Hal ini dilakukan agar para siswa memiliki kesempatan lebih besar untuk diterima di perguruan tinggi, tetapi dampaknya adalah penurunan kualitas pendidikan yang sebenarnya. Nilai tinggi yang diberikan sering kali tidak mencerminkan kemampuan riil siswa, sehingga terjadi ketidaksesuaian antara nilai dan kompetensi mereka.
"Ini menjadi masalah besar. Sekolah mulai kehilangan integritas dalam menilai kemampuan siswanya secara jujur dan autentik. Padahal, kita seharusnya berani untuk menciptakan standar penilaian baru yang benar-benar memotivasi siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh, bukan hanya sekadar mengejar nilai atau kelulusan," tegas Martadi.
Lebih jauh lagi, Martadi menekankan pentingnya memperkuat pemahaman siswa tentang identitas dan jati diri sebagai bangsa Indonesia. Ia mengungkapkan kekhawatirannya terhadap generasi muda yang lebih mengenal dan memahami negara lain ketimbang negaranya sendiri.Â
Ketika anak-anak lebih fasih berbicara tentang budaya atau sejarah negara lain, tetapi gagap ketika ditanya tentang Indonesia, hal ini menimbulkan risiko munculnya generasi yang "floating", atau generasi yang tidak memiliki keterikatan kuat dengan identitas kebangsaan mereka.
"Inilah yang saya sebut dengan istilah 'Indonesian quotient'. Sangat penting bagi kita, sebagai pendidik dan masyarakat, untuk menanamkan kembali nilai-nilai ke-Indonesiaan kepada anak-anak kita.Â
Mereka harus mengenal bangsa dan negaranya dengan baik sebelum mereka dikenalkan pada dunia yang lebih luas. Jika tidak, kita akan kehilangan generasi yang mampu berdiri teguh sebagai bangsa Indonesia," pungkas Martadi.
Melalui pernyataannya ini, Martadi mengajak para pemangku kepentingan di dunia pendidikan untuk memperbaiki metode pengajaran dan menanamkan kembali pentingnya pengetahuan umum serta nilai-nilai kebangsaan kepada generasi muda.
Jika tidak diatasi dengan serius, ia khawatir bahwa pendidikan Indonesia akan terus mengalami kemunduran, baik dari segi kualitas akademik maupun penguatan identitas nasional di kalangan siswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H