Mohon tunggu...
Hanif Fadhlurahman
Hanif Fadhlurahman Mohon Tunggu... Lainnya - Young

https://www.instagram.com/haniffdr_

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Asumsi Dasar Liberal dalam Paradigma Hubungan Internasional

14 Maret 2020   09:31 Diperbarui: 10 April 2020   21:26 1482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tradisi liberal dalam HI sangat erat kaitannya dengan muncul nya negara liberal modern. Flisuf liberal, dimulai dari john locke di abad ke-17, melihat potensi yang besar bagi kemajuan manusia dalam civil society dan perekonomian kapitalis modern, keduanya dapat berkembang dalam negara-negara yang menjamin kebebasan individu. Modernitas membentuk kehidupan yang baru dan lebih baik, bebas dari pemerintah yang otoriter dengan tingkat kesejahteraan material yang jauh lebih tinggi.

Proses modernisasi yang diluncurkan oleh revolusi ilmiah mengakibatkan meningkatnya teknologi dan, dengan demikian, cara-cara yang lebih efisien dalam memproduksi barang-barang dan penguasaan alam. Proses modernisasi didorong oleh revolusi intelektual kaum liberal yang memiliki keyakinan besar terhadap akal pikiran dan rasionalitas manusia. Disini merupakan dasar bagi keyakinan kaum liberal terhadap kemajuan: negara liberal modern menimbulkan sistem ekonomi dan politik yang akan membawa, dalam frasa terkenal Jeremy Bentham, 'kebahagiaan terbesar bagi jumlah terbesar'.

Kaum liberal umumnya mengambil pandangan positif tentang sifat manusia. Mereka memiliki keyakinan besar terhadap akal pikiran manusia dan mereka yakin bahwa prinsip-prinsip rasional dapat dipakai pada masalah-masalah internasional.

Kaum liberal mengakui bahwa individu selalu mementingkan diri sendiri dan bersaing terhadap suatu hal. Tetapi mereka juga percaya bahwa individu-individu memiliki banyak kepentingan dan dengan demikian dapat terlibat dalam aksi sosial yang kolaboratif dan kooperatif, baik domestik maupun internasional, yang menghasilkan manfaat besar bagi setiap orang baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Dengan kata lain, konflik dan perang tidak dapat dihindarkan; ketika manusia memakai akal pikirannta mereka dapat mencapai kerja sama yang saling menguntungkan bukan hanya dalam negara tetapi juga lintas batas internasional. Teoritisi liberal kemudian yakin bahwa akal pikiran manusia dapat mengalahkan ketakutan manusia dan nafsu akan kekuasaan. Tetapi mereka tidak sepakat mengenai besarnya hambatan dalam perjalanan perkembangan manusia (Smith,1992: 204).

Bagi sebagian kaum liberal hal itu merupakan proses  jangka panjang dengan banyak hambatan; bagi yang lain, keberhasilan hanya tinggal menunggu waktu saja. Dengan demikian, semua kaum liberal sepakat bahwa dalam jangka panjang kerja sama  yang didasarkan pada kepentingan timbal balik akan berlaku. Hal itu disebabkan modernisasi yang terus-menerus meningkatkan ruang lingkup dan kebutuhan bagi kerja sama (Zacher dan Matthew, 1995: 119).

Keyakinan terhadap kemajuan adalah asumsi dasar liberal. Tetapi itu juga merupakan titik perdebatan diantara kaum liberal. Berapa banyak kemajuan? Kemajuan ilmiah dan teknologi tentunya, tetapi juga sosial dan politik? Apa batasan-batasan kemajuan? Apakah ada batasan? Kemajuan bagi siapa? Sejumlah kecil negara liberal atau seluruh dunia? Ruang lingkup dan derajat optimisme liberal mengacu pada kemajuan berfluktuasi sepanjang waktu. Kebanyakan kaum liberal terdahulu cenderung seluruhnya optimis; kami juga mencatat gelombang liberalisme  utopian sekitar Perang Dunia Pertama. Dengan demikian, setelah Perang Dunia Kedua, optimisme liberal telah berubah drastis.

Robert Keohane, sebagai contoh, dengan hati-hati mencatat bahwa kaum liberal berada dalam keyakinan yang minimum 'paling tidak dalam kemungkinan kemajuan kumulatif' (keohane,  1989a: 174). Tetapi ada gelombang optimisme kaum liberal lain setelah akhir Perang Dingon, yang didorong oleh pemikiran 'berakhirnya sejarah' yang berdasarkan pada kekalahan komunisme dan kemenangan universal demokrasi liberal yang diidamkan (Fukuyama, 1989, 1992). Namun, serangan teroris di New York dan Washington pada 11 September 2001, yang diikuti oleh serangan Madrid, London, dan tempat lainnya, adalah kemunduran bagi optimisme liberal.

Kemajuan bagi kaum liberal selalu merupakan kemajuan bagi individu. Perhatian dasar liberalisme adalah kebahagiaan dan kesenangan individu. John Locke berpendapat bahwa negara muncul untuk menjamin kebebasan warga negaranya dan kemudian mengizinkan mereka menghidupi kehidupannya dan menggapai kebahagiaannya tanpa campur tangan yang tidak semestinya dari orang lain.

Berbeda dengan kaum realis, yang melihat negara sebagai pemusatan dan instrumen kekuatan yang pertama dan paling utama, Machstaat, kaum liberal melihat negara sebagai entitas konstitusional, Rechtsstaat, yang membentuk dan menjalankan aturan hukum yang menghormati hak warga negara untuk hidup, bebas dan sejahtera. Negara konstitusional semacam itu juga akan menghargai satu sama lain dan akan berhadapan satu sama lain sesuai dengan nroma-norma saling percaya.

Argumen tersebut diperluas oleh Jeremy Bentham - filsuf inggris abad ke 18- yang memunculkan istilah 'hukum internasional'. Ia yakin bahwa hukum internasional berada dalam kepentingan rasional negara-negara konstitusional untuk meyakini hukum internasional dalam kebijakan luar negerinya (Rosenblum, 1978: 101). Argumen itu lebih jauh diperluas oleh Immanuel Kant, filsuf Jerman abad ke-18. Ia berpikir bahwa dunia dari negara konstitusional semacam itu dan negara-negara yang saling menghargai, ia menyebutnya 'republik' pada akhirnya dapat membentuk 'perdamaian abadi (perpetual peace)' di dunia (Gallie, 1978: 8-36).

Ringkasnya, pemikiran kaum liberal sangat erat hubungannya dengan kemunculan negara konstitusional modern. Kaum liberal berpendapat bahwa modernisasi adalah proses yang menimbulkan kemajuan dalam banyak bidang kehidupan. Proses modernisasi memperluas ruang lingkup bagi kerja sama lintas batas internasional. Kemajuan berarti kehidupan yang lebih baik bagi paling tidak mayoritas individu. Manusia memiliki akal pikiran, dan ketika mereka memakainta pada masalah-masalah internasional, kerja sama yang lebih besar akan menjadi hasil akhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun