Mohon tunggu...
Hanifa Rahmawati Rachman
Hanifa Rahmawati Rachman Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah caraku agar tetap waras.

Maafkan masa lalu. Merdekakan hatimu, biar waras!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Merdeka? Apakah Perlu?

16 April 2023   12:32 Diperbarui: 16 April 2023   12:33 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ada yang ingin ditanyakan?”

Kupandangi setiap wajah dalam kelas itu. Berharap bisa kubaca pikiran mereka dari setiap mata dan gerak tubuh yang telah duduk rapi sejak pagi.

“Aku tak paham,” katanya.

Ada yang mengerti dan menunjukkan proses belajar yang signifikan dengan sekali pertemuan. Ada yang bahkan setelah diberi tambahan pun ia tak memberikan perubahan. “Ada apa dengan muridku?” Kerap kali tanya itu muncul dan berkembang menjadi banyak jawaban. Padahal, ada lagi tanya yang perlu diajukan, “Ada apa denganmu, Guru?”

Pembelajaran daring akibat dari pandemi Covid-19 telah usai. Kini, pembelajaran tatap muka sudah benar-benar digelar. Hampir tiga tahun pembelajaran daring dan luring dilaksanakan. Dan kini, tatap muka perlu kembali dibiasakan. Selama proses pembelajaran daring, teknologi digital menjadi sangat akrab dalam proses pembelajaran di kelas.

Ketika guru kembali ke kelas dan berceramah, strategi ini tidak lagi relevan dan efektif bagi sebagian murid. Namun, ketika guru mulai menggunakan teknologi kembali, strategi ini juga tidak menjadi efektif bagi sebagian murid lainnya. Mereka masih kesulitan dalam belajar. Learning loss nampak jelas dalam kelas.

Mengapa demikian?

Mengapa masih sulit?

Penggunaan strategi belajar yang seragam untuk setiap murid dalam satu kelas, tentu mengefektifkan proses belajar mengajar bagi guru. Namun, satu hal yang terlihat jelas dan kadang terabaikan adalah bahwa strategi belajar yang seragam tak selalu memberikan hasil yang seragam pada murid. Acap kali, hasil yang baik dari sebagian murid menjadi tolak ukur bagi guru. Menjadi capaian kinerja guru. Apakah benar begitu? Lantas, sebagian lainnya bagaimana? Bukankah mereka juga muridmu, Guru?

Perlu kita sadari, bahwa semua murid berhak mencapai potensi optimalnya. Sebagian murid bisa mengikuti pembelajaran dengan baik, bahkan mendapat hasil belajar sangat baik. Tetapi, sebagian lagi tidak. Mereka bahkan menjadi sedih dan menyalahkan diri sendiri. Perlu kita akui, bahwa satu strategi tak selalu baik untuk semua murid. Bahwa sebagai guru, kita belum mampu menemukan strategi yang tepat untuk mengoptimalkan potensi setiap murid. Perlu kita pahami, bahwa setiap murid memiliki karakteristik yang berbeda dan itu gerbang utama potensi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun