Untuk lirik keempat “mlaku timik-timik” yang berarti daripada kita naik andong atau becak yang membebani orang lain, lebih baik kita jalan pelan-pelan. Dengan mengarungi kehidupan dengan kerja keras kita sendiri, meskipun pelan bahkan tertatih. Namun itulah perjuangan. Selain itu, filosofi ini menjadikan mandiri dalam melakukan suatu pekerjaan. Kita mengerahkan segala kemampuan yang kita miliki dalam memperjuangkan apa yang impikan dan apa yang menjadi tanggung jawab kita. Kita tak hanya bergantung kepada orang lain. Sebagai makhluk sosial kita pasti membutuhkan orang lain, tetapi tentunya dalam batas-batas tertentu dan kondisi yang tepat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menjadi manusia yang berbudaya dapat dilakukan melalui menelaah nilai-nilai yang terkandung dalam setiap peristiwa. Dengan nilai-nilai tersebut, seharusnya kita mampu mengimplementasikanmnya dalam diri dan kehidupan kita agar mampu menjadi kebiasaan atau budaya positif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H