Waspada Covid Varian Baru Negara Harus Menyerbu
Oleh : Hanifah (Mahasiswi)
Semenjak tahun 2019 akhir seluruh dunia telah berjuang mati-matian dalam menghadapi pandemi covid 19 yang lonjakan kasusnya berjumlah jutaan dan tak kunjung berakhir. WHO mencatat angka resmi jumlah korban pandemi covid 19 selama kurun 2020-2021 berjumlah 16.6 juta kematian. Ini yang tercatat, bagaimana kasus-kasus lain yang tidak tercatat? tentu lebih banyak lagi.
Virus ini seakan tidak bisa dipandang remeh karena terus bermutasi hingga menjadi beberapa varian seperti varian Beta yang muncul pada akhir tahun 2020, varian Delta yang menyebabkan kasus kematian hingga 5.000 per hari, varian Omicron yang menghasilkan korban jiwa hingga 6000 orang dan membuat pemerintah menyerukan PPKM di semua provinsi di Indonesia. (CNBCIndonesia 23/4/2023)
Walaupun pada tahun 2022 akhir kasus covid sempat menurun dan banyak di negara-negara Eropa dan Asia menyatakan telah bebas dari pandemi, namun virus covid 19 tetap tidak bisa diremehkan. Hal ini karena covid 19 adalah sebuah virus yang sifatnya akan terus bermutasi menjadi varian-varian baru yang lebih mematikan. Seperti yang baru terjadi pada beberapa pekan terakhir menjelang momen lebaran dimana ditemukan varian baru covid bernama Arcturus atau XBB 1.16 dari India yang sangat menular. Virus varian baru ini telah menyebabkan kasus covid 19 kembali meningkat dari 10.448 menjadi 10.881 kasus. Sementara pasien yang dirawat dalam tujuh hari terakhir mengalami peningkatan dari 1.573 menjadi 1.617 kasus.
Beberapa gejala yang ditimbulkan dari varian Arcturus antara lain mata merah terutama pada anak-anak, demam atau menggigil, sesak napas, batuk, kelelahan, nyeri otot atau tubuh, sakit kepala, kehilangan rasa, pilek, sakit tenggorokan, mual dan diare. Kementerian Kesehatan pun menghimbau kepada masyarakat agar tetap memakai maskernya, menjaga pola hidup sehat dan jaga jarak terhadap orang yang sedang sakit (flu).
Negara Harus Menyerbu
Kasus covid varian baru tentu tidak bisa dianggap sepele karena berbagai data menunjukkan pergerakan kasus ini masih terlihat. Bahkan di tengah lonjakan kasus covid varian baru ini masih banyak masyarakat Indonesia yang menganggap kondisi telah 100% pulih dan aman. Perkiraan masyarakat memang tidak bisa disalahkan karena faktanya penjagaan pemerintah terhadap kasus covid 19 ini terkesan semakin longgar dan membiarkan. Padahal sudah seharusnya Negara bersikap antisipasi terhadap kasus covid yang bisa merenggut nyawa rakyatnya. Bukan malah membuat kebijakan dengan membuka akses parawisata seluas-luasnya yang berakibat banyak wisatawan asing masuk dengan mudah ke Indonesia atau bahkan membiarkan tenaga kerja asing masuk ke Indonesia.
Negara sebagai benteng pertahanan masyarakat harus berupaya menjaga ketahanan rakyatnya di saat wabah dengan memiliki mekanisme ampuh untuk menyelesaikan kasus pandemi covid 19 seperti memberlakukan kebijakan karantina wilayah (lockdown) di suatu wilayah tertentu yang terkena wabah dan di saat yang bersamaan negara harus memberikan bantuan logistik yang cukup kepada wilayah tersebut agar masyarakat tetap bisa melanjutkan aktivitasnya tanpa harus keluar dari wilayahnya dan bisa tenang tanpa takut mati kelaparan saat wabah.
Wilayah yang dikarantina pun sudah terbukti terkena wabah sehingga wajib dikarantina agar wabah tidak menular ke wilayah lain. Sedangkan wilayah lain yang belum terkena wabah tidak harus dikarantina dan tetap boleh melanjutkan aktivitasnya sehingga pergerakan ekonomi negara tetap berjalan sebagaimana mestinya. Kebijakan karantina tentu adalah kebijakan yang penting dan mendesak karena negara adalah pihak yang paling bertanggung jawab terhadap nyawa rakyatnya.
Negara harus belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya saat negara masih belum berani memberlakukan lockdown karena terkendala logistik sedangkan disaat yang bersamaan kasus covid semakin meningkat tajam yang berdampak pada banyaknya rakyat yang menjadi korban tidak terkecuali nakes yang juga berjatuhan. Jika banyak nyawa rakyat yang melayang karena kasus covid yang semakin menjulang maka hal ini menjadi alarm keras bagi penguasa apakah sudah serius menjaga nyawa rakyatnya?
Pada masa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam masih hidup wabah pernah terjadi di suatu daerah sehingga Rasulullah bersabda "Jika kalian mendengarkan wabah di suatu tempat maka janganlah memasuki tempat itu. Dan jika terjadi wabah, sedangkan kamu berada di tempat itu, maka janganlah keluar dari sana." (HR Muslim). Sabda Rasul ini telah mengindikasikan adanya strategi lockdown bagi suatu wilayah yang terkena wabah.
Kebijakan lockdown juga pernah diterapkan pada masa kekhilafahan Umar bin Khattab dimana saat itu Umar ingin pergi ke Syam namun ketika dalam perjalanannya Umar mendapat kabar bahwa wabah sedang menimpa wilayah Syam sehingga Umar pun mengurungkan niatnya untuk pergi ke Syam karena mengingat hadits Nabi tersebut. Semua upaya ini dilakukan agar wabah tidak menyebar luas ke wilayah lain.
Sedangkan pada wilayah yang terkena wabah, negara harus memastikan tercukupinya kebutuhan warganya terkait dalam hal pangan dan kesehatan di wilayah tersebut secara tepat, cepat dan gratis. Negara juga wajib memberikan jaminan pengobatan dan fasilitas kesehatan yang memadai agar rakyat tetap hidup nyaman dan bisa pulih dengan cepat. Kebutuhan primer rakyat saat wabah tentunya didapat negara melalui pos-pos pemasukan negara seperti pengelolaan SDA yang sesuai syariat, kharaj, jizyah, zakat dan sebagainya. Semua upaya ini merupakan strategi Islam dalam mengentaskan penyakit wabah sehingga negara yang menerapkan strategi ini tentu akan bisa bertahan dengan baik dan menyelamatkan nyawa rakyatnya.
Demikianlah sistem Islam dalam mengatasi wabah. Sudah selayaknya negara tidak meremehkan adanya wabah alih-alih lebih mementingkan pertumbuhan ekonomi. Pemimpin yang takut kepada Allah tentu akan berhati-hati dalam mengatasi wabah karena nyawa seorang manusia begitu berharga di sisi Allah. Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda "Hilangnya dunia lebih ringan di sisi Allah dibanding terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak." (HR Tirmidzi). Wallahu 'alam bis shawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H