Mohon tunggu...
Ahmad Hanif Firdaus
Ahmad Hanif Firdaus Mohon Tunggu... Aktris - Penulis musiman

Murid dari banyak guru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memaknai Kembali Hari Pendidikan, Menafsir Ulang Pesan yang Berserakan

2 Mei 2020   12:05 Diperbarui: 2 Mei 2020   12:16 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintah Korea selatan berinvestasi besar-besaran dengan banyak menyekolahkan anak-anak mudanya ke kiblat-kiblat keilmuan dunia dan kini semua mata bisa melihat hasilnya. Negara tetangga kita, Malaysia, yang dahulu berguru kepada kita setelah menjadi pintar kini melesat jauh meninggalkan sang guru yang seolah semakin tua, renta dan tak kuat melangkah.

Telah sampai pula banyak cerita kepada kita tentang keruntuhan peradaban disebabkan jauhnya mereka dari pendidikan dan ilmu pengetahuan. Ingatkah kita tentang keruntuhan kejayaan Islam di Andalusia dan Bangdad beberapa abad lalu yang sampai kini tak lagi bisa kembali karena umat dijauhkan dari sumber-sumber keilmuan dengan dibumihanguskannya perpustakaan dan kitab-kitab yang ditulis para cendekiawan. Lalu tidakkah kita bisa mengambil pelajaran?

Pendidikan Adalah Investasi Masa Depan
Pendidikan adalah satu-satunya cara untuk melawan penyakit kronis bernama kejumudan (kekakuan) dan kejahiliyahan (kebodohan) pikiran. 

Kemajuan dan keunggulan tidak akan bisa diraih jika tidak didukung oleh kejernihan dan kecerdasan hati serta pikiran. Berpendidikan atau dalam bahasa lainnya berilmu bahkan menjadi salah satu yang diperintahkan dalam ajaran agama (Islam) dan penulis yakin juga ada dalam ajaran agama lainnya. 

Wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad SAW bahkan adalah perintah untuk iqra' (membaca) dan bukan perintah lainnya. Begitu pentingnya berilmu sampai diungkapkan dengan kalimat al 'ilmu qobla qouli wal amali (ilmu itu sebelum perkataan dan perbuatan), sebuah peringatan bagi kita semua yang seringkali berkata dan berperilaku tanpa dasar ilmu, Naudzubillah.

Bekal ilmu adalah bekal yang akan abadi sepanjang jaman, bekal yang akan menjadi penuntun kita dikala tersesat dan tak tau arah jalan. 

Dengan bekal ilmu yang didapat lewat pendidikan seseorang akan mengalami kematangan hati dan pikiran. Dengan pendidikan seseorang akan bisa menemukan sendiri solusi dan memecahkan segala persoalan. Ia adalah investasi masa depan tanpa ketakutan akan mengalami kerugian. Sudah semestinya kita kini disadarkan bahwa kekayaan sejati itu bukanlah harta yang melimpah namun ilmu yang bermanfaat yang tak akan habis bila dibagi.

"Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta itu terhukum. Harta itu kurang apabila dibelanjakan tapi ilmu bertambah bila dibelanjakan."
(Ali bin Abi Thalib, RA)

Pendidikan Sebagai Alat Perlawanan
Meminjam istilah yang dipopulerkan oleh Paulo Freire yakni pendidikan sebagai alat perlawanan, sesungguhnya salah satu faktor langgeng-nya penjajahan Belanda atas tanah air tercinta Indonesia adalah karena masyarakat kita waktu itu masih belum tersentuh pendidikan, belum terbuka wawasan kebangsaan. 

Suatu keadaan yang sengaja "dipelihara" para penjajah dengan hanya memberikan akses pendidikan bagi kaum priyayi dan orang kaya, anak-anak desa dan miskin dipaksa dan dikondisikan untuk tetap bodoh dan tidak tahu apa-apa. Hal ini dilakukan bukan tanpa alasan, Belanda sangat paham bahwa semakin banyak orang pintar dan berpendidikan akan semakin menjadi ancaman bagi mereka. Bahkan konon katanya, pemberian gelar "Haji" bagi orang-orang yang baru pulang dari tanah suci adalah inisiatif para penjajah untuk memudahkan pengawasan terhadap pergerakan mereka-mereka yang telah menunaikan rukun Islam ke lima.

Maka kemudian lihatlah kebangkitan rakyat waktu itu dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan, dimulai dan dipimpin oleh tokoh-tokoh yang berpendidikan dan berwawasan. Tersebutlah nama-nama seperti proklamator Soekarno - Hatta, Ki Bagus Hadikusumo, Panglima Besar Sudirman, Ir. Juanda, dan lain sebagainya. Mereka membuktikan bahwa pendidikan bisa dijadikan sebagai alat perlawanan penjajah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun