Mohon tunggu...
Hanifah Tarisa
Hanifah Tarisa Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Narasi Terorisme Kembali Mencuat, Siapa yang Diuntungkan?

20 Desember 2023   20:12 Diperbarui: 20 Desember 2023   20:15 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Narasi Terorisme Kembali Mencuat, Siapa yang Diuntungkan?

Oleh: Hanifah Tarisa Budiyanti S. Ag

Menjelang natal dan akhir tahun, isu terorisme kembali mencuat. Lagi-lagi isu ini dikaitkan dengan Islam dan umatnya. Namun bukan sebagai korban melainkan sebagai pelaku lengkap dengan simbol-simbol ajaran Islam yang melekat. Seperti yang baru-baru saja terjadi di Kota Samarinda, Densus 88 menangkap terduga teroris yang merupakan bendahara dari Jemaah Islamiyah. Densus 88 mengamankan IAZ, terduga teroris ini di Jalan Lambung Mangkurat, RT 08, Kelurahan Pelita, Kecamatan Samarinda Ilir pada Jumat (1/12/2023). (kaltim.tribunnews.com 2/12/2023).

Menurut warga sekitar, terduga teroris ini tidak terlihat seperti pelaku teroris dan biasa membeli roti di salah satu toko kelontong di daerah tersebut. Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar menyebut kelompok pertama yaitu Jamaah Islamiyah (JI) dan Anshor Daulah berjumlah 19 orang. Aswin mengatakan mereka semua ditangkap karena berkaitan dengan aktivitas mereka yang aktif menyebarkan propaganda terorisme dan materi-materi radikal di media sosial atau pelatihan-pelatihan fisik yang dilakukan oleh mereka. (kaltim.tribunnews.com 2/12/2023).

Isu-isu terorisme selalu berulang kali terjadi namun anehnya isu ini selalu dikaitkan dengan agama Islam. Tak pernah dikaitkan dengan agama lain. Narasi-narasi perang melawan terorisme dan radikalisme selalu tumbuh subur bagai jamur di musim hujan semenjak disahkannya revisi Undang-Undang Terorisme pada 25 Mei 2018 lalu. Padahal selama ini jika ada aksi kekerasan yang dilakukan oleh seseorang dari agama selain Islam, seperti para anggota OPM (Organisasi Papua Merdeka) yang telah berkali-kali membunuh, menculik dan menakut-nakuti warga dan aparat, mereka tak pernah dikategorikan sebagai kelompok teroris melainkan hanya disebut sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Agama mereka yakni Kristen juga tak pernah disangkut-pautkan.

Padahal jika dilihat dari UU Terorisme, aksi yang dilakukan OPM harusnya masuk kategori terorisme karena terbukti telah menganggu keamanan publik yakni separatisme. Begitupun berbagai aksi perang dan kejahatan yang dilakukan Barat (AS) seperti operasi militer AS kepada warga Afganistan dan Irak yang telah menumpahkan jutaan darah warga disana dengan dalih memerangi terorisme (GWOT) dan dukungan AS terhadap penjajah Israel yang telah membantai ratusan ribu warga Palestina hingga saat ini. Mereka pun tak pernah disebut teroris.

Lalu dengan semua narasi-narasi perang melawan terorisme ini, mengapa Islam selalu menjadi yang tertuduh? Ada apa dibalik semua narasi kontra terorisme ini dan siapa yang diuntungkan?

Siapa yang Diuntungkan?

Narasi perang melawan terorisme sebenarnya diawali oleh Barat yang menyusun proyek besar global war on terrorism (GWOT). Proyek ini mulai digencarkan sejak pengeboman Menara WTC 9/11 pada 2001. Semenjak kejadian tersebutlah AS menjadikan momentum WTC sebagai legalitas untuk menebar ancaman ke seluruh dunia melalui proyek GWOT. AS pun menggandeng negara-negara lain untuk sama-sama melawan terorisme dan negara yang menolak akan digolongkan sebagai pendukung teroris.

Dengan proyek GWOT inilah AS kemudian mengkotak-kotakkan umat Islam menjadi beberapa kelompok yakni kelompok Islam tradisionalis, modernis, liberalis dan fundamentalis. Dampak dari semua ini umat Islam tidak lagi menjadi umat yang satu melainkan terpecah belah dan saling curiga terhadap sesama saudaranya. Tentunya tujuan AS menyusun proyek GWOT ini tidak lain adalah untuk menjaga dominasi AS untuk menguasai dunia dengan ideologi kapitalismenya, melegitimasi imperialisme kepada negeri-negeri Islam dan mencegah kebangkitan Islam.

Barat tidak ingin ada kekuasaan lain yang menyainginya dan untuk tetap menjaga dominasinya di dunia. AS harus memnbuat proyek politik global yang bisa digunakan untuk menekan atau menghukum suatu negara yang tidak mau tunduk pada AS. Proyek inilah yang disebut GWOT. Dengan GWOT, AS seakan bertindak sebagai polisi dunia yang mudah menghukum negara manapun melalui operasi militer dengan dalih negara tersebut mendukung atau menjadi poros terorisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun