8. Untuk masuk kepolisian Jepang, selain ada pengecekan fisik dan tes akademik, para calon anggota Polisi juga dicek latar belakangnya. Apakah ia pernah menjadi tentara KNIL (bentukan Belanda)? Jika ya, maka ia tak bisa mendaftarkan diri, bahkan bisa saja malah ditangkap.
9. Meskipun Soeharto adalah mantan anggota KNIL, namun ia mampu menyembunyikan latar belakangnya (setidaknya di awalan), dan berhasil bergabung dengan Kepolisian bentukan Jepang.
10. Soeharto bergabung dengan Tentara sukarela PETA (Pembela Tanah Air), sebuah Kesatuan Militer bentukan Jepang di Indonesia.
11. Kurang dari dua tahun, Dinas Intelejen Angkatan Darat Jepang (Beppan), berhasil merekrut dan melatih relawan militer yang terdiri dari 37.500 Pemuda Indonesia, plus 500 "pemuda Islam" sebagai pemimpin barisan Hizbullah.
12. Pada Januari 1943 orang-orang Indonesia dibuat kecewa berat oleh Jepang (melalui Tojo) yang mengumumkan bahwa Burma dan Filipina akan diberi kemerdekaan pada tahun itu, sedangkan Indonesia tidak diberi janji demikian.
13. Kebijakan Markas Besar di Tokyo menjadikan Jawa sebagai pangkalan suplai, mengakibatkan segala macam bentuk agitasi yang mendukung kemerdekaan Indonesia dilarang keras.
14. Ketika bergabung dengan PETA, Soeharto sama sekali tidak asing dengan senjata-senjata curian dari Belanda, bahkan Soeharto dapat melakukan bongkar pasang senjata dengan mata tertutup.
15. Tidak ada waktu khusus bagi calon perwira PETA untuk Shalat Jum'at berjama'ah di Masjid pada saat pelatihan. Namun, mereka bebas melakukan Shalat sebelum bugle pagi dibunyikan dan sesudah lampu dipadamkan pada malam hari. Artinya tidak setiap waktu Shalat mereka boleh beristirahat.
16. Salah satu peserta pelatihan komandan batalyon PETA ketika Soeharto Latihan di Bogor untuk kedua kalinya adalah Sudirman (Panglima TNI pertama).
17. Bendera PETA menggunakan dasar warna hijau dengan lingkaran matahari merah yang mencolok dengan pancaran cahaya merah ke seluruh arah, serta bintang dan bulan sabit putih. Disebut sebagai gabungan yang dipaksakan antara simbol Tentara Kekaisaran Jepang dengan Islam.
18. Soeharto mendapatkan 10 sampai 14 kali pelatihan lebih banyak dibandingkan dengan Komandan Batalyon lainnya, termasuk Sudirman.