Mohon tunggu...
Nur Hanifa Ifasa
Nur Hanifa Ifasa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Sejarah

Stop Dreaming Start Doing

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perjuangan Teuku Umar Melakukan Perlawanan Terhadap Penjajah di Aceh

3 November 2021   00:01 Diperbarui: 3 November 2021   00:26 12564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun terjadi pertentangan di masyarakat Aceh apakah Teuku Umar pantas untuk menjadi suami dari Cut Nyak Dien, karena jika dilihat Teuku Umar merupakan seorang pemimpin dengan pasukan yang terkenal dengan ke brandalannya, seperti merampoki dan membakar rumah orang kampung. Sedangkan Teuku Ibrahim sebagai suami Cut Nyak Dien sebelumnya terkenal dianggap suci sejak lahir. Sehingga dapat dikatakan Teuku Umar tidak sebanding dengan Teuku Ibrahim. Namun hal tersebut terbantahkan karena terdapat juga pendapat yang mengatakan bahwa Teuku Umar adalah orang yang gagah berani dan juga tampan. Dengan keteguhan dan kecerdasan Teuku Umar saat melakukan suatu hal, dianggap akan mendatangkan keuntungan bagi pihak Teuku Umar sendiri.

Perayaan pernikahan Cut Nyak Dien dan Teuku Umar dilaksanakan di Montasik, dengan banyak tamu yang datang karena ingin ikut merasakan kegembiraan dari momen pernikahan kedua pasangan tersebut.

Teuku Nanta Setia juga merasakan kebahagiaan karena telah melihat putrinya yang kembali bahagia dan tidak lagi merasakan kesedihan karena ditinggalkan oleh suaminya. Cut Nyak Dien akhirnya sudah mendapatkan pendamping hidup kembali yang juga akan berjuang bersamanya. Teuku Nanta Setia pun bangga, karena ia tahu bahwa yang menjadi suami bagi putrinya adalah salah satu panglima Aceh yang lebih unggul dari teman-teman sebayanya yang lain karena prestasinya dalam perang Aceh.

Kabar tentang pernikahan Teuku Umar dan Cut Nyak Dien tersebar dengan cepat dan juga sampai terdengar di medan perang Aceh. Hal tersebut membuat bangkitnya semangat baru di tubuh pasukan Aceh. Karena mereka menganggap pernikahan Teuku Umar dan Cut Nyak Dien bukanlah hanya hubungan romantis antara lelaki dan perempuan semata. Melainkan munculnya pasangan baru yang akan mengabdikan dirinya untuk bertempur di medan perang menghadapi Belanda. Di pundak pasangan inilah keselamatan tanah air dan bangsa Aceh digantungkan.

  • Perlawanan Teuku Umar dalam Perang Aceh.

Teuku Umar merupakan tokoh yang dikenal dengan sifat yang cerdas, teguh pendirian, pantang menyerah, dan pemberani. Ia muncul sebagai sosok pemimpin yang masih muda namun tidak takut untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda dalam perang Aceh. Hal ini dibuktikan dengan keikutsertaannya dalam melawan Belanda pada tahun 1873 padahal pada saat itu ia masih berusia 19 tahun. Perjuangannya dalam perang Aceh mulai terlihat sejak ia masih berada di Meulaboh, kampung halamannya, Teuku Umar bahkan diangkat sebagai Keuchik pada saat itu diusianya yang masih 19 tahun dikarenakan ketenarannya yang meningkat tinggi. Setelah itu ia melanjutkan perjuangannya ke Aceh Barat.

Setelah menikah dengan Cut Nyak Dien pada tahun 1880, ia kembali ke Aceh Barat dan kembali melakukan perlawanan terhadap Belanda. Pada tahun 1881, ia pergi ke Patek yaitu sebuah pelabuhan di Utara Meulaboh karena mengetahui niat Belanda yang akan menaklukan daerah tersebut. Teuku Umar pun mengumpulkan pasukannya dan berhasil membuat Belanda pergi dari daerah tersebut dalam kekalahan. Teuku Umar juga melakukan perlawanan terhadap Belanda di pelabuhan lain yaitu pelabuhan Reujaih dan kemudian dapat memukul mundur Belanda.

Di Aceh Besar, tepatnya di XVV Mukim, Teuku Umar berhasil mendirikan pos Aceh di Krueng Raba dan berhasil membuat Belanda mundur dari daerah tersebut pada tahun 1882. Selain itu ia juga aktif melakukan penyerbuan terhadap pos-pos Belanda yang terdapat di dekat Ulelhe dan Bukit Sibun. Teuku Umar juga memberikan bantuan untuk merebut kembali VI Mukim yang merupakan kampung halaman Cut Nyak Dien.  Ia melakukan peperangan terhadap pengkhianat dari golongan Uleebalang yang bernama Teuku Nek. Teuku Umar akhirnya berhasil merebut kembali VI Mukim. Belanda yang mendengar hal ini langsung mengirimkan pasukannya untuk membalas dendm. Dikarenakan perbedaan dalam hal persenjataan dan jumlah pasukan yang sangat besar, pasukan Teuku Umar terpaksa mundur sementara ke pegunungan Ngarai Baradin dan kembali melakukan penyerangan saat Belanda tengah lengah. Strategi itupun berhasil dan VI Mukim dapat kembali direbut oleh Teuku Umar.

Pada tahun 1883 Teuku Umar menyatakan telah menyerah dan memutuskan untuk berpihak kepada Belanda. Hal ini tentunya menimbulkan keterkejutan dari masyarakat Aceh. Namun Belanda yang saat itu memang sedang dalam keadaan lemah karena jendral Kolonel Karel van der Heijden yang dipulangkan ke Jawa terlebih mendapat banyak serangan dari pihak Aceh langsung menerima penyerahan diri Teuku Umar dengan senang hati. Tetapi hal yang tidak diketahui oleh pihak Belanda maupun masyarakat Aceh adalah bahwa ini hanyalah siasat yang dilakukan Teuku Umar, Teuku Umar hanya berpura-pura berpihak pada Belanda dan melakukan segala perintah Belanda demi mendapat kepercayaan mereka. Teuku Umar mendapatkan tugas untuk melatih pasukan Belanda dalam berperang dan mengajarkan teknik gerilya. Ia juga diperintahkan untuk melakukan perlawanan terhadap Aceh. Namun tentu saja Teuku Umar tidak benar-benar melakukan hal tersebut, walaupun pada akhirnya pasukan Aceh harus mundur, namun pasukan Aceh berhasil merampas senjata dari pasukan Belanda. Belanda yang tidak mengetahui hal tersebut hanya merasa senang karena Teuku Umar yang berhasil memukul mundur pasukan Aceh.  Belanda pun  memberikan hadiah uang kepada Teuku Umar sebagai hasil kerja kerasnya, yang akhirnya uang tersebut diberikan Teuku Umar kepada Aceh untuk modal perang tanpa sepengetahuan Belanda.

Pada tahun 1884 kapal Inggris bernama Niesro terdampar di daerah perairan Panga, awak kapalnya pun berenang ke daratan terdekat dan berakhir  di daerah Teunom yang memilki seorang Raja Teuku Imam Muda. Raja Teunom pun mengambil kesempatan ini untuk membuat kesepatakan dengan Belanda. Ia meminta Belanda memberikan uang sebesar 100.000 untuk melepaskan awak kapal dan kapal yang terdampar. Pada saat itu Teuku Umarlah yang diutus untuk memberikan uang tebusan didampingi beberapa pasukan Belanda lain. Teuku Umar pun memanfaatkan situasi ini untuk merebut kapal Belanda dan tebusannya, kemudian berbalik untuk kembali berpihak pada Aceh.

Teuku Umar menjadi pemimpin yang menjadi harapan rakyat Aceh setelah Cik Di Tiro salah satu tokoh penting dalam perang Aceh wafat pada tahun 1891. Pada saat itu di pihak Belanda juga melakukan pergantian pemimpin dari Van Teijin ke Deykerhoff. Deykerhoff yang memiliki sifat lembut memilih untuk berdamai dengan rakyat Aceh. Melihat hal tersebut Teuku Umar memutuskan melakukan siasatnya yang kedua dan pada 1893 ia beserta 15 orang panglimanya menyerahkan diri kepada Belanda.Teuku Umar diperintahkan untuk melakukan perlawanan pada rakyat Aceh setelah diberi uang dan senjata yang lengkap. Namun seperti pada siasatnya yang pertama, Teuku Umar tidak benar-benar melakukan hal tersebut. Tujuannya hanyalah untuk merebut persenjataan dan uang dari pihak Belanda. Sehingga pada tahun 1896, ia kembali kepada pasukan Aceh dan meninggalkan pasukan Belanda dengan alasan bahwa ia sudah tidak tahan dengan hinaan dan ketidakpercayaan dari para pembesar Belanda. Melalui siasatnya yang kedua ini Teuku Umar mendapat banyak uang dan beberapa persenjataan dari pihak Belanda.

Sebenarnya pergerakan dari Teuku Umar dan pasukannya sulit untuk diikuti oleh Belanda karena pergerakan pasukannya yang cepat dan berpindah-pindah, hal ini juga didukung oleh pasukan Belanda yang membawa banyak persediaan makanan yang banyak dan juga meriam sehingga tidak bisa mengimbangi kecepatan pasukan Teuku Umar. Namun Teuku Umar pada saat itu berhasil dikejar oleh Letnan Willem sehingga ia dan pasukannya harus melakukan pelarian dan pergi ke Tangse yang berlokasi 60 km dari Sigili. Pasukan Letnan Willem tidak berhasil mengejar pasukan Teuku Umar karena terhalang jurang sempit dan terpaksa harus mundur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun