Mohon tunggu...
Hanif Alwasi
Hanif Alwasi Mohon Tunggu... -

(Masih) aktif di Lembaga Pers Mahasiswa HIMMAH Universitas Islam Indonesia sebagai redaktur artistik. Selain itu, tercatat sebagai anggota perguruan Pencak Silat Merpati Putih.\r\n\r\nSering bercinta dengan senggang sehingga melahirkan puisi.\r\n\r\nPengasuh di blog sendiri, lengkunghanif.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Selendang Janda

19 Oktober 2014   00:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:31 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pagi ini seorang janda mengisahkan dukanya pada ranjang kamar :

Air mata menetes karena rindu luar biasa dalam lahir dan batinnya. Di ranjang kamar ini, dulu saat malam pertama, ia merasa di surga. Ia bergetar saat jemari kekar menjamah tiap lekuk tubuhnya. Satu per satu pakaian itu tanggal, menyisakan raut muka menggoda. Keempat mata saling mengadu, mereka hanyut dalam desah percintaan.

Ia sepi tak bisa bercinta lagi. Kubur suaminya sudah digali setahun lalu, yang gugur baku tembak di batas negara.

Ada dua siksa yang ia rasa : kehilangan pasangan bercumbu,

dan asupan gizi buat si bayi. Jasa mengangkat senapan tak begitu mahal daripada membeli popok, isi ulang bedak, jatah susu kaleng, hingga cicilan selimut tukang kredit.

Ia bersikeras hidup dengan selendang batik bernoda liur bayi, serta berharap buah dadanya mengucur deras untuk buah hati.

Pagi ini ia mengisahkan kabar gembira pada ruang tamu :

Seorang pemuda lima tahun lebih muda, datang melamar. Pemuda tampan dan mapan sekaligus anggota dewan. Janda itu mengiyakan, pesta pernikahan segera dilaksanakan.

Malam pertama hadir lagi. Bercinta tiap hari tanpa bosan. Sampai suaminya lupa kalau ia anggota dewan. Rapat dilupakan, gaji tetap ia genggam.

Mereka bercita bercinta di atas kapal pesiar. Suaminya bersiasat menyunat anggaran pendidikan. Milyaran ia dapat, sebelum KPK menangkap.

"Celaka ia janda lagi"

Pagi ini ia akan mengabarkan kematian :

Selendang batik telah terkalung di kusen pintu. Selamat tinggal!

Ada bayi menangis.

Purwodadi, saat hari ulang tahun negara tahun 2014.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun