Definisi "buku tebal" untuk setiap orang bisa jadi berbeda-beda. Untuk orang yang tidak menyukai kebiasaan membaca, buku 50-100an halaman mungkin saja dianggap sebagai buku yang tebal.
Ada pula orang yang gemar membaca buku, namun terbiasa dengan ketebalan sekitar 100-200an halaman saja. Maka, ketika ia dihadapkan pada buku dengan 300-500 halaman, ia akan menganggap buku tersebut terlalu tebal.
Berbeda lagi dengan orang yang terbiasa membaca buku dengan ketebalan mencapai 500-700 halaman, ia mungkin baru akan menganggap buku terlalu tebal, ketika bertemu dengan buku berisikan 900-1000 halaman atau lebih.
Ketebalan buku untuk sebagian orang tidaklah menjadi masalah, tapi untuk sebagian yang lain, berhadapan dengan buku tebal adalah hal yang sangat mengganggu.
Kira-kira apa ya penyebabnya? Dan bagaimana cara mengatasi sikap "down" saat berhadapan dengan buku tebal? Simak penjelasan berikut yuk!
BUTUH WAKTU LAMA MENAMATKAN BUKU TEBAL
Secara logika memang benar, semakin tebal buku yang kita baca, semakin banyak waktu yang kita habiskan untuk menyelesaikan bacaan.
Namun pertanyaannya, apakah kita sedang berlomba cepat-cepatan membaca buku? Tentu saja tidak.
Buku adalah gudang ilmu, pembuka wawasan dan jendela dunia. Tujuan kita membaca adalah untuk mendapatkan ilmu, pengetahuan dan pelajaran, yang tentu saja bisa bermanfaat untuk kita sendiri dan orang sekitar.
Kita tidak sedang berlomba cepat-cepatan membaca dengan siapapun. Kita tidak sedang membanding-bandingkan kualitas dan kuantitas bacaan kita dengan orang lain. Fokus saja pada buku yang ada di tangan kita, dan selesaikan semampunya.