Mohon tunggu...
Maulana Hanif Ibrahim
Maulana Hanif Ibrahim Mohon Tunggu... Dokter - Future Doctor, Soldier, and Dad

Menulis adalah bagian dari hidup. Line : maulanahanifibrahim Instagram :maulanahanifibrahim blog : kata-master.blogspot.com email : maulanahanifibrahim@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memaknai Nilai Ujian

20 Juni 2016   19:08 Diperbarui: 20 Juni 2016   19:27 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat ini merupakan hari hari akhir dari tahun ajaran yang sedang berlangsung. Pastinya kita atau orang disekeliling kita sedang menunggu nilau ujian ataupun ada beberapa yang mencari sekolah baru. Namun pada saat hari pengumuman ada sebagian yang merasa senang karena target mereka berhasil, merass senang karena bisa menunjukkan kemampuan diri dan sebagian lainya yang merasa kecewa karena hasil ujian yang kurang bagus. Saat mengetahui nilai ujian yang kurang bagus kita akan merasa marah, kecewa, sedih dan lain lain. 

Mereka akan mencari di mana letak kesalahan, apakah karena mereka kurang belajar, kesalahan pada penkoreksian atau pada komputer, bahkan ada yang menyalahkan pihak sekolah atau lembaga pendidikan yang bersangkutan laian seperti kursus atau LBB, terlebih lagi menyalahkan tenaga pendidik seperti tentor dosen maupun guru. Bagaimana seharusnya kita memaknai nilai yang telah kita dapat dan apakah nilain itu, mari simak terus ?

Nilai merupakan salah satu tolak ukur dari keberhasilan belajar.  Semakin sering kita belajar maka akan semakin tinggi pula nilai kita, bila nilai kita kurang baik maka kurang baik pula belajar kita. Belajar adalah suatu proses dari yang awalnya tidak tahu dan tidak bisa menjadi bisa dan paham Belajar bisa dari mana saja dikelas, kursus bahkan internet. 

Harapannya bila memperoleh nilai yang tinggi maka akan semakin luas dan tinggi pula ilmu. Tetapi untuk apa nilai yang tinggi beserta ilmu - ilmu yang luas namun tidak dimanfaatkam, dilupakan setelah ujian. Mereka bisa membagikan ilmunya kepada orang lain, karena ilmu yang bermanfaat adalah yang diajarkan kepada orang  lain.

Kegembiran mendapat nilai yang tinggi sulit untuk dijelaskan dengan kata kata, ada kelegaan dalam dada mengetahui nilai yang bagus, namun  jangan sampai kita berhenti  belajar setelah mendapat nilai yang bagus. Belajar itu harus progresif berkembang. Sekarang puas dengan pelajaran A besok harus bisa dengan pelajaran B begitu seterusnya. Semakin kita belajar juga semakin kita untung. Kalau bisa belajar itu seumur hidup, apabila nilai  kita buruk pada hasil ujian terakhir, kita bisa merubah nilai ujian berikutnya dengan belajar lagi. Artinya kita masih punya kesemptan. Nilai yang kurang baik juga bisa dijadikan lecutan untuk belajar lebih keras. Intinya mau nilai buruk atau baik kita harus tetap belajar 

Namun kadangkala kita sudah belajar keras namun mendapat nilau jelek, kita pasti akan kecewan bukan. Dibalik itu semua sebenarnya kita juga belajar. Belajar untuk menerima suatu kegagalan,belajar ikhlas. Tidak ada orang yang seumur hidupnya selalu berhasil ada kalanya mereka gagal dan jatuh, toh pelajaran untuk mental sama penting nya dengan belajar untuk akademik. Hasil ujian juga tidak sepenuhnya ditangan kita ada kekuatan lain yang menentukan hasil kita

Tuhan berikanlah aku kemampuan untuk merubah apa yang bisa aku ubah, berikanlah kekuatan untuk menerima apa yang tidak bisa aku ubah dan berikalanlah kebijaksanaan untuk membedakan keduanya.

Cara mengerjakan ujian juga menunjukan karakter yang mengerjakanya, ada yang belajar keras itu menunjuka sikap pekerja kera. Ada yang sebelum ujian berdoa itu menunjukkan seorang yang taat agama. Namun yang disayangkan ada yang masih banyak mengunakan cara curang  menggunakan joki membawa kertas materi , contekan teman sebangku. Sungguh itu merupakan karakter seorang yang lemah dan tidak siap dengan perubahan. Ingatlah kita akan mendapat kembali apa yang kita kerjakan. Bila kita mengerjakan kebaikan maka akan kembali pada kita begitu pula bila melakuakan hal buruk kita akan yang mendapat kembali balasanya, ada slogan "prestasi itu pentiung tapi jujur yang utama"

Tapi jangan sampai slogan diatas menjadi pembenar apabila nilai kita jelek meskipun jujur dalam mengerjakannya kita harus bisa menjaga nilai dan kejujuran, kejujuran dan nialai adalah komponen yang sama sama berguna, bila hilang satu hilang lah lainya

Salam hangat

Hanif Ibrahim

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun