Mohon tunggu...
Hanifah Tarisa
Hanifah Tarisa Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Sesatnya Masjid Ibn-Rusyd-Gothe di Jerman, Masjid Dhirar Versi Modern?

26 Juni 2023   19:08 Diperbarui: 26 Juni 2023   19:13 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesatnya Masjid Ibn-Rusyd-Gothe di Jerman, Masjid Dhirar Versi Modern?

Oleh: Hanifah (Mahasiswi)

Pada saat Rasulullah hijrah ke Madinah, langkah pertama yang dilakukan Rasul adalah membangun masjid yaitu Masjid Quba sebagai tempat ibadah, berkumpul, bermusyawarah dan mengatur berbagai urusan kaum Muslimin sekaligus memutuskan perkara diantara mereka. Selain itu fungsi masjid pada masa Rasulullah adalah untuk memberikan pengajaran terkait hukum-hukum Islam dan Al-Qur'an kepada kaum Muslimin di Madinah dan sebagai tempat peristirahatan kaum musafir. Pada hakikatnya masjid pada masa Rasulullah tidak hanya difungsikan untuk pelaksanaan ibadah namun juga berfungsi sebagai sekolah dan berbagai kegiatan masyarakat lainnya. Hal ini pun berlanjut hingga generasi setelah Rasulullah yaitu pada masa kekhilafahan Umayyah, Abbasiyah dan Utsmaniyah yang memfungsikan masjid sebagai jantung pemerintahan dalam mengatur seluruh urusan kaum Muslimin. Hikmah nya kaum Muslimin dahulu sangat dekat dan betah di masjid.

Berbeda dengan zaman modern sekarang ketika masjid saat ini lebih banyak difungsikan dalam hal pelaksanaan seremonial ibadah saja tanpa membawa pesan politis di dalamnya. Masjid cenderung sepi dan hanya ramai ketika di momen-momen tertentu saja. Bahkan tak jarang masjid justru dijadikan sebagai alat propaganda untuk menghancurkan aqidah kaum muslimin, menyebarkan ide-ide sekuler liberal dan memecah belah barisan mereka. Hal inilah yang terjadi pada Masjid Ibn-Rusyd-Gothe di Jerman yang didirikan oleh Seyran Ates yang juga seorang feminis dan pengacara di Jerman. Berbagai aktivitas sesat di masjid ini ditunjukkan dengan mendukung muslimah menjadi imam sholat yang jama'ahnya terdiri laki-laki dan perempuan dalam satu shaf yang sama. Masjid ini juga mendukung pelaksanaan sholat tanpa harus menutup aurat.

www.washingtongpost.com
www.washingtongpost.com

Tidak cukup dengan itu, masjid ini selain mengenalkan ide-ide liberal, juga mengenalkan kampanya elgebete. Dukungan ini terlihat jelas dalam halaman awal website masjid sekaligus aksi terbukanya dalam pengibaran bendera pelangi yang di posting dalam instagram resminya. Walaupun masjid ini terlihat sesat dan menyimpang, namun eksistensi keberadaanya telah legal bahkan seluruh proyek masjid dibiayai oleh Kementerian Urusan Keluarga, Lansia, Perempuan, dan Pemuda sebagai bagian dari kampanye "Democracy Living".

newsdetik.com
newsdetik.com

Kampanye elgebete ini seakan dikemas dengan slogan bahwa "Cinta pada dasarnya adalah sesuatu yang halal" (Liebe ist halal). Izin perilaku elgebete atas nama cinta ini diserukan dengan adanya "sertifikat  halal" sebagaimana sertifikat MUI dengan dalih mewujudkan Islam yang progresif dan inklusif. Anehnya, meskipun Seyran Ates menjunjung tinggi prinsip kebebasan beragama dan perilaku, ia justru melarang penggunaan niqab dan burqa di dalam masjidnya. Ates mengatakan "Pada dasarnya, pintu masjid terbuka untuk siapa saja dengan satu  pengecualian. Tidak ada yang boleh masuk dengan niqab atau burka." (Spiegel Magazine).

suara.com
suara.com

Fenomena perilaku elgebete semakin masif digencarkan oleh negara-negara Barat demi menjunjung tinggi kebebasan berekspresi. Tercatat hingga kini jumlah varian orientasi seksual dan gender terus meningkat hingga berjumlah 40 jenis. Para kaum elgebete dan yang membelanya seakan tak tahu malu mengekspresikan diri mereka yang memiliki orietasi seksual yang menyimpang. Mirisnya dalam mengkampanyekan ide atau gaya hidup bebas mereka, kaum elgebete justru mengambil dalil-dalil agama atau simbol agama dalam hal ini agama Islam, demi mempertahankan eksistensi mereka dan agar terhindar dari diskriminasi manusia lainnya.

Sungguh kampanye elgebete di Jerman dengan menggunnakan simbol masjid adalah salah satu bentuk dari sistem demokrasi yang menjadi sistem di negara tersebut dan di negara-negara lainnya. Sejatinya demokrasi bukan hanya berbicara tentang tata cara memilih pemimpin namun juga sistem yang berasaskan kebebasan individu termasuk kebebasan kepemilikan, kebebasan berpendapat, kebebasan beragama  dan kebebasan berperilaku. Demokrasi juga tidak terlepas dari asasnya yaitu sekulerisme yang meniadakan peran agama dalam mengatur kehidupan rakyat sehingga tak heran jika aturan bernegaranya bebas dari pegaruh agama bahkan melegitimasi seluruh perbuatan maksiat.

Masjid Dhirar versi Modern

Pembangunan Masjid Ibn-Rusyd-Gothe di Jerman yang menyimpang sejatinya telah ada pada masa Rasulullah. Dalam buku Sirah Nabawiyah karya Dr. Muhammad Sa'id Ramadhan al-Buthy, diceritakan ketika Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam datang ke Madinah dan kaum Muslimin mulai bersatu, ada seorang pendeta Nasrani dari suku Khazraj yang bernama Abu Amir. Abu Amir sangat membenci Rasulullah dan kaum Muslimin sehingga karena kebenciannya ia rela pergi ke Makkah untuk meminta dukungan kaum kafir Quraisy untuk memerangi Rasulullah.

Selain pergi ke Makkah, Abu Amir juga pergi menemui Heraclius, Raja Romawi untuk meminta bantuan dalam menghadapi Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam. Heraclius pun menyambut baik keinginan Abu Amir dengan mempersilahkan ia tinggal di negeri Hercalius dan menjanjikan apa yang diinginkannya. Setelah berhasil mengelabui Heraclius, Abu  Amir pun menulis dan mengirimkan surat kepada orang-orang munafik di Madinah agar membangun sebuah markas tempat mereka berkumpul untuk mewujudkan berbagai rencana jahat yang tertuang di dalam surat tersebut.

Oleh karenanya orang-orang munafik segera membangun sebuah masjid di dekat Masjid Quba'dan telah selesai pembangunannya sebelum Rasulullah berangkat ke Tabuk. Mereka pun datang kepada Rasulullah dan meminta Rasulullah agar mau shalat di masjid mereka sebagai bukti persetujuan Rasul. Mereka (orang-orang munafik), mengatakan masjid tersebut dibangun untuk orang-orang yang tidak dapat keluar di malam yang dingin.  Namun Maha Besar Allah yang telah melindungi Nabinya dari propaganda busuk yang dilancarkan kaum munafik. Pada saat itu Nabi tidak sempat sholat di masjid mereka karena berkenaan dengan perang Tabuk sehingga Rasul saat itu berkata bahwa ia akan segera berangkat dan merencanakan menghampiri masjid mereka ketika telah pulang dari Tabuk.

Beberapa hari setelah Rasulullah tiba di Madinah, Jibril turun mengabarkan kepada Rasul tentang Masjid Dhirar yang dibangun oleh orang-orang munafik atas dasar kekafiran dan tujuan memecah belah kaum Muslimin. Berkenaan dengan peristiwa Masjid Dhirar ini, Allah Taala berfirman

"Dan diantara orang-orang munafik itu ada yang mendirikan masjid untuk menimbulkan bencana pada orang-orang yang beriman, untuk kekafiran, dan untuk memecah belah di antara orang-orang yang beriman, serta untuk menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka dengan pasti bersumpah, "Kami hanya menghendaki kebaikan." Dan Allah menjadi saksi bahwa mereka itu pendusta dalam sumpahnya."

"Janganlah engkau melaksanakan shalat dalam masjid itu selama-lamanya. Sungguh masjid yang didirikan atas dasar takwa sejak hari pertama adalah lebih pantas engkau melaksanakan shalat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang bersih." (TQS At-Taubah ayat 107-198)

Mendengar hal ini Rasulullah pun mengirim beberapa sahabat untuk menghancurkan dan membakar masjid tersebut. Dr. Muhammad Sa'id Ramadhan al-Buthy memberikan beberapa 'ibrah menarik terkait peristiwa Masjid Dhirar ini. Ia mengatakan bahwa makar dan tipu daya akan selalu dilakukan orang-orang munafik kepada Rasulullah dan kaum Muslimin. Menurut hukum Islam, tidak boleh mengambil tindakan kepada orang-orang munafik kecuali hal-hal yang bersifat lahiriah. Tentang hati mereka yang sebenarnya, kita serahkan kepada hukum Allah di hari kiamat kelak. Namun terhadap konspirasi dan makar mereka yang jahat dan membahayakan kaum Muslimin, maka harus diambil tindakan tegas untuk menghancurkan berbagai renana jahat dan tipu daya mereka.

Syaikh Muhammad Sa'id Ramadhan al-Buthy juga melanjutkan bahkwa kebijaksanaan Rasul dalam menghancurkan Masjid Dhirar seharusnya menjadi teladan bagi seluruh kaum Muslimin agar juga menghancurkan dan membakar berbagai tempat kemaksiatan yang disembunyikan dan ditutup-tutupi dengan berbagai kebaikan dan kemaslahatan sosial. Rasulullah saja membakar Masjid Dhirar walau masjid tersebut belum sempat merealisasikan rencana-rencana jahatnya. Lalu apa kiranya yang menghalangi kaum Muslimin untuk menghancurkan tempat-tempat kemaksiatan yang telah merusak fitrah hidup mereka? Wallahu 'alam bis shawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun