Mohon tunggu...
Hanifa putrii
Hanifa putrii Mohon Tunggu... Psikolog - Kuliah

Hobi travelling

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Analisis Kepribadian dan Dinamika Perselingkuhan dengan Pendekatan Psikoanalistik : Ketika Selingkuh menjadi Pembiaran

19 Juli 2024   16:00 Diperbarui: 19 Juli 2024   16:04 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Analisis Kepribadian dan Dinamika Perselingkuhan Dengan Pendekatan Psikoanalistik: Ketika Selingkuh Menjadi Pembiaran

Perselingkuhan merupakan fenomena yang telah ada sejak lama dan menjadi salah satu masalah yang kerap kali menghancurkan hubungan interpersonal, terutama dalam konteks pernikahan. Dalam masyarakat yang sangat menjunjung tinggi kesetiaan, perselingkuhan sering kali dipandang sebagai tindakan yang tidak dapat diterima. Namun, meskipun ada stigma negatif yang melekat, perselingkuhan tetap terjadi. Dengan menggunakan pendekatan psikoanalitik, kita dapat mencoba memahami lebih dalam dinamika psikologis di balik perilaku ini serta bagaimana kepribadian seseorang bisa berperan dalam keputusan untuk berselingkuh.
Kepribadian dan Psikoanalisis: Dasar Teori
Psikoanalisis, yang dikembangkan oleh Sigmund Freud, adalah pendekatan teoretis yang menekankan pentingnya pikiran bawah sadar, pengalaman masa kecil, dan dinamika internal dalam membentuk perilaku seseorang. Freud mengusulkan bahwa kepribadian manusia terdiri dari tiga komponen utama: id, ego, dan superego. Id mewakili dorongan instingtual dan kebutuhan dasar, ego adalah komponen yang berfungsi dalam realitas dan bertanggung jawab untuk menyeimbangkan keinginan id dengan tuntutan dunia luar, sementara superego adalah representasi dari nilai-nilai moral dan etika yang diinternalisasi.

Dalam konteks perselingkuhan, dinamika antara id, ego, dan superego dapat memberikan wawasan tentang motivasi dan konflik internal yang mungkin mendorong seseorang untuk berselingkuh. Id, dengan dorongannya yang kuat untuk mencari kesenangan, bisa menjadi pendorong utama di balik tindakan perselingkuhan, terutama jika seseorang merasa kebutuhan emosional atau fisiknya tidak terpenuhi dalam hubungan yang sah. Ego, yang beroperasi berdasarkan prinsip realitas, mungkin mencoba untuk mengelola keinginan ini dengan cara yang diterima secara sosial, namun jika mengalami kegagalan, bisa jadi cenderung mengarah pada rasionalisasi dan pembenaran atas tindakan perselingkuhan. Superego, di sisi lain, mungkin menimbulkan rasa bersalah dan malu, namun bisa juga lemah dalam individu tertentu, sehingga tidak cukup kuat untuk menghambat perilaku perselingkuhan.
Dinamika Psikologis di Balik Perselingkuhan

Faktor-Faktor Internal

1. Ketidakpuasan Emosional dan Seksual Ketidakpuasan dalam hubungan bisa menjadi pemicu utama perselingkuhan. Ketika individu merasa kebutuhan emosional atau seksualnya tidak terpenuhi, dorongan id untuk mencari kesenangan bisa menjadi lebih dominan. Misalnya, dalam kasus di mana satu pasangan merasa diabaikan atau tidak dihargai, mereka mungkin mencari validasi emosional dari orang lain.
2. Konflik Internal dan Krisis Identitas Sering kali, individu yang berselingkuh mungkin mengalami konflik internal atau krisis identitas. Ini bisa terjadi pada fase tertentu dalam hidup, seperti saat mengalami krisis paruh baya, di mana seseorang mulai mempertanyakan keputusan hidupnya dan mencari makna atau kegembiraan baru. Psikoanalisis melihat ini sebagai manifestasi dari konflik antara keinginan bawah sadar dan realitas hidup sehari-hari.
3. Pengulangan Pola Masa Lalu Freud percaya bahwa banyak perilaku manusia adalah hasil dari pola yang terbentuk selama masa kanak-kanak. Individu yang tumbuh dalam lingkungan di mana perselingkuhan atau ketidaksetiaan adalah norma mungkin cenderung mengulangi pola tersebut dalam hubungan mereka sendiri. Ini dikenal sebagai "pengulangan kompulsif" di mana individu tanpa sadar mengulangi dinamika masa lalu yang belum terselesaikan.
4. Kebutuhan untuk Validasi dan Peningkatan Diri Beberapa orang berselingkuh karena mereka mencari validasi eksternal atau peningkatan harga diri. Ini bisa terjadi terutama pada mereka yang memiliki kepercayaan diri rendah atau merasa tidak dihargai dalam hubungan mereka saat ini. Perselingkuhan mungkin memberikan mereka perasaan diinginkan dan berharga, meskipun bersifat sementara.

Faktor-Faktor Eksternal

1. Kesempatan dan Kemudahan Akses Dalam era digital saat ini, kesempatan untuk berselingkuh semakin meningkat dengan adanya aplikasi kencan dan media sosial. Kemudahan akses ini membuat individu lebih mudah menemukan dan terlibat dalam hubungan di luar pernikahan.
2. Lingkungan Sosial dan Norma Budaya Norma budaya dan lingkungan sosial juga berperan dalam mendorong atau menghambat perselingkuhan. Dalam beberapa budaya atau kelompok sosial, perselingkuhan mungkin lebih dapat diterima atau bahkan dianggap sebagai tanda status atau keberanian. Sebaliknya, dalam budaya yang sangat konservatif, tindakan ini mungkin lebih jarang terjadi karena risiko stigma sosial yang tinggi.
3. Kurangnya Pengawasan dan Keterlibatan Pasangan Ketiadaan pengawasan atau keterlibatan pasangan juga bisa menjadi faktor yang mempermudah terjadinya perselingkuhan. Dalam hubungan di mana pasangan sering kali terpisah karena pekerjaan atau komitmen lain, kemungkinan untuk berselingkuh mungkin meningkat.

Perselingkuhan Sebagai Pembiaran

Definisi Pembiaran dalam Konteks Perselingkuhan

Pembiaran dalam konteks perselingkuhan merujuk pada situasi di mana tindakan perselingkuhan terjadi tanpa adanya upaya yang signifikan untuk mencegah atau mengatasinya oleh salah satu atau kedua pihak dalam hubungan. Ini bisa terjadi karena beberapa alasan, termasuk ketidakpedulian, penerimaan pasif, atau ketidakmampuan untuk menghadapinya.
Mengapa Pembiaran Terjadi
1. Ketakutan akan Konfrontasi Beberapa orang mungkin memilih untuk membiarkan perselingkuhan berlangsung karena takut akan konfrontasi atau konflik. Mereka mungkin merasa bahwa menghadapi masalah tersebut akan menyebabkan lebih banyak penderitaan daripada membiarkannya berlalu.
2. Ketergantungan Emosional atau Ekonomi Dalam beberapa kasus, individu mungkin merasa tidak memiliki pilihan lain selain menerima perselingkuhan pasangan mereka karena ketergantungan emosional atau ekonomi. Mereka mungkin merasa bahwa meninggalkan hubungan akan lebih merugikan daripada tetap tinggal meskipun ada perselingkuhan.
3. Normalisasi Perilaku Ada juga kasus di mana perselingkuhan menjadi sesuatu yang dinormalisasi dalam hubungan. Ini bisa terjadi ketika kedua belah pihak terlibat dalam perselingkuhan atau memiliki pemahaman tersirat bahwa perselingkuhan adalah bagian dari dinamika hubungan mereka.

Dampak Pembiaran terhadap Hubungan
Pembiaran terhadap perselingkuhan dapat memiliki dampak yang mendalam dan jangka panjang pada hubungan. Dampak ini dapat mencakup penurunan kepercayaan, peningkatan rasa tidak aman, dan penurunan kualitas hubungan secara keseluruhan. Ketika perselingkuhan dibiarkan tanpa penanganan, luka emosional yang dihasilkan bisa menjadi semakin dalam, mengarah pada ketidakpuasan yang lebih besar dan potensi perpecahan hubungan.
Selain itu, pembiaran juga dapat memperkuat perilaku negatif. Pasangan yang berselingkuh mungkin merasa bahwa mereka bisa terus melakukannya tanpa konsekuensi, sementara pasangan yang ditipu mungkin merasa semakin tidak berdaya dan terjebak dalam situasi tersebut. Pada akhirnya, ini bisa menciptakan siklus disfungsional yang sulit untuk diputus.

Contoh Isu

Baru-baru ini, publik digemparkan dengan kasus perselingkuhan yang melibatkan seorang bos skincare ternama di Sulawesi Selatan. Dalam unggahan di media sosialnya, sang bos skincare ini membeberkan perselingkuhan suaminya dengan seorang pembantu rumah tangga yang disebutnya seksi.
Kasus ini menjadi viral dan menuai beragam komentar dari netizen. Banyak yang merasa geram dengan tingkah laku sang pembantu rumah tangga, namun ada pula yang bersimpati kepada sang istri.
Hingga saat ini, belum diketahui pasti bagaimana kelanjutan kasus tersebut. Pihak terkait masih belum memberikan pernyataan resmi terkait hal ini.

Sumber: https://www.rctiplus.com/news/detail/terkini/4372467/viral-bos-skincare-bongkar-perselingkuhan-suaminya-dengan-pembantu-seksi-netizen-geger


DAFTAR PUSTAKA
Ulfah, M. (2024). Analisis Fenomena Perceraian Menurut Perspektif Psikoanalisis Freud. Journal of International Multidisciplinary Research, 2(5).
Alfaruqy, M. Z., & Indrawati, E. S. (2022). INTERDEPENDENSI SUAMI-ISTRI DALAM MENGHADAPI PERSELINGKUHAN ISTRI. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni, 6(3), 763-775.
Rahayu, E. D., Yanti, S. N. H., & Rahayu, N. M. (2023, January). Analisis Kepribadian Tokoh Utama dalam Buku Antologi Cerpen Sihir Perempuan (2017) Karya Intan Paramaditha. In Prosiding Seminar Nasional Kolaborasi Akademik Dosen-Mahasiswa (Vol. 1, No. 1, pp. 338-345).
Mirthe, H. (2021). STRUKTUR KEPRIBADIAN TOKOH DALAM ROMAN THÉRÈSE RAQUIN KARYA ÉMILE ZOLA (SUATU KAJIAN PSIKOANALISIS). KOMPETENSI, 1(06), 571-582.
Stavrova, O., Pronk, T., & Denissen, J. (2023). Estranged and unhappy? Examining the dynamics of personal and relationship well-being surrounding infidelity. Psychological Science, 34(2), 143-169.
Krivačić, M., & Jovanović, D. (2023). Infidelity in Partner Relationship: From Awareness to Unravelling–a Female Perspective. GESTALT TODAY, 136

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun