Mohon tunggu...
Hanifah Salma Muhammad
Hanifah Salma Muhammad Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis merupakan seorang pascasarjana yang mengambil fokus pada bidang hukum keluarga yang memiliki hobi meneliti, menulis dan berolahraga. Dalam web ini, tulisan-tulisan yang akan di posting lebih fokus dalam membahas terkait hukum, keluarga, perekonomian dan anak yang diharapkan bermanfaat untuk masyarakat luas. Karya penulis dalam jurnal juga dapat di lihat dalam GoogleSchoolar. Mari tumbuh, berkembang, dan maju bersama untuk bangsa dan negara.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Gaji Naik, Gaya Hidup Meningkat: Apakah Kita Sudah Terjebak dalam Perangkap Konsumtif?

6 November 2024   23:29 Diperbarui: 6 November 2024   23:35 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Bagi banyak keluarga muda berpandangan bahwa kenaikan gaji adalah berita yang menggembirakan. Rasa kegembiraan tersebut tidak dapat dipungkiri, mengingat bahwa dengan kenaikan gaji, maka keuangan yang kita peroleh semakin bertambah dan semua orang yang mengalami hal demikian pasti juga bahagia. Selain itu, dengan penghasilan yang lebih tinggi, ada rasa lega dan kenyamanan yang datang seiring dengan kemudahan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin beragam. Tidak jarang juga yang berpandangan bahwa kenaikan gaji dianggap sebagai pintu menuju kehidupan yang lebih baik. Justru sering kali kenaikan gaji ini juga memicu dorongan untuk menaikkan gaya hidup. Hal ini merupakan sebuah jebakan yang bisa menjerat kita jika tidak dikelola dengan bijak.

Banyak yang berpikir, "Sekarang saya bisa membeli barang-barang yang saya inginkan," atau "Saya layak menikmati kehidupan yang lebih nyaman." Namun, apakah itu benar-benar yang kita butuhkan? Apakah meningkatkan gaya hidup sesuai dengan kenaikan gaji bisa menjamin kebahagiaan jangka panjang atau malah bisa menambah beban keuangan keluarga?

Nah, dengan timbulnya pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas. Maka kita perlu mencerna lebih dalam bahwa memang secara alami, setiap orang cenderung ingin menikmati hasil kerja keras mereka. Ketika gaji naik, banyak yang merasa perlu meningkatkan kualitas hidup, membeli barang-barang yang lebih mahal, atau memilih tempat tinggal yang lebih mewah. Sayangnya, pola ini sering kali berujung pada tekanan finansial yang tidak perlu atau dapat dikatakan bahwa telah masuk ke dalam perangkap konsumtif, bahkan jika pendapatan sudah bertambah.

Apa Itu Perangkap Konsumtif? Perangkap konsumtif merupakan sebuah pola kebiasaan di mana seseorang merasa terdorong untuk terus-menerus meningkatkan pengeluaran mereka seiring dengan peningkatan pendapatan. Meskipun secara logika, kenaikan gaji seharusnya memberi kita kebebasan finansial yang lebih besar, kenyataannya, banyak orang malah merasa semakin "kurang" atau "tidak cukup" setelah kenaikan gaji karena mereka merasa perlu memenuhi kebutuhan gaya hidup yang semakin tinggi.

Pola pikir ini bisa merugikan keluarga muda, terutama mereka yang baru saja memulai perjalanan bersama. Bukan hanya soal pengeluaran konsumtif yang meningkat, tapi juga rasa "kurang" yang datang setiap kali kita mengejar barang-barang atau pengalaman baru untuk mengisi kekosongan yang sebenarnya tidak ada. Ketika kita selalu terfokus pada gaya hidup yang lebih tinggi, kita lupa untuk merencanakan masa depan yang lebih stabil.

Perlu diingat bahwa keuangan keluarga yang sehat dimulai dengan perencanaan. Adapun sebagai keluarga muda, kita harus cerdas dalam mengelola kenaikan gaji yang ada. Meskipun dengan kenaikan gaji dapat memuaskan kita untuk membeli barang-barang baru atau memperbaharui gaya hidup, akan tetapi yang lebih penting adalah merencanakan keuangan dengan bijak untuk jangka panjang, seperti:

  1. Prioritaskan Tabungan dan Investasi: Walaupun gaji meningkat, pastikan untuk menyisihkan sebagian untuk tabungan serta investasi. Sebagai keluarga muda, memiliki dana darurat merupakan langkah pertama yang krusial. Selain itu, berinvestasi di produk yang sesuai dengan profil risiko keluarga seperti saham, reksa dana, atau properti dapat menjadi cara cerdas untuk mempersiapkan masa depan.

  2. Hidup Sederhana, Tapi Bahagia:Salah satu cara terbaik untuk memastikan gaji yang lebih tinggi tidak terbuang sia-sia yakni dengan hidup sederhana. Tidak ada yang salah dengan memiliki barang-barang mewah atau bepergian ke tempat-tempat indah, namun kebahagiaan sejati datang dari keseimbangan. Maka cobalah untuk lebih banyak menghabiskan waktu dengan keluarga, berfokus pada pengalaman, dan berinvestasi pada hal-hal yang mendatangkan kedamaian baik itu rumah yang nyaman, pendidikan anak, atau kesehatan yang baik.

  3. Anggaran Keluarga yang Tepat:Salah satu langkah yang sering terlewatkan adalah membuat anggaran keluarga yang jelas. Setiap penghasilan yang didapatkan harus dibagi dengan tujuan yang terukur, seperti hal-nya berapa banyak untuk tabungan, berapa banyak untuk kebutuhan sehari-hari, berapa banyak untuk dana pendidikan anak, dan berapa banyak untuk hiburan atau kebutuhan lainnya. Dengan anggaran yang terencana, keluarga bisa menghindari pemborosan.

  4. Menghargai Proses dan Tujuan Keuangan Keluarga:Setiap keluarga tentu memiliki tujuan keuangan yang berbeda. Mungkin kalian berdua ingin membeli rumah pertama, atau mempersiapkan dana pendidikan anak, atau mungkin juga ingin mencapai kebebasan finansial lebih cepat. Namun yang penting adalah menjaga fokus pada tujuan jangka panjang daripada berfokus pada gratifikasi instan yang datang dengan kenaikan gaji. Buatlah tujuan yang jelas, dan gunakan kenaikan gaji untuk mendekatkan diri pada impian tersebut.

Merencanakan keuangan yang bijak dapat menghindarkan kita masuk ke dalam perangkap konsumtif dan dapat terhindar dari rasa stres akan perasaan yang selalu kurang dalam membeli barang-barang yang sebenarnya tidak begitu diperlukan. Oleh karena itu, bagi keluarga muda jangan biarkan kenaikan gaji merusak fokusmu pada kebahagiaan sejati dan tujuan jangka panjang. Perencanaan keuangan yang bijak bukan hanya tentang berapa banyak yang kita hasilkan, tetapi lebih pada bagaimana kita mengelola apa yang kita miliki. Ingat, hidup bukan tentang barang atau pengalaman mewah, melainkan tentang kebahagiaan yang datang dari kedamaian finansial dan kualitas waktu bersama keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun