhiyallohu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya."
Sudah sepantasnya mahasiswa PTKIN yang diberi kemampuan membaca Al-Qur'an untuk berlomba meraih kemuliaan tersebut dan senantiasa memupuk semangat mengajarkan Al-Qur'an. Banyak jalan yang dapat ditempuh untuk dapat mengajarkan Al-Qur'an, seperti mengajar TPQ, membuka les privat baca Al-Qur'an, masuk dan mengembangkan lembaga Qur'an, membentuk komunitas belajar baca Al-Qur'an, dan masih banyak lagi.
Dengan jumlahnya yang tidak sedikit, apabila seluruh mahasiswa PTKIN mau bergerak mengajarkan Al-Qur'an, maka bukan kemustahilan mahasiswa PTKIN menjadi penumpas buta Al-Qur'an di Indonesia. Perlu diingat, jika hal ini benar-benar terjadi, mahasiswa PTKIN secara tidak langsung sedang mengantarkan kebahagiaan kepada saudara-saudaranya sesama Muslim. Mereka yang sebelumnya tidak bisa membaca Al-Qur'an, akhirnya dapat merasakan nikmat dan keberkahan Al-Qur'an serta masuk ke dalam golongan manusia terbaik sebagaimana sabda baginda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam.
REFERENSI