Gayung dijadikan topi, galon besar dipukul-pukul jadi drum, ember jadi tempat duduk---semua serba kreatif dan penuh tawa! Aku nggak bisa menahan diri untuk ikut tertawa melihat kejenakaan mereka. Semua barang yang biasanya cuma ada di rumah atau di sekolah, sekarang jadi alat musik yang bikin suasana makin hidup.
Ruangan yang penuh perempuan ini jadi terasa begitu meriah, dan aku mulai merasa lebih rileks. Ternyata acara ini nggak hanya seru, tapi juga penuh kejutan yang membuatku makin excited untuk menjalani hari-hari ke depan.
Acara yang paling menegangkan itu pasti game bareng. Game pertama kelihatannya simpel, tapi bikin deg-degan. Kami diminta mengenali lima nama teman yang duduk dekat kami, dan aku langsung merasa gugup. Waktu terbatas dan aku nggak terlalu jago mengingat nama orang, apalagi di suasana baru gini.
Tiba-tiba, ada seorang teman yang duduk di sampingku, namanya Clara. Dia nyapa dengan ramah dan ngajak aku berteman. Aku langsung senyum dan menerima perkenalannya dengan hangat. Walau cuma ngobrol sebentar, aku nggak kecewa. Senang banget bisa dapat teman baru di hari pertama.
Beberapa teman tampak lebih percaya diri dan berhasil mengenal lima teman baru, bikin aku takjub. Tapi ternyata, banyak juga yang merasa gugup, dan itu bikin kami saling memberi semangat.
Setelah game pertama selesai, suasana jadi lebih ceria. Kami bertepuk tangan meriah, tertawa bersama, dan merasa lebih lega. Ternyata, nggak ada yang perlu dikhawatirkan. Semua merasa sama-sama baru di sini, jadi suasananya makin hangat.
Kakak kelas yang memimpin acara berdiri dan memberi semangat.
 "Kalian luar biasa! Ingat, jangan takut untuk saling mengenal. Teman baru bisa datang dari tempat yang tak terduga. Jadi, beranikan diri untuk kenalan, ya! Ayo, lanjut ke game kedua!"
Suasana jadi lebih intens, dan aku merasa ada sesuatu yang besar akan segera dimulai. Semua teman tampak siap, meskipun sedikit gugup. Aku menatap kakak kelas itu, menunggu instruksi selanjutnya.
Dia tersenyum,Â
"Sebelum lanjut, ingat, ini kesempatan untuk lebih dekat dengan teman-teman baru. Nikmati saja permainan ini, kami di sini untuk mendukung kalian."
Suasana hening sejenak, ketegangan terasa. Apakah game kedua akan lebih sulit? Aku sudah siap untuk tantangan berikutnya, meskipun belum tahu apa yang menunggu.
Kakak kelas itu memandang kami semua, tersenyum lebar. "Siap-siap, ya! Ini pasti seru!"
Dan begitu, game kedua pun dimulai...