Mohon tunggu...
Nur Hanifa Ifasa
Nur Hanifa Ifasa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Sejarah

Stop Dreaming Start Doing

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perjuangan Masyarakat Burma Melepaskan Diri dari Cengkeraman Inggris

19 Juni 2021   16:56 Diperbarui: 19 Juni 2021   17:55 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Asia Tenggara adalah sebuah kawasan di benua Asia bagian tenggara. Kawasan ini mencakup Indochina dan Semenanjung Malaya serta kepulauan di sekitarnya. Nama untuk kawasan ini pertama kali dipakai pada abad ke-20. Selama Perang Dunia Kedua istilah Asia Tenggara digunakan untuk menggambarkan wilayah di seputar kawasan Indo-china dan semenanjung Malaya serta kepulauan- kepulauan yang ada di sekitarnya. Sebelumnya istilah Further India dan Little China digunakan untuk menggambarkan kawasan Asia Tenggara.

Subkawasan Asia Tenggara terdiri dari sebelas negara, beberapa di antaranya berada di daratan utama (mainland), yang juga dikenal sebagai Asia Tenggara Daratan (Indochina) meliputi Kamboja, Vietnam, Thailand, Myanmar dan Laos.  dan sebagian lagi seluruhnya merupakan kepulauan (Asia Tenggara Maritim) meliputi Indonesia, Brunei, Filipina, Malaysia, Singapore dan Timor Leste.

Bangsa Eropa pertama kali sampai di Asia Tenggara pada abad ke-16. Ketertarikan di bidang perdaganganlah yang umumnya membawa bangsa Eropa ke Asia Tenggara, sementara para misionaris turut serta dalam kapal-kapal dagang dengan harapan untuk menyebarkan agama Kristen ke wilayah ini. Dengan datangnya bangsa eropa ke wilayah Asia Tenggara, tidak dapat dihindari akhirnya terjadi kolonialisme dan imperialisme yang dilakukan oleh bangsa barat terhadap kawasan-kawasan di Asia Tenggara.

Setelah terjadi kolonialisme dan imperialisme yang dilakukan oleh bangsa barat, masyarakat di kawasan Asia Tenggara mengalami banyak kesengsaraan dan kerugian. Karena hal tersebut akhirnya masyarakat di Asia Tenggara menyadari perlu mengadakan perlawanan terhadap penjajahan yang dilakukan bangsa barat. Akhirnya timbullah pergerakan nasionalisme yang diadakan masyarakat di Asia Tenggara demi mendapatkan kemerdekaan sehingga dapat terbebas dari penjajahan bangsa barat dan dapat menjadi negara yang bebas dan berdaulat tanpa pengaruh dari negara lain. Salah satu negara di Asia Tenggara yang berusaha melepaskan diri dari cengkraman kolonialisme dan imperialisme bangsa Barat adalah masyarakat Burma Myanmar yang berada di bawah kekuasaan Inggris.

Pergerakan nasional untuk di Burma untuk mencapai kemerdekaan muncul pada masa pemerintahan kolonial Inggris (1886-1942). Pergerakan nasional ini pada awalnya dimotori oleh golongan biksu (pongyis). Mereka melakukan pergerakan tersebut dikarenakan tidak setuju kebijakan dan sistem pemerintahan kolonial Inggris, yang menurut mereka telah memarginalkan golongan biksu dalam masyarakat Birma. Dari sinilah gerakan anti kolonialisme Inggris di Burma muncul.

Bangsa Burma sangat merasakan kepahitan terhadap tindakan pemerintah Kolonial Inggris akibat kekayaan dan sumber-sumber bahan mentah dikuasai oleh pihak kolonial serta derajat nasional Birma diturunkan. Para rakyat kesulitan mendapatkan pekerjaan. Sistem perekonomian dikuasai oleh pihak kolonial Inggris membuat golongan pengusaha atau pedagang pribumi Birma mulai disingkirkan. Selain itu, persaingan juga timbul antara Bangsa Birma dengan Bangsa India. Karena sejak 1886 pemerintah kolonial Inggris mengintegrasikan Birma sebagai propinsi bagian dari India.

Kesalahan besar yang dibuat oleh Inggris mengenai Myanmar adalah mengikat negeri itu dengan India, sehingga pemerintahan di Myanmar disesuaikan dengan metode-metode pemerintahan yang dipraktekkan di India. Inggris lupa bahwa Myanmar memiliki kebudayaan, sejarah, serta pandangan yang bersifat khas Myanmar. Yang berbeda dengan kebudayaan, sejarah, dan pandangan India. Inilah salah satu hal yang memicu Myanmar untuk memisahkan diri dari India dan membentuk negara berdaulat.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan munculnya nasionalisme di Myanmar, pada umumnya adalah seperti hal-hal berikut:

  1. Pada hakekatnya bangsa Myanmar belum pernah kehilangan rasa kebangsaan sejak tahun 1886 menjadi jajahan Inggris. Kolonial Inggris belum sempat menanamkan pengaruh mereka sedalam-dalamnya di Myanmar, karena Myanmar pada saat itu menjadi bagian dari India.
  • Jepang yang memenangkan perang Jepang -- Rusia 1905 berdampak pada memperkuatnya nasionalisme di India, yang otomatis  juga menimbulkan nasionalisme di Myanmar.
  • Nasionalisme yang timbul di India mempengaruhi timbulnya nasionalisme di Myanmar.
  • Perundang-undangan dalam perdamaian Versailles yang menyatakan untuk memperjuangkan hak-hak dalam menentukan nasib sendiri bagi bangsa-bangsa yang belum merdeka.
  • Montagu -- Chelmsford  Reform, yang ditetapkan oleh Inggris untuk India dan tidak berlaku untuk Birma.

Perkembangan nasionalisme Myanmar mulai terlihat setelah Perang Dunia I, terutama setelah Inggris memisahkan Myanmar dari konstitusi India (Inggris). PD I cukup mengguncangkan Myanmar dan segera mendorong lahirnya kesadaran politik yang lebih nasionalistis. Hal ini ditandai dengan berlangsungnya pemogokan di universitas, dan kemudian dilanjutkan dengan perubahan YMBA menjadi GCBA (Dewan Umum Persatuan Burma) pada tahun 1921.

Pada 1909 sesudah pengenalan perubahan Monrley-Minto di India, keanggotaan dewan meningkat menjadi tiga puluh dengan mayoritas anggota tidak resi. Dewan mempunyai hak bertanya, mengajukan resolusi-resolusi, dan memungut suara, tetapi keputusan-keputusannya tidak memiliki tidak mempunyai kekuatan mengikat kepada pemerintah. Satu-satunya kelompok Nasionalis di Myanmar ialah yang didirikan oleh para pelajar Rangoon College pada 1908 yaitu Asosiasi Kaum Buddhis. Asosiasi ini sebenarnya lebih tertarik pada kesejahteraan sosial dan budaya daripada politik dan anggotanya masih sedikit.

Pada 1923 diberlakukan suatu sistem pemerintahan di Myanmar yang dikenal dengan Dyarchy. Dengan diberlakukannya sistem tersebut Myanmar berstatus sebagai provinsi dibawah seorang Gubernur. Pelaksanaan sistem Dyarchy menandakan langkah yang sangat maju dari masyarakat Myanmar.

Bangsa Myanmar diberi kesempatan untuk mengambil bagian dalam lembaga-lembaga perwakilan, diizinkan memasuki dinas sipil mereka sehingga memperoleh pengalaman yang sangat berharga di bidang pemerintahan. Namun di waktu yang bersamaan, keterikatan Myanmar dengan India membawa kerugian bagi Myanmar. Diantara kerugian itu adalah mebanjirnya imigrasi orang-orang India dan timbulnya persaingan dari para pedagang dan buruh India. Setelah 1923 timbul organisasi-organisasi yang menuntut pemisahan dari  India dan pemberian pemerintahan sendiri yang bertanggung jawab kepada Myanmar sebagai suatu negara dengan haknya sendiri.

