Mohon tunggu...
Hanifah Tarisa
Hanifah Tarisa Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sumber Daya Alam Kaya, Mengapa Perempuan Harus Bekerja?

8 Agustus 2024   21:21 Diperbarui: 8 Agustus 2024   21:22 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sumber Daya Alam Kaya, Mengapa Perempuan Harus Bekerja?

Oleh: Hanifah Tarisa Budiyanti S. Ag

Ada yang mengatakan keberhasilan suatu negara dilihat dari kondisi perempuannya. Jika perempuan-perempuan di negara itu banyak yang bekerja, itu artinya negara tersebut belum dikatakan berhasil dalam menyejahterakan rakyatnya karena perempuan sesungguhnya merupakan salah satu pilar pembentuk peradaban. Jika perempuan banyak yang rusak akhlaknya atau mengalami kemiskinan, maka kerapuhan keluarga dan generasi yang ada akan menurun kualitasnya. Namun sayangnya indikasi di atas seakan diabaikan oleh pemerintah.

Pada faktanya pemerintah malah mendorong para perempuan agar mandiri secara ekonomi dengan bekerja atau berwirausaha. Seperti yang terjadi di Bumi Batiwakkal, Kota Berau yaitu didirikannya Wifepreneur BUMA oleh PT Bukit Makmur Mandiri (BUMA) Lati di Lantai 2, Bandara Kalimarau. Peluncuran outlet Wifepreneur BUMA adalah jawaban atas kemandirian ekonomi kaum perempuan.

Wifepreneur BUMA sendiri adalah Komunitas UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) binaan PT Buma Lati yang dibentuk saat masa pandemi covid-19 pada 2021 lalu. Pelaku wifepreneur adalah istri para karyawan aktif yang bekerja di perusahaan. Selain para istri karyawan, terdapat juga anggota komunitas yang berasal dari warga lingkar tambang yang tergabung dalam Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang anggota aktifnya sebanyak 14 orang. Aktivitas Wifepreneur BUMA ini adalah mengolah sebanyak 28 produk UMKM khas lokal Berau.

Produk olahannya berasal dari bahan baku yang tersedia secara alami dari Berau seperti udang galah, ikan tuna, cabe, kakao dan jenis bahan baku dasar lainnya, termasuk kain yang diolah menjadi batik khas Berau.Sunardi Gunawan yang merupakan management BUMA Lati mengatakan, Program Wifepreneur BUMA ini bertujuan untuk meningkatkan potensi lokal Kabupaten Berau menjadi peluang ekonomi kreatif bagi masyarakat sekitar kampung lingkar tambang dan agar para istri karyawan tidak hanya bergantung pada pendapatan yang dihasilkan suami yang bekerja di tambang.

Sebab menurut Sunardi, aktivitas pertambangan di Berau ada masanya. Sehingga usaha kecil yang saat ini ditekuni dapat menjadi penopang ekonomu keluarga dalam jangka waktu yang lama. Di sini lah peran istri diharapkan dapat mengambil peran untuk meningkatkan taraf ekonomi keluarga. Program ini pun didukung oleh pemerintah daerah dan pihak-pihak lainnya di Berau sehingga berdampak baik terhadap omset usaha yang berjumlah 150 juta rupiah. Naik 200 persen dari tahun sebelumnya.

Bupati Berau yang diwakili oleh Sri Juniarsih, Sekretaris Daerah (Sekda) Berau, Muhammad Said, mengapresiasi inisiatif dari BUMA untuk membangun komunitas bisnih dengan memberdayakan kaum perempuan di Berau. Ia mengatakan bahwa adanya Wifepreneur ini telah memberikan kontribusi, mengembangkan dan mendukung UMKM Berau, terutama istri-istri karyawan lokal di BUMA. Harapannya UMKM ini dapat menaikkan pertumbuhan ekonomi daerah yang semakin baik ke depan.

Mengapa Perempuan Harus Bekerja?

Dorongan pemberdayan perempuan dengan bekerja atau berwirausaha, sejatinya tidak hanya menyasar kepada keluarga yang tidak mampu. Namun keluarga yang mampu secara ekonomi seperti fakta yang terjadi di atas yaitu perempuan yang juga didorong untuk memberikan kontribusi dalam menaikkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan negara. Padahal program pemberdayaan perempuan sesungguhnya adalah racun berbalut madu yang tak disadari oleh banyak perempuan hari ini. Mengapa disebut racun? Karena fitrah setiap perempuan sejatinya adalah ummu wa rabbatul bait (ibu dan pengurus rumah tangga). Bagaimana perempuan bisa maksimal dalam membina keluarga dan anaknya, jika ia juga dituntut untuk menyumbangkan ekonomi negara dengan berwirausaha? Akibatnya perempuan mengalami beban ganda. Mereka disuruh untuk bekerja, di samping itu mereka juga harus mengatur rumah tangga dan mengasuh anak-anaknya.

Jika perempuan diaruskan untuk fokus bekerja atau berwirausaha, maka masalah-masalah baru akan muncul seperti kerusakan moral generasi karna kurangnya perhatian dan kasih sayang dari ibu. Bahkan tak jarang seorang ibu menitipkan anak-anaknya kepada neneknya atau pengasuhnya. Belum lagi diskriminasi terhadap kaum perempuan dan kasus perceraian yang semakin meningkat karena tercederainya peran istri dalam mengatur rumah tangga dan perempuan yang merasa mandiri karena memiliki pendapatan yang tinggi sehingga tidak mau tunduk terhadap hak dan kewajiban suaminya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun