Mohon tunggu...
Hanifah Tarisa
Hanifah Tarisa Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Refleksi Hari Pendidikan, Efektifkah Kurikulum Merdeka Belajar dalam Memajukan Pendidikan?

13 Juli 2024   21:09 Diperbarui: 13 Juli 2024   21:10 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kurikulum Pendidikan Islam Mencetak Generasi Berkarakter Mulia

Sudah tiga perempat abad atau seusia negeri ini berdiri, pendidikan di Indonesia belum menemukan konsep yang sempurna dan komperehensif. Setidaknya sebanyak 11 kali pergantian kurikulum pendidikan dasar dan menengah di negeri ini. Yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, 2013, dan 2015. Walaupun kurikulum terus berganti, arah dan visi misi pendidikan nampaknya belum banyak yang tercapai bahkan masih menjadi PR besar bersama dalam menuntaskan berbagai problem generasi. Ini karena asas dari sistem pendidikan hari ini yang masih berasaskan sekuler kapitalis. Generasi hanya digenjot untuk berdaya secara materi namun jauh dari insan yang bertakwa.

Hal ini tentu berbeda dengan sistem pendidikan Islam yang telah terbukti berhasil membangun peradaban Islam selama 14 abad lamanya. Kurikulumnya yang berasaskan aqidah Islam terbukti menghasilkan generasi intelektual yang paham terhadap syariah dan disaat yang bersamaan juga menjadi ilmuwan.

Sebut saja Ibnu Sina yang dikenal sebagai bapak kedokteran sekaligus seorang penghafal Al-Qur'an dan mufassir. Ada Al-Farabi yang dikenal sebagai ilmuwan Muslim di bidang sains dan kedokteran namun juga seorang yang ahli fiqih. Banyaknya ilmuwan-ilmuwan Muslim yang muncul pada masa itu, tentu bukan terjadi dengan sendirinya melainkan ada sebuah sistem yang membentuk mereka menjadi orang-orang yang tidak hanya bervisi duniawi melainkan juga bervisi ukhrawi sehingga kepribadian dan pola pikir mereka sejalan dengan aqidah mereka yaitu Islam.

Sebabnya sistem pendidikan Islam memiliki standar emas yaitu menjadikan hukum syara' atau aqidah Islam sebagai standar atau prinsip pendidikan yang ditujukan agar setiap insan menjadi bertakwa dan bermanfaat untuk sekitar. Islam sangat menekankan fungsi ilmu yaitu untuk membentuk seorang yang berkepribadian Islami, menguasai tsaqafah (pemahaman) Islam dan menguasai ilmu kehidupan (sains teknologi dan keahlian) yang memadai untuk kebutuhan umat. Sebagaimana sabda Nabi saw., "Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk sesamanya" (HR Ahmad).

Dalam Islam, ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim sehingga pemenuhannya wajib dijamin oleh negara yang sistem politiknya memang berfungsi untuk mengurus umat. Dalam hal ini negara Islam (khilafah) akan menjamin terpenuhinya pendidikan yang dapat diakses oleh semua insan secara murah dan berkualitas. Khilafah akan mendorong setiap individu untuk memanfaatkan teknologi terkini dengan mendanai riset atau memfasilitasi penelitian apapun demi kemajuan peradaban Islam. Hal ini dilakukan karena syariat telah mewajibkan negara sebagai satu-satunya pihak yang bertanggungjawab memberikan jaminan pendidikan terhadap warga negara Daulah. Pembiayaan pendidikan seluruhnya diambil dari Baitul maal melalui beberapa pos yaitu pos faa'i, kharaj, pengelolaan SDA, dan sebagainya.

Dalam Islam, tenaga pendidik juga akan dihargai jerih payahnya dan dimuliakan profesinya. Islam memandang bahwa guru adalah seorang yang berilmu yang dengan keilmuannya bisa mendidik generasi agar cerdas dan memiliki kepribadian islami. Sebagaimana firman Allah Taala "... Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." (TQS Al Mujadilah ayat 11).

Sejarah telah mengukir dengan tinta emas bagaimana negara Islam pada masa itu yang memuliakan guru dan memenuhi hak mereka secara berkualitas. Buktinya pada masa kejayaan kekhalifahan Abbasiyah gaji guru pada masa itu berjumlah seribu dinar pertahun yang berarti dalam sebulan gaji mereka berjumlah 325 juta. Sementara para ulama yang mengajarkan Al-Qur'an digaji lebih tinggi yaitu berkisar antara dua ribu sampai empat ribu dinar atau senilai 650 juta-1,3M perbulan.

Alhasil solusi untuk memajukan pendidikan di negeri ini begitupun negeri-negeri Islam lainnya adalah dengan menerapkan sistem pendidikan Islam yang telah terbukti memajukan umat dan meninggikan peradaban Islam. Lantas tunggu apalagi wahai umat? Bangunlah dan sadarkan mereka yang masih tertidur hari ini bahwa Islam memiliki solusi jitu dalam memperbaiki moral dan mengangkat derajat umat. Wallahu 'alam bis shawab.

Sumber : Digital News 13 Mei 2024 (https://digitalnews.id/read/refleksi-hari-pendidikan-efektifkah-kurikulum-merdeka-belajar-dalam-memajukan-pendidikan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun