Mohon tunggu...
Hanif Larasati Khoirunnisa
Hanif Larasati Khoirunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa dalam aksara

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Selayang Pandang Bumi Sukowati: Wisata Historis Makin Miris

8 Januari 2016   18:10 Diperbarui: 8 Januari 2016   18:19 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="https://underdesk.files.wordpress.com/2011/04/archeological-museum-sangiran.jpg"][/caption]

Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman dalam berbagai dimensi kehidupan. Keanekaragaman tersebut antara lain dalam bidang sejarah. Indonesia dengan wilayahnya yang luas dan strategis menjadikannya salah satu tempat awal kehidupan manusia.

Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya temuan fosil purbakala yang menjadi jejak historis peradaban manusia di dunia. Salah satu daerah yang terdapat temuan fosil purbakala adalah Bumi Sukowati. Bumi Sukowati adalah sebutan bagi Kabupaten Sragen.

Banyaknya temuan fosil purbakala di Kabupaten Sragen menjadikan kabupaten ini sebagai salah satu kabupaten yang dipercaya untuk mengembangkan museum sebagai tempat wisata historis edukatif. Di kabupaten ini, terdapat museum yang sangat terkenal dan telah diakui keberadaannya oleh UNESCO yaitu Museum Purbakala Sangiran. Dengan dikenalnya Sangiran di mata dunia internasional, membuat Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen menggencarkan pembangunan museum baru. Museum baru yang berhasil didirikan dan diresmikan adalah Museum Manusia Purba Klaster Ngebung, di Desa Ngebung, Kecamatan Kalijambe, Museum Manusia Purba Klaster Bukuran di Desa Bukuran, Kecamatan Kalijambe, serta Museum Manusia Purba Manyarejo, Kecamatan Plupuh.

Museum yang ada di Kabupeten Sragen ini, dari waktu ke waktu selalu diadakan perbaikan guna menarik wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Perbaikan ini dapat terlihat dengan megahnya bangunan museum tersebut.   

Lalu, apakah perbaikan itu berhasil menarik minat masyarakat untuk mengetahui sejarah???

Jika dilihat keadaan sekarang, museum di Kabupaten Sragen ini sangat sepi pengunjung. Apalagi 3 museum yang baru diresmikan tahun 2014 kemarin. Dengan kedaan bangunan yang megah, namun kurang dapat menarik minat wisatawan. Dengan sepinya pengunjung tersebut, tiket masuk ke museum dijual murah, agar mampu menarik minat pengunjung. Namun, dengan tiket murah tersebut menyebabkan pendapatan daerah tidak mengalami kenaikan.

Di sisi lain, fungsi museum terabaikan dengan kedatangan wisatawan remaja yang hanya datang untuk memadu kasih dan berduaan di taman museum. Hal ini merupakan pemandangan negatif jika ada wisatawan yang berusia anak-anak.

Lalu apa yang menyebabkan sepinya tempat wisata bersejarah?

Banyak faktor yang membuat museum tersebut sepi pengunjung, diantaranya adalah:

  1. Banyak orang berpikiran berwisata ke museum adalah suatu hal yang membosankan.
  2. Pemerintah hanya memerhatikan segi bangunan museum tanpa menambah daya tarik di segi lain. Misalnya pengembangan usaha masyarakat berkaitan dengan souvenir atau oleh-oleh khas.
  3. Sosialisasi tentang perlunya sebuah sejarah bagi kehidupan masa kini dan mendatang yang kurang digencarkan.
  4. Kurang terawatnya museum dikarenakan minimnya anggaran dana yang diperoleh pengelola museum, sehingga tak jarang banyak fosil yang rusak.
  5. Kurangnya kesadaran akan menjaga lingkungan museum, misalnya masih banyak wisatawan yang membuang sampah sembarangan.

Sangat disayangkan, bukan? Tempat yang seharusnya menjadi objek kajian dalam pengembangan ilmu pengetahuan, namun malah tak ada orang yang melestarikan.

Mari mulailah peduli dari diri sendiri, salah satunya menggunakan objek wisata museum sebagaimana mestinya sebagai wisata historis, edukatif, dan rekreatif.

Ingatlah pesan Bung Karno “JAS MERAH” jangan seakli-kali meninggalkan sejarah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun