Terlahir, tumbuh, dan berkembang sebagai pemeluk Islam di Indonesia yang memiliki populasi Muslim terbesar kedua di dunia tentu menjadi hal yang wajib disyukuri. Sebagai umat Islam, Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah memberikan karunia berupa Al-Qur'an sebagai sumber hukum utama yang digunakan manusia sebagai pedoman hidup dalam menghadapi berbagai masalah, mulai dari yang terbesar hingga terkecil. Allah telah menjelaskan dalam beberapa ayat-Nya yang menegaskan bahwa Al-Qur'an merupakan petunjuk bagi manusia, di antaranya:
- QS. Al-Baqarah [2]: 2
ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَۛ فِيْهِۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ
Artinya: "Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa"
- QS. Al-Isra` [17]: 9
اِنَّ هٰذَا الْقُرْاٰنَ يَهْدِيْ لِلَّتِيْ هِيَ اَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ اَجْرًا كَبِيْرًاۙ
Artinya: "Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar"
Dalam tafsir Al-Mishbah, Prof. Quraish Shihab menjelaskan kandungan kedua ayat tersebut. Pada QS. Al-Baqarah [2]: 2 bermakna bahwa Al-Qur'an merupakan kitab yang sangat sempurna dan tidak ada keraguan padanya; yakni pada kandungannya dan kesempurnaannya serta berfungsi sebagai petunjuk bagi seluruh manusia, kendati yang menarik manfaatnya hanyalah orang-orang yang bertakwa.
Sedangkan QS. Al-Isra' [17]: 9 bermakna bahwa: Sesungguhnya al-Qur'an ini memberi petunjuk untuk manusia ke jalan yang lebih lurus dan sempurna lagi menyelamatkan dan memberi juga kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya lagi membuktikan keimanannya itu senantiasa mengerjakan amal-amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar sebagai imbalan iman dan apa yang diamalkannya itu.
Firman-Nya pada Qs. Al-Isra' ayat 9: (هٰذَا الْقُرْاٰنَ) hadza al-Qur'an/al-Qur'an ini, menunjuk kepada kitab suci umat Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam dengan isyarat dekat, yakni kata (هٰذَا) hadza/ini. Memang ditemukan semua ayat yang menunjuk kepada firman-firman Allah dengan nama al-Qur'an (bukan al-Kitab) ditunjuk dengan isyarat dekat, seperti ayat di atas. Di tempat lain seperti pada awal surah al-Baqarah ayat 2 yang sebelumnya telah dibahas, isyarat yang digunakan untuk menunjuk kitab suci yang dinamai dengan al-Kitab (bukan al-Qur'an) ditunjuk dengan isyarat jauh (ذٰلِكَ) dzalika/itu pada ayat (ذٰلِكَ الْكِتٰبُ) dzalika al-Kitab/itulah al-Kitab.
Penggunaan isyarat jauh bertujuan memberi kesan bahwa kitab suci yang turun kepada Nabi Muhammad itu berada dalam kedudukan yang amat tinggi, dan sangat jauh dari jangkauan makhluk, karena ia bersumber dari Allah Yang Maha Tinggi, sedangkan penggunaan kata (هٰذَا) hadza/ini, pada ayat 9 surah Al-Isra' dan semacamnya adalah untuk menunjukkan betapa dekat tuntunan-tuntunannya pada fitrah manusia, serta sesuai dengan jati dirinya sehingga ia benar-benar dekat kepada setiap insan.
Sudah semestinya membaca, mempelajari, dan mengamalkan Al-Qur'an akan mudah, sebagaimana telah dijelaskan Prof. Quraish Shihab pada tafsir di atas. Terlebih jika umat Muslim di Indonesia merupakan umat mayoritas.