Mohon tunggu...
Pratama
Pratama Mohon Tunggu... Bankir - Economist

I'm just observing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menara Tujuh

16 Februari 2022   20:46 Diperbarui: 16 Februari 2022   20:50 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Beliau terkena badai sitokin mas. Baru saja malam tadi. Sudah terlambat." Jawab sang suster pelan.

Adit terdiam. Pikirannya membeku sambil mengawasi petugas kesehatan membersihkan kamar di hadapanya. Kakinya lemas, dan tanpa sadar dirinya merosot bersender di pintu kamarnya.

Selama 30 tahun hidupnya baru kali ini ia merasakan kematian begitu dekat. Malaikat maut seolah tengah berjalan pelan di sepanjang lorong menara tujuh, mengetuk-ngetuk pintu kamar penghuninya, menandakan waktu mereka sudah habis.

Hanya ada satu yang dia pikirkan. Bagaimana jika setelah ini, adalah gilirannya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun