"Beliau terkena badai sitokin mas. Baru saja malam tadi. Sudah terlambat." Jawab sang suster pelan.
Adit terdiam. Pikirannya membeku sambil mengawasi petugas kesehatan membersihkan kamar di hadapanya. Kakinya lemas, dan tanpa sadar dirinya merosot bersender di pintu kamarnya.
Selama 30 tahun hidupnya baru kali ini ia merasakan kematian begitu dekat. Malaikat maut seolah tengah berjalan pelan di sepanjang lorong menara tujuh, mengetuk-ngetuk pintu kamar penghuninya, menandakan waktu mereka sudah habis.
Hanya ada satu yang dia pikirkan. Bagaimana jika setelah ini, adalah gilirannya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H