Dalam situasi pembelajaran yang mengalami Learning Loss, bagi saya ada beberapa hal yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut, dalam hal ini meningkatkan motivasi belajar biologi peserta didik. Adapun tantangan tersebut yaitu:
- Pembelajaran Berdiferensiasi
Kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang beragam menjadi tantangan bagi saya untuk menemukan strategi pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan mereka sesuai karakternya masing-masing.
- Pengetahuan awalÂ
Pengetahuan awal peserta didik tentang biologi, khususnya dalam materi Peran Jamur dan Kesehatan Manusia, masih kurang. Peserta didik saya mengenal peran jamur sebagai makanan, sehingga pengetahuan awal terkait peran jamur dalam bidang kesehatan masih sangat sedikit.
- Student Centered Learning
Penggunaan pendekatan Teacher Centered Learning yang biasa saya lakukan harus diubah menjadi Student Centered Learning. Mengubah kebiasaan ini menjadi tantangan tersendiri karena saya perlu banyak belajar untuk menerapkan pembelajaran inovatif, khususnya dalam pemilihan pendekatan, model dan metode pembelajaran yang bisa mengoptimalkan potensi belajar peserta didik.
- Pembelajaran Inovatif
Tidak hanya mengkolaborasikan proses pembelajaran antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik lain, tetapi, tantangan besar lainnya adalah mengkolaborasikan perangkat pembelajaran inovatif dengan pendekatan TPACK serta keterampilan abad 21 (Critical Thinking, Creativity, Collaboration, Communication).
Tantangan-tantangan ini teridentifikasi berdasarkan refleksi, eksplorasi, analisis dan juga wawancara yang melibatkan saya sendiri sebagai guru, peserta didik, rekan sejawat, kepala sekolah dan ahli pendidikan.
Berdasarkan tantangan yang teridentifikasi, saya merencanakan proses pembelajaran yang dapat menghadapi tantangan tersebut. Adapun langkah-langkah yang saya ambil untuk menghadapi tantangan di kelas saya, yaitu:
- Memilih pendekatan saintifik dan TPACK, hal ini guna menciptakan kondisi belajar yang inovatif.
- Model pembelajaran yang digunakan adalah Problem Base Learning, karena dengan memberikan permasalahan kontekstual, diharapkan dapat memantik motivasi belajar peserta didik dan diharapkan dapat melatih kemampuan Problem Solving peserta didik.
- Metode yang digunakan adalah metode diskusi, presentasi dan tanya jawab dengan tipe Snowball throwing. Metode ini dipilih dengan harapan proses pembelajaran yang berlangsung dapat interaktif, komunikatif, kolaboratif dan menyenangkan.
- Menyediakan beragam media pembelajaran, seperti PowerPoint Presentation, Virtual Reality, video, artikel, E-Bahan Ajar, E-LKPD dan mengkolaborasikan media-media tersebut dengan aplikasi Google Docs, Canva, Youtube dan Whatsapp dengan konsep paperless.
- Melakukan evaluasi, refleksi dan survei kepuasan belajar dengan aplikasi Google Form untuk memudahkan proses pengolahan data yang didapat selama proses pembelajaran.
Proses aksi nyata yang saya lakukan terdiri dari tiga bagian. Pertama adalah pendahuluan. Dalam pendahuluan, proses pembelajaran diawali dengan mengkondisikan peserta didik dan kelas dalam keadaan siap belajar. Lalu diawali dengan salam, menanyakan kabar, berdoa, presensi, memberikan semangat untuk memulai pembelajaran, apersepsi, motivasi dan menyampaikan kepada peserta didik terkait KD, tujuan, langkah-langkah dan penilaian pembelajaran yang ditayangkan melalui salindia serta melakukan Pretest dengan Google Form.
Bagian kedua adalah kegiatan inti. Kegiatan dalam aksi nyata yang saya lakukan mengikuti sintak dari model Problem Base Learning. Dalam sintak pertama ini, saya lebih dulu mengorientasikan peserta didik terhadap masalah kontekstual yaitu dengan menayangkan gambar permasalahan rambut berketombe pada remaja, yang memang permasalahan ini dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari.
Masalah selanjutnya diambil dari artikel pasien transplantasi yang tubuhnya menolak organ baru. Hal ini sejalan dengan kasus gagal ginjal pada anak, yang mana kerusakan ginjal ini bisa mendorong dilakukannya tindakan medis yaitu transplantasi organ, namun masalah berlanjut ketika tubuh pasien menolak organ baru yang telah ditranspalantasikan tersebut.
Masalah lainnya, saya ambil dari video pasien lupus yang mengalami delusi dan halusinasi karena lupus bersarang di otaknya. Permasalahan-permasalahan ini dikembangkan dengan pertanyaan pemantik yang membuat pembelajaran interaktif dan peserta didik berpikir kritis saat menjawab pertanyaan pemantik tersebut.
Dalam sintak kedua, saya mengorganisasikan peserta didik ke dalam tiga kelompok dan membagikan tautan E-LKPD, E-Bahan Ajar dan Virtual Reality melalui Whatsapp Group. Dalam sintak dua ini, saya juga menyampaikan terkait intruksi pengerjaan E-LKPD dan penggunaan Virtual Reality Glassess.
Sumber: dokumentasi pribadi
Pembelajaran berlanjut ke sintak ketiga yaitu, peserta didik melakukan penyelidikan dengan berkolaborasi bersama teman kelompoknya Mereka menggunakan sumber belajar dari video Youtube, artikel, E-Bahan Ajar dan juga menggunakan Virtual Reality serta sumber lainnya yang dapat mereka gunakan untuk penyelidikan. Dalam prosesnya saya juga melakukan bimbingan kepada setiap anak dan kelompok.