Pada tahun 1928 komisi Simon meninjau kembali perubahan 1923 dan memutuskan untuk memilih pemisahan India dari Myanmar. Pemisahan dihasilkan oleh Undang-Undang pemerintah Myanmar 1935, kemudian Myanmar menjadi sebuah kesatuan yang diperintah secara langsung oleh raja Inggris melalui kementrian Myanmar di London.

Pemisahan menjadi kenyataan pada tahun 1937 dengan Dr. Ba Maw yang menjadi perdana menteri yang pertama. Sampai dengan saat pemisahan, nasionalisme Myanmar kurang militan dan keras terutama karena pihak Inggris mengambil langkah untuk memperkenalkan sarana-sarana pemerintahan sendiri yang sebenarnya.

Mahasiswa Universitas Rangoon memerankan peranan penting daam mengorganisasi tuntutan untuk melaksanakan kemerdekaan yang penuh. Kelompok kaum nasionalis revolusioner dengan julukan Thakin juga merupakan suatu kelompok yang penting, dengan tokohnya Aung San yang dapat disebut sebagai tokoh pelopor kemerdekaan Myanmar.

Beberapa diantara anggotanya mengadakan kontak dengan Partai Komunis di India dan mempropagandakan doktrin-doktrin Marxis. Pada tahun 1940 sejumlah anggota Thakin yang kira-kira berjumlah tiga puluh orang, termasuk Thakin pergi ke Jepang atas undangan konsul Jepang di Rangoon. Kemudian mereka kembali bersama-sama dengan tentara Jepang yang berhasil mengusir Inggris.

  • Kemerdekaan Negara Myanmar

Pada 1942 bala tentara Jepang tiba di Myanmar. Setelah Jepang mengusir Inggris dari negeri Myanmar banyak rakyat Myanmar yang berterimakasih kepada Jepang. Kaum Nasionalis Myanmar salah satunya Partai Thakin juga cukup membantu kemajuan pasukan Jepang tersebut. 

Setelah itu Jepang juga memperoleh simpati dari rakyat Myanmar setelah memberi peluang kepada orang-orang Myanmar untuk menduduki posisi yang penting di Bidang Politik. Karena hal itu akhirnya rakyat Myanmar percaya bahwa Jepang akan memberikan pemerintahan sendiri dalam waktu dekat kepada Myanmar. Dibentuklah sebuah pemerintahan sementara setelah keamanan pulih kembali pada 1 Agustus 1942 di bawah Dr. Ma Baw nasionalis terkemuka dari masa sebelum Jepang.

Namun harapan rakyat Myanmar tersebut segera dihadapkan pada kekecewaan setelah kegagalan Jepang untuk memperbaiki standar ekonomi dari masa penjajahan Inggris. Kaum nasionalis Myanmar pun segera menyadari bahwasanya pemerintahan Ma Baw tidak lebih dari sebuah pemerintahan boneka Jepang yang diawasi dengan sangat ketat oleh para pembantu dan penasehat Jepang.

Pada awal 1944 Thakin Aung San dan Thakin Than Thun yang masing-masing menjabat sebagai menteri pertahanan dan perhubungan dan perbekalan dalam kabinet Ma Baw mengorganisasi oposisi terhadap Jepang dalam wadah Liga Kemerdekaan Rakyat Anti Fasis (AFPL). Sebagai menteri Aung San berhasil mengikat angkatan perang nasionalis dengan AFPL.

Setelah kepergian Jepang, situasi di Myanmar adalah Ba Maw melarikan diri bersama Jepang dan baru kembali ke Myanmar pada tahun 1946. Aung San kemudian menjabaat sebagai panglima angkatan perang Myanmar menjadi fokus aspirasi-aspirasi nasional yang mendapatkan wadahnya di AFPL. Dari sini dapat dilihat bahwa Aung San merupakan tokoh yang tepat untuk membawa kemerdekaan kepada Myanmar. Tetapi usaha-usaha tersebut awalnya dikacaukan setelah kedatangan Inggris kembali di Myanmar. 

Inggris menolak untuk mengakui pemerintahan sementara Aung San setelah pendudukan Inggris kembali atas Rangoon pada Mei 1945. Inggris mengeluarkan sebuah pernyataan politik bahwa mereka akan menempatkan Myanmar dibawah seorang Gubernur Inggris sampai 1948, baru setelah itu aka diberi pemerintahan sendiri secara penuh di daalam lingkungan Commonwealth Inggris. Aung San secara otomatis langsung menolak tawaran tersebut karena ia dan pengikutnya menginginkan kemerdekaan yang penuh. Aung San kemudian mengadakan reorganisasi dalam tubuh AFPL dengan dukungan semua partai untuk memperjuangkan kemerdekaan penuh.

Pada Januari 1947 Aung San memimpin sebuah delegasi ke London untuk mengadakan perundingan dengan kabinet Attlee. Sebuah perjanjian pun dicapai bahwasanya pada April nanti Inggris akan menyetujui hasil pemilihan mengenai bentuk pemerintahan sendiri, tetapi para menteri dalam Kabinet Myanmar nanti hanya akan diberi kekuasaan atas angkatan perang dan anggaran. Msekipun sangat jauh dari tuntutan pemimpmi yang revolusioner, Aung San akhirnya memutuskan melaksanakan perjanjian tersebut dengan dua anggota delegasinya yang tidak setuju yaitu Usaw dan Ba Sein.

Di dalam pemilihan April AFPLmemperoleh kemenangan mutlak. Namun Aung San tidak dapat menikmati hasil kerja kerasnya karena pada 19 Juli 1947 Ia dan enam orang koleganya dibunuh oleh orang-orang sewaan Usaw.pihak Inggris pun mengetahui hal itu segera menunjuk Thakin Nu, wakil presiden AFPL sebagai pengganti Aung San.

Pada Oktober 1947 Thakin Nu menuju London untuk mengadakan bagi pemisahan Myanmar dari ikatan Commonwealth. Penandatanganan pengakuan atas Republik Uni Myanmar sbagai negara yang merdeka penuh pada hari yang akan ditentukan oleh parlemen berlangsung pada 17 Oktober 1947. Pihak Inggris akhirnya menyerahkan kekuasaan kepada Presiden pertama dari Republik Myanmar yaitu Shao Shwe Thaik pada Januari 1948.

PENUTUP :

Nasionalisme merupakan suatu paham kesadaran untuk hidup bersama sebagai suatu bangsa karena adanya kebersamaan kepentingan, rasa senasib sepenanggungan dalam menghadapi masa lalu dan masa kini serta kesamaan pandangan, harapan dan tujuan dalam merumuskan cita-cita masa depan bangsa.

Sedangkan kemerdekaan adalah terbebas dari segala macam belenggu, aturan, dan kekuasaan dari pihak tertentu.

Myanmar dalam mencapai kemerdekaannya mendapatkan pengaruh penting dari nasionalisme. Setelah mengalami banyak kerugian saat berada di bawah kekuasaan Inggris dan menjadi negara bagian India. Masyarakat Myanmar menyadari bahwasanya mereka tidak memperoleh kebebasan dalam menjalankan negaranya sendiri. Maka dari itu beralaskan rasa senasib sepenanggungan mereka akhirnya bersatu untuk mengadakan perlawanan terhadap pihak Inggris agar mereka dapat merdeka dan dapat mendirikan negara yang mandiri dan berdaulat tanpa campur tangan pihak asing.

Hal itu dimulai dengan timbulnya beberapa organisasi nasionalisme seperti Asosiasi Kaum Buddhis, Partai Thakin, dan AFPL. Meskipun dalam pelaksanaannya usaha masyarakat Myanmar diterjang beberapa halangan seperti setelah mengusir Inggris mereka harus menghadapi  pemerintahan boneka yang dijalankan oleh Jepang dan Inggris yang tidak mengakui kemerdekaan mereka dan masih mencoba menguasai Myanmar. Pada akhirnya Myanmar dapat memperoleh kemerdekaan mereka pada tahun 1948 dengan presiden pertamanya Shao Shwe Thaik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun