Mohon tunggu...
Hanifah Tarisa
Hanifah Tarisa Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Refleksi Hari Pendidikan, Efektifkah Kurikulum Merdeka Belajar dalam Memajukan Pendidikan?

13 Juli 2024   21:09 Diperbarui: 13 Juli 2024   21:10 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Refleksi Hari Pendidikan: Efektifkah Kurikulum Merdeka Belajar dalam Memajukan Pendidikan?

Oleh: Hanifah Tarisa Budiyanti S. Ag

Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional 2024, Disdikbud (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan) Kalimantan Timur berkomitmen untuk melanjutkan program merdeka belajar sesuai arahan Kemendikbudristek. Sekretaris Disdikbud Kaltim, Yekti Utama menyampaikan komitmen merdeka belajar tersebut direalisasikan dengaan penguatan sarana prasarana sekolah. Mulai dari papan interaktif, pojok baca, serta pembagian alat musik tradisional sebagai penunjang kreativitas siswa-siswi di sekolah dan meningkatkan kemajuan sektor pendidikan di Kaltim.

Ketua MKKS SMA Disdikbud Kaltim sekaligus Kepala Sekolah SMAN 16 Samarinda, Abdul Rozak menjelaskan bahwa dirinya telah menerima paket alat musik tradisional secara simbolis dari Pj Gubernur Kaltim, Akmal Malik. Beberapa sekolah lain juga telah menerima paket alat musik tradisional. Abdul Rozak mengatakan paket alat musik tradisional ini bagus karena dapat memotivasi siswa-siswi yang menyukai seni, agar bisa meningkatkan bakatnya baik melalui musik, tari, teater, dan sebagainya.

Yekti juga menyebutkan salah satu program yang dianjurkan ada di setiap sekolah yaitu kegiatan tour museum bagi siswa dan siswi. Hal ini penting sebagai media belajar bagi mereka dan bisa menambah wawasan sejarah serta budaya bagi para pelajar. Dengan semua program di atas, harapannya pendidikan di Kalimantan Timur mengalami kemajuan secara bertahap dalam rangka menghadapi Ibu Kota Nusantara (IKN) yang mana dibutuhkan SDM yang berkualitas.

Efektifkah Kurikulum Merdeka Belajar dalam Memajukan Pendidikan?

Indikator atau standar maju mundurnya pendidikan dinilai tidak sekedar output pendidikan yang mampu terserap di dunia kerja atau berdaya secara ekonomi tapi dilihat dari karakter atau kepribadiannya. Sebagaimana kurikulum merdeka belajar telah diluncurkan oleh Menteri Pendidikan pada tahun 2020 yang memiliki beberapa tujuan, diantaranya meningkatkan kompetensi lulusan baik hard skills maupun soft skills generasi agar lebih siap menghadapi kebutuhan jaman dan menyiapkan generasi sebagai pemimpin masa depan bangsa yang unggul dan berkepribadian. Kurikulum merdeka belajar ini kemudian dipromosikan dan diterapkan secara bertahap di seluruh tingkat pendidikan yaitu dari tingkat sekolah dasar, menengah hingga perguruan tinggi.

Memang, program-program yang diadakan oleh kurikulum merdeka belajar nampak baik karena setiap programnya berambisi untuk menciptakan lulusan yang siap kerja dan dapat bersaing di dunia internasional. Lihat saja program pembagian paket alat musik tradisional yang bertujuan untuk meningkatkan seni generasi. Arahnya tentu agar generasi tertarik terjun ke industri seni dan hiburan yang terbukti menghasilkan cuan yang besar.

Namun ada hal lain yang mesti kita kritisi bersama bahwa sejatinya arah kurikulum merdeka belajar ini adalah arah untuk membentuk generasi menjadi sekuler dan liberal. Disebut sekuler karena menjauhkan peran agama dalam mencetak moral generasi dan membiarkan ide-ide liberal masuk ke dunia pendidikan seperti ide moderasi beragama, nasionalisme, toleransi yang sejalan dengan Barat, feminisme dan sebagainya.

Kurikulum merdeka belajar nampaknya juga tak mampu mencetak generasi yang bertakwa dan berkahlakul karimah. Lihat saja bagaimana kualitas moral generasi di negeri ini yang semakin hari, semakin rendah saja moralnya. Kasus bullying, pornografi dan pornoaksi, terlibat judi online, kekerasan seksual, pembunuhan, tawuran dan seabrek masalah-masalah lainnya yang menimpa generasi. Seharusnya negara fokus untuk membentuk generasi yang berkualitas dan beakhlak mulia dengan kurikulum yang membuat mereka takut kepada Allah. Bukannya hanya fokus mencetak SDM yang hanya memanfaatkan potensi demi kebutuhan industri seperti halnya target pemerintah di atas untuk menghadapi tantangan IKN.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa sudah banyak perusahaan luar negeri yang menanamkan modalnya di IKN. Lalu pada akhirnya generasi akan disibukkan dengan dunia kerja namun abai terhadap permasalahan bangsanya. Hal ini kah yang kita inginkan? Lalu bagaimana seharusnya kurikulum pendidikan untuk mencetak generasi yang berkualitas sekaligus berkarakter mulia?

Kurikulum Pendidikan Islam Mencetak Generasi Berkarakter Mulia

Sudah tiga perempat abad atau seusia negeri ini berdiri, pendidikan di Indonesia belum menemukan konsep yang sempurna dan komperehensif. Setidaknya sebanyak 11 kali pergantian kurikulum pendidikan dasar dan menengah di negeri ini. Yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, 2013, dan 2015. Walaupun kurikulum terus berganti, arah dan visi misi pendidikan nampaknya belum banyak yang tercapai bahkan masih menjadi PR besar bersama dalam menuntaskan berbagai problem generasi. Ini karena asas dari sistem pendidikan hari ini yang masih berasaskan sekuler kapitalis. Generasi hanya digenjot untuk berdaya secara materi namun jauh dari insan yang bertakwa.

Hal ini tentu berbeda dengan sistem pendidikan Islam yang telah terbukti berhasil membangun peradaban Islam selama 14 abad lamanya. Kurikulumnya yang berasaskan aqidah Islam terbukti menghasilkan generasi intelektual yang paham terhadap syariah dan disaat yang bersamaan juga menjadi ilmuwan.

Sebut saja Ibnu Sina yang dikenal sebagai bapak kedokteran sekaligus seorang penghafal Al-Qur'an dan mufassir. Ada Al-Farabi yang dikenal sebagai ilmuwan Muslim di bidang sains dan kedokteran namun juga seorang yang ahli fiqih. Banyaknya ilmuwan-ilmuwan Muslim yang muncul pada masa itu, tentu bukan terjadi dengan sendirinya melainkan ada sebuah sistem yang membentuk mereka menjadi orang-orang yang tidak hanya bervisi duniawi melainkan juga bervisi ukhrawi sehingga kepribadian dan pola pikir mereka sejalan dengan aqidah mereka yaitu Islam.

Sebabnya sistem pendidikan Islam memiliki standar emas yaitu menjadikan hukum syara' atau aqidah Islam sebagai standar atau prinsip pendidikan yang ditujukan agar setiap insan menjadi bertakwa dan bermanfaat untuk sekitar. Islam sangat menekankan fungsi ilmu yaitu untuk membentuk seorang yang berkepribadian Islami, menguasai tsaqafah (pemahaman) Islam dan menguasai ilmu kehidupan (sains teknologi dan keahlian) yang memadai untuk kebutuhan umat. Sebagaimana sabda Nabi saw., "Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk sesamanya" (HR Ahmad).

Dalam Islam, ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim sehingga pemenuhannya wajib dijamin oleh negara yang sistem politiknya memang berfungsi untuk mengurus umat. Dalam hal ini negara Islam (khilafah) akan menjamin terpenuhinya pendidikan yang dapat diakses oleh semua insan secara murah dan berkualitas. Khilafah akan mendorong setiap individu untuk memanfaatkan teknologi terkini dengan mendanai riset atau memfasilitasi penelitian apapun demi kemajuan peradaban Islam. Hal ini dilakukan karena syariat telah mewajibkan negara sebagai satu-satunya pihak yang bertanggungjawab memberikan jaminan pendidikan terhadap warga negara Daulah. Pembiayaan pendidikan seluruhnya diambil dari Baitul maal melalui beberapa pos yaitu pos faa'i, kharaj, pengelolaan SDA, dan sebagainya.

Dalam Islam, tenaga pendidik juga akan dihargai jerih payahnya dan dimuliakan profesinya. Islam memandang bahwa guru adalah seorang yang berilmu yang dengan keilmuannya bisa mendidik generasi agar cerdas dan memiliki kepribadian islami. Sebagaimana firman Allah Taala "... Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." (TQS Al Mujadilah ayat 11).

Sejarah telah mengukir dengan tinta emas bagaimana negara Islam pada masa itu yang memuliakan guru dan memenuhi hak mereka secara berkualitas. Buktinya pada masa kejayaan kekhalifahan Abbasiyah gaji guru pada masa itu berjumlah seribu dinar pertahun yang berarti dalam sebulan gaji mereka berjumlah 325 juta. Sementara para ulama yang mengajarkan Al-Qur'an digaji lebih tinggi yaitu berkisar antara dua ribu sampai empat ribu dinar atau senilai 650 juta-1,3M perbulan.

Alhasil solusi untuk memajukan pendidikan di negeri ini begitupun negeri-negeri Islam lainnya adalah dengan menerapkan sistem pendidikan Islam yang telah terbukti memajukan umat dan meninggikan peradaban Islam. Lantas tunggu apalagi wahai umat? Bangunlah dan sadarkan mereka yang masih tertidur hari ini bahwa Islam memiliki solusi jitu dalam memperbaiki moral dan mengangkat derajat umat. Wallahu 'alam bis shawab.

Sumber : Digital News 13 Mei 2024 (https://digitalnews.id/read/refleksi-hari-pendidikan-efektifkah-kurikulum-merdeka-belajar-dalam-memajukan-pendidikan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun