Mohon tunggu...
Hanifah Salma Muhammad
Hanifah Salma Muhammad Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis merupakan seorang pascasarjana yang mengambil fokus pada bidang hukum keluarga yang memiliki hobi meneliti, menulis dan berolahraga. Dalam web ini, tulisan-tulisan yang akan di posting lebih fokus dalam membahas terkait hukum, keluarga, perekonomian dan anak yang diharapkan bermanfaat untuk masyarakat luas. Karya penulis dalam jurnal juga dapat di lihat dalam GoogleSchoolar. Mari tumbuh, berkembang, dan maju bersama untuk bangsa dan negara.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kreativitas vs Kemudahan Akses AI di Dunia Pendidikan

31 Desember 2024   10:22 Diperbarui: 31 Desember 2024   10:22 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. Peran Dosen dalam Menghadapi Kemajuan AI

Dosen memiliki peran yang sangat penting dalam membimbing mahasiswa untuk berpikir kritis dan kreatif, terutama di tengah kemudahan akses AI yang bisa menyebabkan mahasiswa terlalu bergantung pada teknologi untuk menyelesaikan tugas akademik. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh dosen adalah dengan menciptakan tugas-tugas yang mendorong mahasiswa untuk berpikir di luar apa yang diberikan oleh teknologi. Sebagai contoh, daripada meminta mahasiswa untuk sekadar menulis ulang atau parafrase dari hasil yang dihasilkan oleh AI, dosen bisa memberikan tugas yang mengharuskan mahasiswa untuk mengembangkan argumen mereka sendiri, menganalisis topik dari berbagai perspektif, atau mencari solusi inovatif untuk masalah yang belum terpecahkan. Namun, lebih dari itu, salah satu cara paling efektif untuk membangun kreativitas dan pemikiran kritis mahasiswa adalah dengan memberikan tugas lapangan yang mengharuskan mereka untuk terlibat langsung dalam penelitian atau observasi di dunia nyata. Tugas semacam ini tidak hanya menghindari penggunaan informasi yang bisa dengan mudah diakses melalui internet atau AI, tetapi juga memaksa mahasiswa untuk berpikir dan bekerja secara independen. Dengan tugas lapangan, mahasiswa diharapkan untuk menggali data yang lebih mendalam dan lebih kompleks, yang tidak dapat diperoleh hanya dengan bertanya pada AI atau mencari jawaban di internet.

Misalnya, dosen dapat memberikan tugas yang mengharuskan mahasiswa untuk melakukan survei lapangan, wawancara dengan praktisi di industri terkait, atau pengamatan langsung terhadap fenomena yang sedang diteliti. Tugas-tugas ini menuntut mahasiswa untuk mengumpulkan data primer yang tidak hanya bergantung pada sumber informasi yang tersedia secara online, tetapi juga memperkenalkan mereka pada kompleksitas dunia nyata yang tidak dapat diselesaikan hanya dengan algoritma atau pencarian otomatis. Mahasiswa akan dipaksa untuk berpikir kritis dalam memilih metode pengumpulan data, mengidentifikasi variabel yang relevan, serta memecahkan masalah yang muncul selama proses penelitian.

Selain itu, tugas lapangan juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengasah kemampuan mereka dalam komunikasi, analisis, dan sintesis data yang diperoleh dari berbagai sumber yang tidak terduga. Hal ini akan mendorong mereka untuk berpikir lebih kritis, merumuskan pertanyaan yang lebih mendalam, dan mencari solusi yang lebih orisinal, daripada sekadar menerima jawaban instan dari mesin. Dengan demikian, melalui tugas lapangan, dosen dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa secara menyeluruh, yang sangat penting dalam menghadapi tantangan di dunia profesional dan akademik yang semakin kompleks.

Dengan cara ini, dosen tidak hanya membantu mahasiswa untuk memanfaatkan AI sebagai alat bantu, tetapi juga mengingatkan mereka bahwa dunia nyata memiliki banyak tantangan yang memerlukan kreativitas, analisis mendalam, dan pemikiran kritis yang tidak bisa diotomatisasi oleh teknologi. Melalui pendekatan ini, mahasiswa akan lebih siap untuk menjadi individu yang tidak hanya terampil menggunakan teknologi, tetapi juga mampu berpikir secara independen dan kritis dalam menghadapi berbagai permasalahan yang lebih besar dan lebih rumit.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat kita simpulkan bersama bahwa kehadiran kecerdasan buatan (AI) di dunia pendidikan menawarkan kemudahan dalam pencarian informasi dan pengolahan data, serta meningkatkan efisiensi pembelajaran. Namun, jika digunakan secara berlebihan, AI dapat mengurangi kemampuan berpikir kritis dan kreativitas mahasiswa, karena mereka cenderung bergantung pada teknologi untuk menyelesaikan tugas. Oleh karena itu, dosen perlu mendorong mahasiswa untuk tetap berpikir mandiri dan kreatif melalui tugas yang menantang, termasuk tugas lapangan yang mengharuskan eksplorasi langsung. Dengan pendekatan yang bijak, AI dapat menjadi alat bantu yang efektif tanpa mengorbankan kemampuan berpikir kritis mahasiswa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun