Setelah selesai makan di kantin, kami pergi ke kelas. Kami berada di kelas 12. Rusuh, ribut, berantakan. Tiga kata itu adalah hal yang sudah biasa terjadi di kelas kami. Memang kelas kami ini bisa disebut juga sebagai kelas pembuat onar. Kelas kami selalu menjadi "artis" di sekolah, alias rajin keluar masuk ruang BK. Pernah satu kelas ini di panggil ke ruang BK karena ulah salah satu temanku yang lain. Tapi kami sama sekali tidak jera dengan hukuman yang diberikan.
"Hei, kau tidak ingin bergabung?" Ucap Dandi.
"Tidak, aku sedang malas." Balasku.
"Apa-apaan jawaban itu." Balas Dandi.
"Omong-omong para guru sedang membahas apa ya di rapat kali ini?" Ucap Dandi lagi.
"Mungkin bahas kelas kita lagi? Atau hal yang lain seperti kelulusan kita? Aku tidak tahu." Balasku.
"Memang kau yakin kalau kelas ini akan lulus?" Tanya Dandi lagi.
"Tentu saja yakin!!!. Dengar ya, walaupun kelas kita ini kelas pembuat onar dan langganan guru BK, tapi kelas kita pintar dalam mengikuti pelajaran dari guru!!!." Balasku dengan semangat.
Kalian jangan heran kenapa aku bisa menjawab pertanyaan dari Dandi dengan membawa kelas kami. Seperti yang aku katakan sebelumnya. Kelas kami ini "artis". Sudah sewajarnya para guru selalu membawa kelas kami kalau sedang rapat ataupun berjumpa dengan guru yang lainnya. Tetapi apa yang aku katakan itu benar adanya kalau kelas kami pintar dalam pembelajaran. Walaupun tidak semua pelajaran yang dapat dimengerti, tetapi dengan bantuan guru dan teman sekelas lain yang pintar di bidangnya masing-masing, kami sedikit mudah untuk memahaminya.
Ahh iya, karena kami kelas 12 dan ujian kelulusan sudah berakhir. Kami sungguh sangat bahagia juga sedih. Bahagia karena dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau bekerja di tempat yang diinginkan dan juga sedih karena kami semua bakal terpisah oleh pendidikan.
Ternyata pepatah yang selama ini aku dengar memang benar. Disatukan oleh pendidikan dan di pisahkan pula oleh pendidikan. Ha~ membayangkannya membuatku merasa semakin sedih.