Mohon tunggu...
HANIF MUFLIH KHOIRUDIN
HANIF MUFLIH KHOIRUDIN Mohon Tunggu... Mahasiswa - pelajar mahasaiswa unnes

saya hobi beramain basket pernah bermain diolimpiade daerah

Selanjutnya

Tutup

Analisis

perilaku politik pemula pada pemilu 2024

16 Desember 2024   22:15 Diperbarui: 16 Desember 2024   22:11 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Analisis Peran Media Massa dan Strategi Partai Politik dalam Membentuk Perilaku Politik Pemula Pada Pemilu 2024: Sebuah Kajian Perspektif Perilaku Politik

ABSTRAK

Pemilih pemula, kelompok yang krusial dalam pemilu, memiliki orientasi yang dipengaruhi rasionalitas, keterbukaan, dan sikap kritis terhadap pemerintah. Pembahasan membahas tantangan, seperti kesulitan informasi, dampak media sosial, dan pemahaman isu politik yang terbatas. Upaya antisipatif melibatkan peningkatan pendidikan politik, literasi media, dan kerja sama dengan media sosial.

Diperlihatkan bahwa persiapan matang terkait pemilih pemula dalam Pemilu 2024 mendesak, melibatkan peningkatan keterwakilan dan partisipasi aktif. Keseluruhan pembahasan menggarisbawahi urgensi pemahaman orientasi pemilih pemula untuk memperkuat demokrasi, menjadikan Pemilu 2024 sebagai momentum penting untuk partisipasi yang lebih luas dan peningkatan kualitas demokrasi

Kata kunci: Pemilu, Demokrasi, Pemilih Pemula

Pendahuluan 

Perilaku politik, sebagai suatu aspek integral dalam kehidupan masyarakat, mencerminkan tindakan manusia dalam ranah politik yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor signifikan yang memainkan peran krusial dalam membentuk perilaku politik adalah media massa. Media massa, sebagai agen informasi dan pembentuk opini, memiliki dampak besar terhadap pandangan serta sikap masyarakat terhadap isu-isu politik.

Tak kalah pentingnya, partai politik juga memiliki kontribusi yang mendasar dalam membentuk perilaku politik. Sebagai organisasi yang mewadahi dan mewakili aspirasi masyarakat, partai politik berperan dalam menggalang dukungan publik, terutama menjelang Pemilu. Pemilu 2024 di Indonesia menjadi momen krusial yang akan membentuk arah pemerintahan lima tahun ke depan, sehingga memahami peran media massa dan strategi partai politik dalam membentuk perilaku politik menjadi suatu keharusan.

Pentingnya kajian ini dapat dijelaskan melalui beberapa manfaat yang dihasilkannya. Pertama, kajian ini dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang bagaimana media massa dan partai politik memengaruhi perilaku politik mereka. Pemahaman ini menjadi landasan penting untuk meningkatkan kesadaran politik dan kritisisme masyarakat. Kedua, kajian ini memberikan masukan berharga bagi media massa dan partai politik dalam merancang strategi komunikasi politik yang lebih efektif dan relevan dengan kebutuhan masyarakat. Terakhir, kajian ini berpotensi membantu menciptakan lingkungan demokrasi yang sehat, di mana peran media massa dan partai politik dijalankan dengan tanggung jawab.

Dalam kerangka teoritis perilaku politik, kajian ini akan menekankan dua komponen utama, yaitu komponen internal dan eksternal. Komponen internal mencakup faktor-faktor seperti sikap, kepercayaan, dan nilai-nilai yang berasal dari dalam diri individu. Sementara itu, komponen eksternal melibatkan faktor-faktor dari luar individu, termasuk keluarga, teman, media massa, dan partai politik. Kajian ini fokus pada komponen eksternal, dengan media massa dan partai politik sebagai fokus utama.

Kajian ini diharapkan dapat memberikan wawasan mendalam mengenai peran media massa dan strategi partai politik dalam membentuk perilaku politik, dengan tujuan akhir meningkatkan pemahaman masyarakat, memberikan masukan bagi praktisi politik dan media, serta mendukung terwujudnya iklim demokrasi yang sehat dan berkualitas.

Pembahasan

Peran Media Massa Dalam Menentukan Perilaku Politik Pemilih

Media massa memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk perilaku politik pemilih Indonesia menjelang Pemilu 2024. Peran ini terlihat dari dua perspektif utama yang mencakup teori agenda setting dan teori framing.

Dalam konteks teori agenda setting, media massa mampu menentukan perhatian publik dengan menekankan isu-isu politik tertentu. Dengan kekuatan untuk memilih dan menyajikan berita, media massa dapat membentuk persepsi dan sikap masyarakat terhadap isu-isu kunci. Isu-isu yang dipromosikan oleh media massa menjadi sorotan utama masyarakat, memengaruhi cara mereka melihat dan merespons berbagai aspek politik.

Sementara itu, perspektif teori framing menunjukkan bahwa media massa memiliki kemampuan untuk membentuk cara pandang publik terhadap suatu peristiwa atau isu. Dengan memilih sudut pandang tertentu dalam menyajikan informasi, media massa dapat memengaruhi interpretasi masyarakat terhadap isu politik. Proses framing ini memainkan peran kunci dalam membentuk persepsi dan sikap pemilih terhadap kandidat, partai politik, dan isu-isu politik penting.

Pengaruh media massa terhadap perilaku politik pemilih Indonesia dapat terlihat melalui beberapa dimensi. Pertama, media massa memengaruhi pembentukan opini publik dengan menyajikan informasi dan opini sesuai dengan tujuan mereka. Opini publik yang terbentuk kemudian dapat memengaruhi keputusan pemilih saat memilih kandidat atau partai politik. Kedua, media massa berperan dalam membentuk citra kandidat atau partai politik melalui penyajian informasi dan opini yang dapat mempengaruhi persepsi publik. Terakhir, media massa dapat memengaruhi partisipasi politik pemilih dengan cara memotivasi mereka melalui informasi dan opini yang disampaikan.

Strategi yang digunakan oleh media massa untuk membentuk perilaku politik pemilih melibatkan pemilihan isu-isu menarik perhatian publik, penggunaan bahasa yang mudah dipahami, penggunaan narasumber yang kredibel, dan penerapan teknik-teknik jurnalistik yang tepat. Dengan menerapkan strategi ini, media massa dapat memaksimalkan dampaknya dalam membentuk opini publik dan memengaruhi perilaku politik pemilih.

Partai politik memegang peranan penting dalam membentuk perilaku politik pemilih Indonesia menjelang Pemilu 2024. Peran ini melibatkan pengorganisasian pemilih, penyampaian informasi dan opini politik, serta pencitraan partai politik di mata masyarakat.

Strategi Partai Politik dalam Membentuk Perilaku Politik Pemilih Indonesia Menuju Pemilu 2024

Pengaruh partai politik terhadap perilaku politik pemilih termanifestasi dalam beberapa dimensi. Pertama, partai politik memainkan peran kunci dalam membentuk opini publik dengan menyampaikan informasi dan opini sesuai dengan agenda mereka. Opini publik ini memengaruhi keputusan pemilih saat memilih kandidat atau partai politik tertentu. Kedua, partai politik memiliki dampak signifikan dalam membentuk citra kandidat atau partai politik melalui cara penyajian informasi dan opini yang dapat memengaruhi persepsi masyarakat. Terakhir, partai politik juga berkontribusi dalam mempengaruhi partisipasi politik pemilih dengan mendorong mereka untuk aktif berpartisipasi dalam pemilu.

Strategi yang diadopsi oleh partai politik dalam membentuk perilaku politik pemilih melibatkan berbagai pendekatan. Komunikasi politik yang efektif menjadi landasan utama, dengan menggunakan media massa, media sosial, dan pertemuan langsung dengan pemilih. Penyampaian informasi dan opini politik yang akurat dan relevan juga menjadi kunci dalam membentuk opini publik yang positif. Penggunaan pendekatan yang tepat terhadap karakteristik pemilih dan pembangunan jaringan serta aliansi dengan kelompok masyarakat dan organisasi tertentu melengkapi strategi tersebut.

peran partai politik dalam membentuk perilaku politik pemilih Indonesia menjelang Pemilu 2024 sangat signifikan. Partai politik tidak hanya menjadi pemimpin dalam mengarahkan opini publik dan persepsi terhadap kandidat atau partai politik, tetapi juga menjadi penggerak partisipasi politik masyarakat. Strategi yang bijaksana, didasarkan pada pemahaman mendalam terhadap perilaku politik pemilih dan adaptasi terhadap perkembangan zaman, menjadi kunci keberhasilan partai politik dalam mencapai tujuannya. Kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak juga menjadi aspek krusial dalam membentuk perilaku politik pemilih yang positif dan konstruktif.

PROPAGANDA OLEH PARTAI POLITIK

Partai politik seringkali menggunakan media massa sebagai sarana untuk menyebarkan propaganda, baik yang bersifat positif maupun negatif. Propaganda positif dimanfaatkan untuk mempromosikan partai politik tersebut dan meningkatkan citra positif di mata publik. Sebaliknya, propaganda negatif digunakan untuk menyerang partai politik pesaing atau merendahkan citra mereka di mata publik.

Dalam propaganda positif, partai politik dapat menonjolkan pencapaian mereka, seperti program-program yang telah berhasil dilaksanakan atau kebijakan yang telah memberikan dampak positif pada masyarakat. Pencapaian ini menjadi alat untuk membuktikan bahwa partai politik tersebut telah bekerja efektif dan memberikan manfaat konkret kepada publik. Selain itu, menampilkan tokoh-tokoh partai politik yang positif, termasuk pemimpin yang dihormati atau kader berprestasi, membantu membentuk citra partai politik sebagai organisasi yang memiliki kepemimpinan dan anggota berkualitas. Pesan-pesan politik yang positif, seperti perdamaian, kemakmuran, atau keadilan, juga digunakan untuk memperkuat kesan bahwa partai politik memiliki visi dan misi yang konstruktif.

Di sisi lain, propaganda negatif melibatkan penyebaran informasi negatif mengenai partai politik lawan. Ini dapat mencakup informasi tentang skandal atau tindakan korupsi yang terkait dengan partai politik tersebut. Tujuannya adalah untuk meruntuhkan citra partai politik pesaing di mata publik. Penempelan label negatif, seperti menyebut mereka sebagai partai radikal atau korup, menjadi bagian dari strategi untuk meyakinkan pemilih bahwa partai politik tersebut tidak pantas mendapat dukungan. Selain itu, menyebarkan isu-isu yang memecah belah masyarakat, seperti isu SARA atau politik identitas, dapat digunakan untuk memecah belah dan memperlemah dukungan publik terhadap partai politik lawan.

Secara keseluruhan, penyebaran propaganda oleh partai politik melibatkan serangkaian strategi komunikasi yang bertujuan membentuk persepsi dan sikap pemilih sesuai dengan kepentingan partai politik tersebut.

KESIMPULAN

Pemilih pemula memegang peran sentral dalam konteks pemilu, menjadi kelompok potensial yang memiliki kemampuan untuk memengaruhi hasil pemilihan. Oleh karena itu, pemahaman terhadap orientasi pemilih pemula menjadi krusial, sambil tetap mengantisipasi serta mengatasi berbagai tantangan yang mungkin timbul terkait orientasi mereka. Semua ini diupayakan untuk meningkatkan partisipasi pemilih pemula dan, pada gilirannya, merawat kualitas demokrasi dalam Pemilu 2024.

Dari hasil pembahasan, tergambar bahwa pemilih pemula memiliki ciri khas tersendiri jika dibandingkan dengan pemilih yang sudah memiliki pengalaman politik. Mereka cenderung bersifat rasional dalam pengambilan keputusan politik, lebih terbuka terhadap informasi, dan memiliki sikap yang lebih kritis terhadap pemerintah.

Tantangan yang muncul dari karakteristik orientasi pemilih pemula mencakup kesulitan dalam menyajikan informasi secara seimbang, dampak besar dari media sosial, dan keterbatasan pemahaman terhadap isu-isu politik yang kompleks.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, langkah-langkah strategis perlu diambil oleh pemerintah dan penyelenggara pemilu. Peningkatan kualitas pendidikan politik menjadi penting untuk memberikan pemahaman yang lebih baik kepada pemilih pemula tentang isu-isu politik, sistem politik, dan hak-hak politik mereka. Sementara itu, literasi media yang ditingkatkan akan membantu mereka dalam menyaring informasi yang diperoleh dari media massa. Kerja sama yang lebih erat dengan media sosial juga menjadi aspek kunci untuk memastikan bahwa platform tersebut digunakan secara bertanggung jawab dan tidak menjadi sumber informasi yang menyesatkan.

Selain upaya-upaya tersebut, pemerintah dan penyelenggara pemilu juga dapat memperkuat partisipasi dan kualitas demokrasi dengan memastikan keterwakilan pemilih pemula dalam lembaga-lembaga perwakilan dan mendorong partisipasi aktif dalam kegiatan politik.

DAFTAR PUSTAKA

Asfar, Muhammad. 2006. Pemilu Dan Perilaku Memilih 1995-2004. Surabaya: Pustaka Eureka.

Annas, F. B., Petranto, H. N., & Pramayoga, A. A. (2019). Opini Publik Dalam Polarisasi Politik Di Media Sosial. Jurnal PIKOM (Penelitian Komunikasi Dan Pembangunan), 20(2), 111. https://doi.org/10.31346/jpikom.v20i2.2006

Curran, James. Rethinking Media and Democracy. Dalam Curran, James., Gurevitch, Michael. 2000. Mass Media and Society. London.

Arnold. Dedy N. Hidayat. Dkk.2000. Pers dalam Revolusi Mei : Runtuhnya Sebuah Hegemoni. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama

Haliim, W. (2017). Perspektif Pertukaran Sosial dalam Perilaku Politik Masyarakat pada Pilkada Kota Malang 2013. Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review, 2(2), 201. https://doi.org/10.15294/jpi.v2i2.8950

Hamid, Usman. (2013). "Minat Politik Terbelah: Partisipasi Politik Anak Muda Berpotensi Lewat Media Social," http://m.facebook. com/notes/changeorg/minat-politik terbelahpartisipasipartisipasipolitik nakmudaberpotensilewatmediasosial, August 5, 2013, as accessed by August 23rd, 2013.

Irwansyah. (2012). "Media social and Political Participation: Youth Activists' Perspective" in Communicate: Journal of Communication Studies. Vol. 5 No. 2 July -- December 2012.

Khalehar, M.F.A,, Ade A.J.S, Ivan S.Z., Prayetno, (2017), Perilaku Memilih Pemilih Pemula pada Proses Pemilihan Kepala Desa Laut Dendang Tahun 2016, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 9 (1): 99-101.

Kumoro, Bawono, 2013. "Pemilih Pemula", dalam Kolom http://www.tempo.co. Diakses tanggal 10 Desember 2023.

Karim, Rusli. 1983. Perjalanan Partai Politik Di Indonesia, Sebuah Potret Pasang Surut. Jakarta. Rajawali.

 Littljohn, Stephen K. and Foss, Karen. 2009. Theories of Human Communication Ninth Edition. Jakarta. Salemba Humanika.

Prasetiyo, B., Prasetiyo, B., Tempo, J., Komunikasi, P. I., Politik, P., Politik, E., Jawa, B., & Koming, P. (2014). MENYIMAK PEMILU DAN PERILAKU ELITE POLITIK DALAM Abstrak Pendahuluan Rumusan Masalah Tujuan Penelitian.

Romadhon, S., & Try Subakti. (2022). Toleransi dan Politik Identitas: Studi tentang Perilaku Politik Kebangsaan di Indonesia. As-Shahifah: Journal of Constitutional Law and Governance, 2(2), 91--115. https://doi.org/10.19105/asshahifah.v2i2.7475

Suryatna, U. (2011). Pengaruh Terpaan Media Iklan Politik Terhadap Perilaku Pemilih Pemula. Jurnal Sosial Humaniora, 2(2), 134--144.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun